Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) mengatakan bahwa tarif listrik di Indonesia menjadi salah satu yang termurah di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN. Benarkah?
Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril mencatat, tarif listrik PLN kelompok rumah tangga menduduki posisi kedua termurah di kawasan ASEAN.
Baca Juga
"Kita kalau untuk tarif (listrik) rumah tangga kita termasuk adalah dua yang paling bawah. Itu adalah rumah tangga," ujarnya dalam acara webinar Kebijakan Tarif Listrik Berkeadilan di Jakarta, Jumat (17/6/2022).
Advertisement
Dalam bahan paparannya, per Mei 2022, tarif listrik kelompok rumah tangga di Indonesia berkisar Rp 1.445 per kWh. Sementara, tarif listrik kelompok yang sama di Malaysia dipatok Rp 1.251 per kWh.
Selanjutnya, tarif listrik kelompok rumah tangga di Thailand mencapai Rp 1.589 per kWh. Kemudian, tarif listrik di Vietnam sebesar Rp 1.556 per kWh.
Sementara tarif listrik di Filipina mencapai Rp 2.589 per kWh. Adapun, tarif kelompok rumah tangga tertinggi di ASEAN terdapat di Singapura mencapai Rp3.181 per kWh.
Tarif Listrik Kelompok Industri Menengah
Pun dengan kelompok industri, Bob Saril mengklaim tarif listrik PLN menjadi salah satu yang termurah di kawasan ASEAN. Misalnya, tarif listrik industri menengah di Tanah Air dipatok Rp 1.115 per kWh.
Sementara itu, tarif listrik di Negeri Jiran dibanderol Rp 1.038 per kWh. Lalu, Thailand Rp986 per kWh.
Adapun, Vietnam menetapkan tarif listrik sebesar Rp 1.135 per kWh. Disusul Filipina sebesar Rp 1.783 per kWh. Sedangkan tarif listrik golongan industri menengah di Singapura menjadi yang tertinggi di kawasan ASEAN mencapai Rp 2.065 per kWh.
"Tarif listrik industri kita paling bawah ya, paling kompetitif. Karena pemerintah hadir untuk menjaga daya saing industri kita dan bisnis supaya tetap berkembang," tutupnya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tarif Listrik Orang Kaya Naik per 1 Juli 2022
Pemerintah sepakat menyesuaikan kembali tarif listrik bagi beberapa golongan pelanggan. Penyesuaian kali ini membuat tarif listrik naik sekitar 17 persen.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat ada sejumlah faktor yang mendasari kenaikan biaya yang perlu dibayarkan pelanggan ini. Termasuk kenaikan harga komoditas dunia.
Imbasnya, biaya pokok produksi listrik di dalam negeri pun mengalami peningkatan. Artinya, beban terhadap anggaran semakin berat jika terus memberikan subsidi.
Maka, pemerintah mengambil kategori pelanggan 3.500-5.500 Volt Ampere (VA) atau R2 dan pelanggan 6.600 VA keatas (R3) untuk tarif listriknya disesuaikan. Golongan kantor pemerintah (P1, P2, P3) pun mengalami penyesuaian kembali.
Golongan ini dinilai mampu secara finansial, sehingga subsidi yang sebelumnya disalurkan pemerintah mulai dicabut. Tarif baru berlaku mulai 1 Juli 2022.
Berikut sederet fakta-fakta mengenai kenaikam tarif listrik:
Golongan Mampu
Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menegaskan kenaikan tarif listrik tak berlaku bagi masyarakat bawah. Artinya, hanya golongan mampu yang akan dikenakan tarif anyar.
Pria yang akrab disapa Darmo ini menyebut penyesuaian tarif berlaku bagi pelanggan rumah tangga mampu non subsidi golongan 3.500-5.500 Volt Ampere (VA) ke atas atau R2. Serta golongan 6.600 VA keatas atau R3.
Golongan Pemerintahan (P1, P2, P3) juga mengalami penyesuaian tarif. Tarif keekonomian akan berlaku mulai 1 Juli 2022.
Ia menyebut penyesuaian tarif ini dilakukan guna mewujudkan tarif listrik yang berkeadilan. Artinya, kompensasi diberikan kepada masyarakat yang berhak, sementara masyarakat mampu membayar tarif listrik sesuai keekonomian.
"Penerapan kompensasi dikembalikan pada filosofi bantuan pemerintah, yaitu ditujukan bagi keluarga tidak mampu. Ini bukan kenaikan tarif. Ini adalah adjustment, di mana bantuan atau kompensasi harus diterima oleh keluarga yang memang berhak menerimanya," kata Darmo dalam konferensi pers di kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Senin (13/6/2022).
Informasi, selama ini, bantuan Pemerintah diberikan untuk semua golongan tarif pelanggan, dalam bentuk subsidi maupun kompensasi. Keputusan ini tertuang dalam Surat Menteri ESDM No. T-162/TL.04/MEM.L/2022 tanggal 2 Juni 2022 tentang Penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (Periode Juli – September 2022).
Darmo menyebut, penyesuaian tarif hanya diberlakukan kepada rumah tangga mampu yang berjumlah 2,09 juta pelanggan atau 2,5 persen dari total pelanggan PLN yang mencapai 83,1 juta. Juga kepada golongan pemerintah yang berjumlah 373 ribu pelanggan atau 0,5 persen.
Sementara untuk pelanggan rumah tangga dengan daya di bawah 3.500 VA, bisnis dan industri, tidak mengalami perubahan tarif. Tujuannya, demi menjaga daya beli masyarakat, daya saing sektor industri dan bisnis, mengendalikan inflasi, serta memperkuat stabilitas perekonomian nasional.
Advertisement
Rincian Tarif
Rinciannya, dengan adanya penyesuaian tarif, pelanggan rumah tangga R2 berdaya 3.500 VA hingga 5.500 VA (1,7 juta pelanggan) dan R3 dengan daya 6.600 VA ke atas (316 ribu pelanggan) tarifnya disesuaikan dari Rp 1.444,7 per kilowatthour (kWh) menjadi Rp 1.699,53 per kWh.
Sedangkan pelanggan pemerintah P1 dengan daya 6.600 VA hingga 200 kilovolt ampere (kVA) dan P3 tarifnya disesuaikan dari Rp 1.444,7 kWh menjadi Rp 1.699,53 per kWh. Sementara pelanggan pemerintah P2 dengan daya di atas 200 kVA tarifnya disesuaikan dari Rp 1.114,74 kWh menjadi Rp 1.522,88 kWh.
"Dengan daya di bawah 3.500 VA keluarga ekonomi yang membutuhkan sekitar 74,2 juta pelanggan tidak mengalami perubahan (tarif) dan tetap terus mendapatkan dukungan bantuan dari pemerintah dalam rangka menjaga daya belu dan mengendalikan laju inflasi," kata Darmo, sapaan akrabnya.
Boleh Turun Daya
Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengatakan pelanggan bisa melakukan perubahan daya terpasang jika keberatan terhadap kenaika tarif listrik. Syaratnya, hal itu tidak menimbulkan dampak teknis kedepannya.
Artinya, penurunan daya yang dilakukan oleh pelanggan tidak menimbulkan masalah baru, misalnya tidak tahannya beban daya.
"Pindah daya silakan, karena itu hak masyarakat untuk menentukan daya yang terpasang, menyesuaikan dengan melakukan adjustment dengan konsumsi listrik ke masyarakat tersebut," kata dia dalam konferensi pers di kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Senin (13/6/2022).
Informasi, pemerintah akan menerapkan tarif keekonomian bagi pelanggan kategori 3.500-5.500 VA dan 6.600 VA ke atas. Kemudian, kantor pemerintah yang telah ditentukan.
Darmawan menyebut penyesuaian kembali harga ini telah mempertimbangkan kemampuan golongan masyarakat tersebut. Di kelompok ekonomi mapan ini, Darmawan menilai tiap rumah atau bahkan kamarnya telah memiliki pendingin udara atau AC.
Dengan begitu, jika memutuskan untuk turun daya, ia mengingatkan untuk mempertimbangkan beban listrik tersebut. Sehingga bisa menyesuaikan dengan daya yang diambil.
"Jangan sampai oindah daya dipaksakan dan jadi masalah teknis sendiri," katanya.
Perlu diketahui, penyesuaian tarif hanya diberlakukan kepada rumah tangga mampu yang berjumlah 2,09 juta pelanggan atau 2,5 persen dari total pelanggan PLN yang mencapai 83,1 juta. Juga kepada golongan pemerintah yang berjumlah 373 ribu pelanggan atau 0,5 persen.
Yakni, pelanggan rumah tangga mampu non subsidi golongan 3.500-5.500 Volt Ampere (VA) ke atas atau R2. Serta golongan 6.600 VA keatas atau R3.
Golongan Pemerintahan (P1, P2, P3) juga mengalami penyesuaian tarif. Tarif keekonomian akan berlaku mulai 1 Juli 2022.
Advertisement
Alasan Tarif Listrik Naik
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap alasan pengenaan tarif baru bagi golongan 3.500 Volt Ampere keatas. Salah satunya golongan ini masuk ke kalangan masyarakat mampu.
Dorektur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan masyarakat yang termasuk golongan itu dinilai tak perlu mendapatkan bantuan subsidi dari pemerintah. Keputusan ini diambil setelah melalui diskusi panjang antara Kementerian dan Lembaga terkait.
"Kenapa jadi (melakukan) adjustment (penyesuaian), karena ada masukan dari teman-teman di Senayan, di DPR RI bahwa hal penyaluran yang tak tepat sasaran itu agar segera diakhiri," katanya dalam konferensi pers, di kantor Kementerian ESDM, Senin (13/6/2022).
Kemudian, adanya pengaruh harga komoditas global yang turut berpengaruh terhadap penetapan tarif listrik dalam negeri. Misalnya, dengan adanya kenaikan harga minyak dunia dari proyeksi APBN sebesar USD63 per barel, hingga menyentuh hampir USD 100 per barel.
"Suasana atau kondisi global sekarang yang tadi kami sampaikan, sebagai bagian dari masyarakar global kita gak bisa menghindarinya," kata dia.
"Dan ada tekanan di energi minyak dan gas bumi, karena kita masih tergantung sementara tak kita kontrol, maka kita putuskan sharing burden, tak semuanya dihandle (disubsidi) APBN," tambah Rida.
Rida menyebut, dalam diskusi yang berlangsung, pemerintah menyiapkan hingga 6 skenario penyesuaian tarif. Dari kenaikan drastis, hingga bertahap.
"Ini melibatkan berbagai kementerian dan lembaga dibahas dan itu tak sekali, hingga ke tingkat mwnteri, kita di bagian teknis menyiapkan segala sesuatunya berupa beberapa skenario," katanya.
"Sampai kita kembangkan 6 skenario bagaimana diterapkan per triwulan III 2022, mulai dari drastis sekaligus naik, ada yang bertahap dan segmentasinya saha, dan diputuskan sejak kapan bermula," terangnya.