Mendag Zulkifli Hasan: Neraca Perdagangan Surplus 25 Bulan Berturut-turut

Mendag Zulkifli Hasan mengatakan, surplus perdagangan yang tinggi akan berdampak semakin positif bagi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di kuartal II 2022.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 18 Jun 2022, 11:30 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2022, 11:30 WIB
FOTO: Jelang Idul Adha, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan Pantau Harga Bahan Pokok di Pasar Cibubur
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan meninjau harga minyak goreng di Pasar Cibubur, Jakarta, Kamis (16/6/2022). Neraca perdagangan Indonesia masih mencatatkan surplus USD 19,79 miliar selama Januari-Mei 2022. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) melaporkan, kinerja perdagangan Indonesia pada Mei 2022 kembali mencatatkan surplus neraca perdagangan USD 2,9 miliar. Angka surplus perdagangan ini meningkat dibandingkan Mei 2021 yang tercatat USD 2,7 miliar.

Nilai tersebut terdiri dari surplus neraca nonmigas USD 4,75 miliar dan defisit neraca migas USD 1,86 miliar. Kondisi ini melanjutkan tren surplus selama 25 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

"Surplus neraca perdagangan Indonesia Mei 2022 didorong surplus perdagangan dengan beberapa negara mitra dagang. India menyumbangkan surplus terbesar senilai USD 1,35 miliar, disusul Amerika Serikat USD 0,99 miliar, dan Filipina USD 0,83 miliar," terang Zulkifli Hasan dalam keterangan tertulis, Sabtu (18/6/2022).

Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia masih mencatatkan surplus USD 19,79 miliar selama Januari-Mei 2022. Angka ini jauh lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatat surplus USD 10,51 miliar.

Surplus perdagangan Januari-Mei 2022 ditopang surplus sektor nonmigas USD 29,35 miliar, dan defisit sektor migas USD 9,56 miliar.

Zulkifli Hasan menambahkan, surplus perdagangan yang tinggi akan berdampak semakin positif bagi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di kuartal II 2022.

"Bila dibandingkan dengan tahun lalu, neraca perdagangan tahun ini diperkirakan jauh lebih baik," imbuhnya.

Ekspor Indonesia pada Mei 2022 tercatat sebesar USD 21,51 miliar, tumbuh 27 persen dibanding Mei 2021 year-on-year (yoy). Ekspor migas dan nonmigas sama-sama mengalami pertumbuhan yang tinggi, masing-masing 54,49 persen (yoy) dan 25,34 persen (yoy).

Nilai ekspor menguat seiring peningkatan permintaan akibat kekhawatiran pasokan dunia terganggu pascainvasi Rusia ke Ukraina. Kemudian, peningkatan harga komoditas ekspor unggulan dibanding Mei 2021.

Selain itu, ekspor seluruh sektor pada Mei 2022 juga menguat jika dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Sektor pertambangan menjadi sektor andalan dengan tingkat pertumbuhan tertinggi sebesar 114,2 persen (yoy), disusul sektor migas 54,5 persen (yoy), dan sektor pertanian 20,32 persen (yoy).

Kualitas ekspor Indonesia juga membaik. Hal ini terlihat dari semakin membaiknya pertumbuhan ekspor industri pengolahan sebesar 7,78 persen (yoy). Perbaikan ekspor ini ditopang produk-produk yang bernilai tambah tinggi, seperti kapal, perahu, dan struktur terapung (HS 89), nikel dan produknya (HS 75), serta bahan kimia anorganik (HS 28).

"Untuk memacu ekspor bernilai tambah tinggi, Kementerian Perdagangan terus berupaya mengakselerasi program transformasi perdagangan yang berfokus pada peningkatan ekspor non-komoditas dan digitalisasi perdagangan,” pungkas Mendag Zulkifli Hasan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Menko Airlangga: Surplus Neraca Perdagangan Percepat Pemulihan Ekonomi Nasional

FOTO: Ekspor Impor Indonesia Merosot Akibat Pandemi COVID-19
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan impor barang dan jasa kontraksi -16,96 persen merosot dari kuartal II/2019 yang terkontraksi -6,84 persen yoy. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, berbagai tantangan global yang kian masif tidak menyurutkan rentetan kinerja impresif pada berbagai indikator sektor eksternal Indonesia. Performa positif tersebut salah satunya dibuktikan dengan nilai neraca perdagangan yang terus melanjutkan tren surplus pada Mei 2022 dengan nilai mencapai USD 2,89 miliar.

Tren surplus ini bahkan telah dialami sejak Mei 2020 atau tepatnya selama 25 bulan secara berturut-turut.

“Kinerja neraca perdagangan yang kembali mencatatkan nilai surplus perlu disyukuri. Ini menjadi modal dan amunisi yang ampuh dalam menopang ketahanan sektor eksternal di tengah pemulihan ekonomi yang masih berlangsung,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, di Jakarta, Rabu (15/6/2022).

Sebagai salah satu langkah mempertahankan surplus neraca perdagangan, Pemerintah terus berupaya mendorong ekspansi pasar ekspor ke berbagai negara. Pada Mei 2022, negara tujuan ekspor Indonesia yang terbesar adalah Tiongkok dengan nilai USD 4,59 miliar atau 22,95 persen dari total ekspor, diikuti India sebesar USD 2,26 miliar (11,27 persen), dan Amerika Serikat sebesar USD 2,05 miliar (10,26 persen).

“Jalinan kerja sama bilateral maupun multilateral akan terus diperkuat Pemerintah untuk memperluas akses pasar produk-produk berkualitas hasil karya anak negeri. Termasuk Forum G20 dan berbagai forum kerja sama internasional lainnya akan menjadi media yang terus dioptimalkan untuk mencapai tujuan tersebut,” ujar Menko Airlangga.

Surplus neraca perdagangan yang terus terjaga tentunya didukung kinerja ekspor yang semakin tangguh. Pada Mei 2022, nilai ekspor Indonesia mencapai USD 21,51 miliar atau tumbuh double digit sebesar 27,00 persen (yoy).

Seluruh sektor non migas juga menguat jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya, seperti sektor pertambangan dengan kenaikan sebesar 114,20 persen (yoy), pertanian meningkat sebesar 20,32 persen (yoy), dan industri pengolahan dengan pertumbuhan sebesar 7,78 persen (yoy).

Bahkan nilai ekspor Indonesia secara kumulatif selama periode Januari hingga Mei 2022 telah mencapai USD 114,97 miliar atau tumbuh signifikan sebesar 36,34 persen (ctc). Di samping itu, struktur ekspor Indonesia yang didominasi oleh sektor industri sebesar 65,73 persen juga mengindikasikan prospek yang sehat pada kinerja perdagangan ke depan dengan nilai tambah tinggi.

“Untuk memacu nilai tambah ekspor, akselerasi program hilirisasi komoditas unggulan akan terus dipercepat. Program ini nantinya tidak hanya akan mendorong output nasional namun juga akan menyerap tenaga kerja sebesar-besarnya,” tutur Menko Airlangga.

PMI Manufaktur Indonesia

Neraca Perdagangan RI
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sejalan dengan hal tersebut, posisi PMI Manufaktur Indonesia yang menunjukkan prospek output produksi sektor industri juga berada di level ekspansif pada Mei 2022 dengan nilai 50,8 atau melanjutkan level ekspansif selama sembilan bulan berturut-turut. Level PMI Indonesia tersebut juga masih berada di atas level PMI negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia (50,1) dan Myanmar (49,9).

Hasil survei PMI Manufaktur yang diterbitkan oleh S&P Global ini juga menunjukkan bahwa responden manufaktur Indonesia berekspektasi positif terhadap kinerja perekonomian selama 12 bulan ke depan, sehingga akan terus menambah kapasitas produksi mereka.

Beralih dari nilai ekspor, sisi impor Mei 2022 tercatat sebesar USD 18,61 miliar. Jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya, nilai impor telah meningkat sebesar 30,74 persen (yoy).

Impor Paling Banyak

Proyeksi Neraca Perdagangan Indonesia
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (14/4/2022). Kenaikan harga komoditas global di tengah perang Rusia-Ukraina tetap menjadi pendorong utama terjadinya surplus yang besar karena mendorong kinerja ekspor Indonesia. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sokongan utama impor berasal dari kelompok bahan baku/penolong dengan porsi 78,77 persen dari total impor, disusul barang modal (13,09 persen), dan barang konsumsi (8,14 persen). Kondisi ini menunjukkan geliat produksi nasional semakin bertumbuh sehingga membutuhkan input bahan baku lebih besar. 

Mencermati dinamika global yang masih akan penuh tantangan di masa depan, bersinergi dengan Bank Indonesia, Pemerintah akan mengoptimalkan pemanfaatan Local Currency Settlement (LCS) sebagai bagian dari upaya mitigasi risiko eksternal.

Untuk merealisasikan upaya tersebut, pada hari ini Bank Indonesia bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan, KADIN, APINDO, dan Asosiasi Bank ACCD telah melaksanakan launching Task Force Nasional LCS sebagai bentuk sinergi dan kolaborasi dalam mengakselerasi pengembangan LCS.  

Infografis Keran Ekspor Minyak Goreng Kembali Dibuka. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Keran Ekspor Minyak Goreng Kembali Dibuka. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya