Liputan6.com, Jakarta - Tingkat inflasi tahunan Turki mencapai hampir 80 persen pada bulan Juni 2022, menandai level tertinggi dalam sekitar dua dekade.
Dilansir dari CNN Business, Selasa (5/7/2022) harga konsumen Turki naik 78,6 persen pada Juni 2022 dibandingkan bulan yang sama di 2021 lalu.
Baca Juga
Kenaikan inflasi Turki ini didorong oleh melonjaknya biaya makanan dan minuman serta transportasi di negara itu.
Advertisement
Data dari Institut Statistik Turki menunjukkan bahwa kenaikan harga pangan di Turki melonjak hampir dua kali lipat dalam setahun, sementara biaya transportasi naik 123 persen.
Ini adalah tonggak sejarah suram lainnya bagi Turki yang telah mengalami inflasi yang merajalela dalam beberapa bulan terakhir, di tambah mata uang lira yang nilainya anjlok lebih dari 20 persen terhadap dolar AS sejak awal tahun ini.
Ekonomi Turki terkena kekuatan inflasi global yang terjadi seperti negara-negara lain, menyusul kebijakan ekonomi yang tak biasa dari Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Kebijakan ini kerap disebut memicu anjloknya nilai lira, dan harga impor lebih mahal.
Pada September 2021, Erdogan mengatakan kepada bank sentral Turki untuk mulai memotong suku bunga karena harga naik, daripada menaikkannya.
Pada saat bank sentral utama dunia meningkatkan biaya pinjaman untuk mendinginkan permintaan guna menjinakkan inflasi, Turki melakukan hal yang sebaliknya. Suku bunga negara itu tetap di angka 14 persen sejak Desember 2021.
Erdogan pun membela kebijakan moneternya, dengan alasan bahwa menurunkan suku bunga akan menurunkan inflasi dan meningkatkan produksi dan ekspor.Â
Kenaikkan Harga Komoditas Global Hingga Energi Picu Inflasi Turki di Bulan Juni 2022
Menteri Ekonomi Turki Nureddin Nebati mengatakan dalam sebuah postingan di Twitter pada Senin (4/7) bahwa "bertahannya kenaikan harga komoditas global yang tinggi, terutama dalam energi dan produk pertanian" telah memicu inflasi pada bulan Juni 2022.
Dia mengatakan pemerintah mengambil tindakan untuk melindungi masyarakat dari meroketnya harga, termasuk dengan mengurangi pajak penjualan dan memberikan subsidi.
Pekan lalu, Erdogan mengumumkan bahwa pemerintahnya akan menaikkan upah minimum sebesar 30 persen mulai bulan ini – hanya enam bulan setelah menaikkannya sebesar 50 persen, guna membantu pekerja dengan biaya hidup yang melonjak.
Sementara itu, S&P Global Ratings mengatakan dalam sebuah laporan pekan lalu bahwa inflasi yang dikombinasikan dengan nilai lira Turki yang lemah akan terus membebani belanja konsumen.Â
Inflasi tahunan Turki diperkirakan akan tetap di atas 70 persen hingga akhir tahun, dan di atas 20 persen hingga setidaknya pertengahan 2023.
"Resesi dan perang Rusia-Ukraina, serta perlambatan pertumbuhan di zona euro dan Inggris akan membebani ekspor, yang telah menjadi pendorong pertumbuhan penting Turki hingga saat ini," kata laporan itu.
Advertisement
Inflasi Dunia Ancam Pemulihan Ekonomi RI, Sri Mulyani Was-Was
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimis, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022 bisa mencapai 4,9 persen hingga 5,4 persen.
Alasannya, mobilitas masyarakat kian meningkat dan berbagai aktivitas ekonomi kembali berjalan seiring dengan terkendalinya Covid-19.
Hanya saja, momentum pemulihan ekonomi saat ini mengalami tekanan dari kenaikan inflasi dunia yang mulai merembes ke pasar domestik. Hal ini pun berpotensi menggerus pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang sedang mengalami peningkatan.
"Konsumsi masyarakat yang akan pulih tetapi harus dilihat hati-hati karena inflasi akan menggerus dukungan dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga kita," kata Sri Mulyani di kompleks DPR, Jakarta, Jumat (1/7).
Tak hanya itu, sumber pertumbuhan terbesar lainnya yakni sektor investasi juga berpotensi terganggu jika inflasi terus mengalami kenaikan. Kenaikan inflasi di dalam negeri pun terancam pertumbuhannya.
"Kemungkinan akan tergerus kalau inflasi interested naik, ini bisa menurunkan investasi," katanya.
Artinya, dua sektor ini menjadi penentu kinerja ekonomi tahun ini rentan terhadap kenaikan inflasi. Untuk itu, bendahara negara ini akan menjaga pertumbuhan agar tetap bisa tumbuh dengan kualitas yang baik.
Dia menginginkan pertumbuhan ekonomi hanya sukses dari sisi pertumbuhan angka. Melainkan juga harus bisa menciptakan kesempatan baru bagi masyarakat untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
"Pemulihan ekonomi ini bukan untuk kembalikan gross tetapi menciptakan kesempatan kerja baru dan mengurangi kemiskinan," katanya.