Isu yang Belum Disepakati di Pertemuan Ketiga Menkeu dan Gubernur Bank Sentral G20 di Bali

Masih ada isu yang belum bisa disepakati dalam Pertemuan Ketiga Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dalam pertemuan G20 di Bali

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jul 2022, 12:46 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2022, 12:30 WIB
Pembahasan perkembangan hasil musyawarah Working Group dari para Sherpa G20 diteruskan pada sesi ketiga yang bertemakan Transisi Energi, pada Senin (11/7)
Pembahasan perkembangan hasil musyawarah Working Group dari para Sherpa G20 diteruskan pada sesi ketiga yang bertemakan Transisi Energi, pada Senin (11/7)

Liputan6.com, Jakarta Masih ada isu yang belum bisa disepakati dalam Pertemuan Ketiga Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dalam pertemuan G20 di Bali atau the third G20 Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) meeting for 2022.  

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati bercerita, dalam Pertemuan Ketiga FMCBG telah menghasilkan 14 paragraf ringkasan Presidensi G20 jalur keuangan. Dari 14 paragraf tersebut ada 2 isu yang belum mendapatkan kesepakatan.

Pertama terkait dampak perang Rusia dan Ukraina terhadap pemulihan ekonomi global dan strategi mengatasi ancaman krisis pangan. Banyak anggota sepakat pemulihan ekonomi global melambat akibat perang Rusia-Ukraina. Mayoritas negara pun meminta perang segera diakhiri.

Namun ada negara yang tidak sepakat dengan pemberian sanksi. "Perang Rusia dan Ukraina dikecam keras dan menyerukan diakhirinya perang. Salah satu anggota menyatakan pandangan bahwa sanksi tersebut menambah tantangan yang ada," dikutip dari ringkasan Presidensi G20, Bali, (17/7/2022).

Anggota G20 mencatat tantangan yang ada telah diperburuk, termasuk ketidaksesuaian pasokan-permintaan, gangguan pasokan, dan peningkatan harga komoditas dan energi. Hal ini telah menambah tekanan inflasi yang meningkat dan berkontribusi pada peningkatan risiko kerawanan pangan.

Banyak anggota mencatat pentingnya tindakan lanjutan terhadap perubahan iklim, serta mengatasi kerentanan utang. Beberapa anggota menyambut baik Catatan Presidensi G20 tentang Penetapan Kebijakan untuk Strategi Keluar untuk Mendukung Pemulihan dan Mengatasi Efek Bekas Luka untuk Mengamankan Pertumbuhan di Masa Depan.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tantangan Ekonomi dan Keuangan

Sebagai Presidensi G20, Indonesia mulai menggelar berbagai pertemuan tingkat tinggi di Bali
Sebagai Presidensi G20, Indonesia mulai menggelar berbagai pertemuan tingkat tinggi di Bali (dok: Ilyas)

Kedua, mayoritas anggota sepakat ada peningkatan kerawanan pangan dan energi yang mengkhawatirkan, yang dirasakan secara tidak proporsional oleh kelompok rentan. Beberapa juga menyatakan keprihatinan tentang ketersediaan pupuk yang berpotensi memperburuk krisis pangan.

Anggota menegaskan komitmen mereka untuk menggunakan semua alat kebijakan yang tersedia untuk mengatasi tantangan ekonomi dan keuangan saat ini, termasuk risiko kerawanan pangan. Banyak anggota siap untuk mengambil tindakan kolektif yang cepat mengenai ketahanan pangan, termasuk dengan bekerja dengan inisiatif lain. Anggota mendukung inisiatif multilateral.

Beberapa anggota meminta lembaga keuangan internasional untuk mengimplementasikan komitmen dalam Rencana Aksi untuk Mengatasi Kerawanan Pangan. Anggota juga menyambut baik Seminar Tingkat Tinggi tentang Penguatan Kolaborasi Global untuk Mengatasi Kerawanan Pangan. Para anggota sepakat untuk menjaga stabilitas keuangan dan kesinambungan fiskal jangka panjang.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Infografis Presidensi G20 dari Tahun ke Tahun. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Presidensi G20 dari Tahun ke Tahun. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya