Liputan6.com, Jakarta - Unidentified Flying Object (UFO) atau benda terbang tak dikenal sering menyita perhatian publik. Namun, siapa sangka penampakan UFO telah diabadikan sejak peradaban kuno.
Manusia telah melaporkan berbagai fenomena langit yang tidak biasa selama ribuan tahun. Melansir laman Live Science pada Jumat (24/01/2025), Chris Aubeck, seorang peneliti independen, menyatakan bahwa tidak ada kesepakatan mengenai apa yang dapat dianggap sebagai penampakan UFO pertama dalam sejarah.
Hal ini bukan karena kurangnya catatan, tetapi lebih pada bagaimana laporan-laporan kuno diinterpretasikan. Banyak artefak kuno yang menggambarkan objek langit misterius, tetapi makna dan konteksnya sering kali sulit dipastikan.
Advertisement
Baca Juga
Misalnya, teks-teks dari peradaban Sumeria dan Babilonia, seperti tablet cuneiform, mencatat fenomena berupa perubahan bentuk di langit atau meteor hitam. Namun, teks-teks ini lebih sering ditafsirkan sebagai pertanda religius atau omens ketimbang bukti penampakan UFO.
Teks serupa ditemukan dalam catatan Tiongkok kuno, Mesir, dan India yang menyebutkan cahaya atau benda bercahaya yang tidak biasa di langit. Salah satu contoh dari India adalah teks epik Mahabharata yang menyebutkan kendaraan terbang misterius bernama Vimana.
Namun, seperti catatan lainnya, laporan ini sulit untuk dianggap sebagai bukti langsung karena terlepas dari konteks ilmiah masyarakat masa itu. Salah satu laporan bersejarah yang cukup menarik terjadi di Nuremberg, Jerman, pada 14 April 1561.
Penduduk setempat melaporkan melihat fenomena langit yang menyerupai pertempuran udara. Mereka menyaksikan bola, silinder, salib, dan sebuah objek besar berbentuk panah hitam saling "berperang" di langit hingga akhirnya jatuh ke bumi dengan asap tebal.
Â
Hans Glaser
Fenomena tersebut diabadikan oleh seorang seniman lokal bernama Hans Glaser. Ia membuat ukiran kayu untuk menggambarkan peristiwa itu. Meski demikian, Glaser tidak menyebutkan istilah UFO atau makhluk luar angkasa dalam laporannya, sehingga peristiwa tersebut masih menjadi perdebatan di kalangan peneliti.
Budaya modern tentang UFO dimulai pada Juni 1947, ketika Kenneth Arnold, seorang pilot amatir, melaporkan melihat sembilan objek terbang yang bergerak cepat dalam formasi di dekat Gunung Rainier, Washington. Fenomena ini dianggap sebagai tonggak awal budaya UFO modern.
Istilah "piring terbang" (flying saucer) mulai digunakan setelah laporan ini karena Arnold menggambarkan gerakan objek tersebut seperti "piring yang melayang di atas air." Setelah laporan tersebut, fenomena UFO menarik perhatian luas. Jumlah laporan meningkat pesat, terutama di Amerika Serikat, yang menjadi pusat budaya UFO modern.
Saat ini, masyarakat tidak selalu langsung mengaitkan penampakan tersebut dengan makhluk luar angkasa. Sebaliknya, mereka sering kali mencurigai bahwa objek tersebut adalah teknologi militer rahasia.
Misalnya, pada awal abad ke-20, masyarakat Inggris melaporkan penampakan kapal udara (dirigible) selama 1912 dan 1914. Laporan ini sering diasosiasikan dengan dugaan teknologi Jerman pada masa menjelang Perang Dunia I.
Fenomena ini menunjukkan bagaimana laporan penampakan UFO sering kali mencerminkan kekhawatiran geopolitik atau teknologi pada zamannya. Demikian pula, selama Perang Dingin, banyak laporan UFO yang dicurigai sebagai uji coba teknologi militer rahasia oleh Amerika Serikat atau Uni Soviet.
Hal ini membentuk pandangan bahwa UFO tidak selalu merupakan fenomena luar angkasa, tetapi bisa jadi hasil eksplorasi teknologi manusia. Era Investigasi dan Misteri yang Terus BerlanjutSetelah Perang Dunia II, perhatian pada UFO terus meningkat.
Pemerintah berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, memulai investigasi resmi terhadap fenomena ini. Salah satu program paling terkenal adalah Project Blue Book, yang diluncurkan oleh Angkatan Udara AS pada tahun 1952 untuk menyelidiki laporan UFO.
Hingga kini, penampakan UFO tetap menjadi fenomena yang menarik perhatian publik dan ilmuwan. Meskipun teknologi modern memungkinkan rekaman visual yang lebih baik, misteri seputar UFO terus memicu perdebatan.
(Tifani)
Advertisement