BI Prediksi Inflasi IHK 2022 Bisa Tembus 4,6 Persen

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo meminta agar masyarakat bisa memnedakan antara inflasi IHK dengan inflasi inti.

oleh Tira Santia diperbarui 21 Jul 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2022, 17:00 WIB
FOTO: Inflasi Indonesia Diklaim Terendah di Dunia
Pedagangan menata cabai di Pasar Senin, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Inflasi Indonesia disebut masih termasuk paling rendah di dunia, karena ada 20 negara lebih yang memboikot, tidak boleh jual pangannya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi 2022, yakni inflasi Indeks Harga konsumen (IHK) di kisaran 4,2 persen hingga 4,6 persen. Sedangkan, inflasi inti diprediksi mencapai 2-4 persen.

Hal itu disampaikan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Juli 2022 dengan Cakupan Triwulanan, Kamis (21/7/2022).

Perry menjelaskan, harus bisa membedakan antara inflasi IHK dengan inflasi inti. Bulan lalu inflasi IHK di kisaran 4,35 persen tapi inflasi inti sebesar 2,63 persen. Inflasi inti adalah inflasi yang mencerminkan antara keseimbangan permintaan dan penawaran di dalam ekonomi nasional.

“Inflasi inti 2,63 persen menunjukkan meskipun permintaan di dalam negeri itu meningkat tapi masih terpenuhi dengan kapasitas produksi nasional. Disinilah kenapa tekanan-tekanan inflasi dari fundamental yang tercerminkan pada inflasi inti masih terkelola,” kata Perry.

Sementara, inflasi IHK sebesar 4,35 persen terutama diakibatkan oleh kenaikan harga pangan volatile food sebagai dampak dari harga komoditas pangan Global yang tinggi dan gangguan mata rantai pasokan.

“Pada bulan lalu inflasi volatile food mencapai lebih dari 10 persen, administered prices tentu saja tergantung dari kebijakan fiskal dalam hal ini Harga energi, listrik, gas yang disubsidi tidak naik. Tetapi ada kenaikan harga-harga energi yang non subsidi pertamax maupun yang lain-lain,” jelasnya.

Inilah sumber kenaikan inflasi dari IHK, terutama dari inflasi harga pangan karena dampak global dan juga kenaikan harga energi yang tidak disubsidi oleh pemerintah.

BI juga memperkirakan tekanan-tekanan inflasi ke depan akan lebih bersumber dari inflasi sisi penawaran yaitu, dari sisi harga pangan dan harga energi yang tidak disubsidi. Dengan perkembangan perkembangan harga komoditas dunia yang terus naik.

“Disinilah kami perkirakan inflasi akhir tahun ini bisa lebih tinggi dari 4,2 persen (bahkan) bisa mencapai 4,5 -4,6 persen itu inflasi IHK. Sekali lagi karena kenaikan harga pangan dan harga energi yang tidak disubsidi oleh pemerintah,” ujarnya.

Sedangkan perkiraan inflasi inti masih dapat terjaga di dalam batas sasaran 2 – 4 persen, dalam arti belum melebihi 4 persen.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sri Mulyani: Inflasi di Banyak Negara Melonjak Tinggi, Ini Ancaman Nyata

FOTO: Inflasi Indonesia Diklaim Terendah di Dunia
Aktivitas perdagangan di Pasar Senin, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengklaim inflasi Indonesia menjadi yang paling rendah dibandingkan negara lain. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengapresiasi penyelenggaraan Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara G20. Diketahui, acara tersebut berlangsung pada Jumat (15/7) di Nusa Dua, Bali.

"Kristalina sangat menghargai bahwa Indonesia telah sukses menjadi tuan rumah untuk G20 finance track menteri-menteri keuangan dan gubernur bank sentral yang ketiga di Bali pada situasi dunia yang sedang tidak mudah, makin menantang," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani di Istana Kepresidenan Bogor saat mendampingi Presiden Joko Widodo, dikutip dari siaran pers diterima, Minggu (17/7/2022) malam.

Sri menjelaskan, tantangan dimaksud yaitu perang Rusia dan Ukraina yang masih berjalan dan menimbulkan harga komoditas seperti pangan dan energi menjadi naik. Menurut dia, kenaikan harga di dua komoditas tersebut memacu inflasi di berbagai negara.

"Inflasi di banyak negara meningkat secara tinggi, sehingga menjadi ancaman yang sangat nyata bagi banyak-banyak negara yang sekarang menghadapi krisis pangan dan krisis energi," lanjut dia.

Sri meyakini, peranan Indonesia sebagai pemegang presidensi G20 dalam Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral kemarin menjadi sangat penting. Sebab, dalam pertemuan itu dibahas mengenai bagaimana menyinkronkan kebijakan fiskal dan moneter.

"Dalam menangani seperti krisis pangan, langkah-langkah apa yang bisa dilakukan agar bisa menurunkan risiko dari perekonomian global yang sekarang ini meningkat sangat tinggi," urai Sri.

 

KTT G20

Sri menambahkan, sejumlah poin  dibahas dalam berbagai pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral akan menjadi bahan untuk disampaikan pada KTT G20 November 2022, seperti pengadaan membentuk dana kesehatan multilateral untuk penanganan pandemi di masa depan.

“Hal itu untuk memperkuat kolaborasi antara keuangan dan kesehatan,” jelas Sri.

Kemudian, Sri mengatakan, tentang crypto currency dan regulasi mengenai digital coin, global taxtation, sustainable finance, dan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan juga turut menjadi poin pembahasan. Menurut dia, Financial inclusion dan digital technology menjadi salah satu capaian yang sangat baik.

“Hal itu menjadi sangat impresif dalam situasi saat ini, jadi itu yang merupakan hasil-hasil yang dilakukan di G20," Sri menutup.

Infografis Harga Cabai
Di balik harga cabai Jakarta yang melambung (liputan6.com/Deisy)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya