Liputan6.com, Jakarta - Influencer digunakan secara masif oleh berbagai produk terutama makanan dan minuman untuk meningkatkan penjualan. Bahkan tak jarang produk-produk tersebut menggunakan artis dari luar negeri sebagai Influencer.
Manager MarkPlus, Inc Aniza Nurfebriany menjelaskan, penggunaan influencer untuk merekomendasikan produk jadi salah satu strategi pemasaran yang digunakan oleh brand atau merek. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas dari penggunaan influencer itu sendiri.
Baca Juga
MarkPlus melaksanakan survei WOW Influencer. Bertujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan masyarakat terhadap rekomendasi influencer, survei ini melibatkan 1.000 netizen di Indonesia dengan persebaran geografis Jabodetabek (34 persen), Jawa Tengah dan DI Yogyakarta (20 persen), Jawa Timur (17 persen), Jawa Barat dan Banten (17 persen), Sumatera (7 persen), Kalimantan (2 persen), Bali, NTB dan NTT (2 persen), serta Sulawesi (1 persen).
Advertisement
Dalam mengukur performa influencer, MarkPlus menggunakan dua matriks diantaranya 'Influencer Credibility Ratio' yaitu persentase netizen yang mengetahui dan mempercayai rekomendasi influencer tersebut dan 'Influencer Follow Ratio' yaitu persentase netizen yang mengetahui dan akhirnya mengikuti (follow) influencer tersebut di media sosial.
Berdasarkan gambar di atas, rata-rata setiap influencer dikenal oleh sekitar 300 responden. Riset ini mengungkap fakta bahwa dari 10 responden yang mengetahui influencer, terdapat 5 yang mempercayai rekomendasi influencer tersebut dan hanya 2 yang akhirnya mengikuti influencer tersebut di media sosial.
“Hal ini menjadi tantangan bagi pemasar untuk menyusun konten yang tak hanya natural, namun dapat dipercaya. Hal ini guna meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap konten yang diproduksi influencer tersebut.”, kata dia dalam keterangan tertulis, Rabu (3/8/2022).
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Siapa yang Dipercaya?
Siapa yang tak kenal Ria Ricis, influencer yang diikuti lebih dari 30 juta masyarakat ini ternyata memiliki nilai kepercayaan publik yang cukup rendah, dari sepuluh orang yang mengetahuinya, hanya tiga diantaranya yang mengaku percaya dengan rekomendasi influencer yang akrab disapa Ricis tersebut.
Sementara, Tasya Farasya yang masyhur kepiawaiannya di bidang kecantikan dan tata rias ini memiliki nilai kepercayaan lebih tinggi. Lima dari sepuluh orang yang mengetahuinya memercayai rekomendasi Tasya Farasya. Lantas, siapa influencer yang memiliki tingkat kredibilitas paling tinggi?
Menjawab pertanyaan tersebut, saat ini RANS Entertainment menduduki tingkat kredibilitas paling tinggi dengan nilai 0.56, selisihnya tak jauh dengan nilai yang diperoleh Tasya Farasya yaitu 0.54, yang kemudian disusul oleh Fadil Jaidi pada angka 0.33.
“Dengan data ini para brand tentunya dapat mempertimbangkan influencer mana yang akan dipilih untuk mempromosikan produknya. Brand dapat mengetahui bagaimana tingkat kepercayaan masyarakat terhadap influencer, produk yang dianggap sering direkomendasikan oleh para influencer, hingga karakteristik yang dimiliki influencer menurut masyarakat", ujar Deputy CEO MarkPlus, Inc Yosanova Savitry.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Advertisement
Tips-tips Menjadi Influencer Keren di Media Sosial
Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berkolaborasi dengan Siberkreasi menyelenggarakan kegiatan Webinar Literasi Digital dengan mengangkat topik utama Makin Cakap Digital 2022. Tujuan kegiatan ini adalah mendorong masyarakat mengenal dan mengadopsi teknologi digital sehingga mampu mendukung tercapainya target kumulatif sebesar 50 juta orang terliterasi di tahun 2024.
Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan, We Are Social mencatat bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna, dimana 170 juta penggunanya menggunakan media sosial. Dapat dikatakan bahwa pengguna internet di indonesia mencapai 61.8% dari total populasi Indonesia. Menurut Survei Literasi Digital di Indonesia pada tahun 2021, Indeks atau skor Literasi Digital di Indonesia berada pada angka 3,49 dari skala 1-5. Skor tersebut menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori Sedang.
Kegiatan webinar ini dilaksanakan pada Selasa, 05 Juli 2022 dengan jumlah pendaftar 173 peserta. Webinar ini mengangkat tema “Menjadi Influencer di Media Sosial” yang ditujukan untuk memberikan sosialisasi kepada kelompok masyarakat atau komunitas DKI Jakarta, Banten, dan sekitarnya. Webinar tersebut berlangsung pada pukul 14:00 s.d 16:00 WIB dengan diisi oleh tiga narasumber yaitu, Abdul Malik MSN selaku Jurnalis sekaligus Dosen, Hariqo Wibawa Satria selaku Pengamat Medsos Komunikonten sekaligus CEO Global Influencer School, dan Kurnia Nurdiansyah selaku Blogger sekaligus Content Creator.
Menjadi Influencer berarti kita memiliki tanggung jawab besar, karena Influencer memiliki pengaruh besar kepada followers-nya dan juga audience yang lebih besar lagi untuk mempengaruhi keputusan orang lain dalam membantu mereka mengambil keputusan atau pun tindakan. “Cara menjadi influencer yang sukses adalah bangun personal branding, menentukan target, membuat konten pilar, merapikan dan merancang konten, buat jadwal posting, lakukan interaksi dengan audiens dan upgrade kemampuan” ujar Abdul Malikmsn.
Dalam melakukan hal tersebut Influencer memerlukan kecakapan digital tidak hanya dalam menggunakan media sosial namun juga ruang digital yang lebih luas lagi. Sebuah survei, influencer Indonesia memiliki gaji rata-rata 9,3 juta rupiah sampai dengan 14 juta rupiah per bulan.
Setiap Individu adalah Influencer
Setiap individu sebenarnya merupakan Influencer, karena dalam penggunaan media sosial berarti kita membagikan kegiatan harian di kanal-kanal digital, dan akan ada interaksi serta dukungan at least dari followers. Namun perlu dipahami kita harus memiliki etika dan juga etiket dalam menggunakan media sosial. Etika dibutuhkan untuk memahami nilai dan norma moral serta etiket dibutuhkan dalam hal tata krama menggunakan internet, karena kita harus menyadari bahwa kita berinteraksi dengan manusia nyata, bukan hanya karakter huruf dan gambar di layar monitor.
Jadi, kita harus dapat mencapai kecakapan digital, menjadi Influencer harus handal akan akan hal ini. Kemudian, setiap kita diharapkan bisa mengoptimalkan kecakapan dalam mesin pencarian informasi dan ditandai dengan kemampuan mengetahui dan memahami cara mengakses macam-macam mesin pencarian informasi yang tersedia, lalu mampu menyeleksi dan verifikasi informasi yang didapatkan serta menggunakannya untuk kebaikan diri dan sesama, serta dengan mengenal ekosistem transaksi daring dengan lebih baik, kita bisa terhindari dari kegiatan terkait yang merugikan.
Masyarakat dapat mengakses informasi terkait kegiatan webinar literasi digital ini melalui laman https://event.literasidigital.id/ .
Advertisement