Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia melonjak lebih dari USD 1 per barel pada perdagangan Senin. Kenaikan harga minyak dunia hari ini memperpanjang penguatan yang telah dicetak sebelumnya.
Saat ini, investor tengah menunggu dan mengamati langkah-langkah yang sedang dan akan dilakukan oleh negara eksportir minyak mentah atau OPEC+. Para produsen minyak ini tengah berkumpul untuk menentukan produksi ke depan.
Baca Juga
Mengutip CNBC, Selasa (6/9/2022), harga minyak mentah berjangka Brent naik USD 1,43, atau 1,5 persen menjadi USD 94,45 per barel pada pukul 00.54 GMT setelah naik 0,7 persen pada perdagangan Jumat.
Advertisement
Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di USD 88,12 per barel. Angka ini naik USD 1,25 atau 1,4 persen mengikuti kenaikan 0,3 persen di sesi perdagangan sebelumnya.
Pasar AS ditutup untuk hari libur umum pada hari Senin.
Harga minyak telah jatuh dalam tiga bulan terakhir berturut-turut, setelah sebelumnya sempat menyentuh harga tertinggi dalam puluhan tahun. Kenaikan harga minyak terjadi di tengah kekhawatiran akan kenaikan suku bunga dan pembatasan Covid-19 di beberapa bagian China dan juga beberapa importir minyak mentah utama dunia.
Para investor dan analis melihat beberapa faktor tersebut bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan mendinginkan permintaan akan minyak mentah.
Â
Pertemuan OPEC
Pada Senin, organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, akan pertemuan. Dalam sidang ini akan memutuskan untuk mempertahankan tingkat produksi saat ini atau bahkan memangkas produksi untuk meningkatkan harga, meskipun pasokan tetap ketat.
Analis ANZ dalam catatannya menuliskan bahwa mereka mengharapkan OPEC untuk mempertahankan produksi atau tidak tidak menubah keputusan sebelumnya.
"Retorika mungkin bullish karena terlihat menahan penurunan harga baru-baru ini," tulis analis ANZ.
Wall Street Journal melaporkan pada hari Minggu bahwa Rusia tidak mendukung pengurangan produksi minyak saat ini dan kemungkinan OPEC+ akan menjaga produksinya tetap stabil dalam bertemu Senin.
Informasi yang ditulis oleh Wall Street Journal tersebut berasal dari orang tak dikenal yang mengetahui masalah tersebut.
Â
Advertisement
Kesepakatan Nuklir Iran
Sementara itu, negosiasi berlarut-larut dalam upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 antara Negara Barat dengan Iran.
Kesepakatan untuk melakukannya dapat memungkinkan Teheran untuk meningkatkan ekspor dan meningkatkan pasokan global.
Gedung Putih pada hari Jumat menolak menghubungkan kesepakatan itu dengan penutupan penyelidikan oleh pengawas nuklir PBB sehari setelah Iran membuka kembali masalah itu, menurut seorang diplomat Barat.