Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) merespon pergerakan inflasi September 2022 yang sudah mencapai 5,95 persen secara year on year (yoy). Kenaikan inflasi sendiri dipicu oleh penyesuaian harga BBM subsidi jenis Pertalite maupun Solar beberapa waktu lalu.
Jokowi menyatakan, capaian angka inflasi tersebut masih terkendali dan patut disyukuri. Mengingat, sejumlah negara justru mencatatkan lonjakan inflasi secara drastis.
Baca Juga
"Inflasi masih terkendali setelah kenaikan harga BBM di angka 5,9 persen, ini tetap harus kita syukuri. Karena kalau kita bandingkan di Argentina sudah 83,5 persen," kata Jokowi dalam acara Investor Daily Summit 2022 di Jakarta Convention Center, Selasa (11/10/2022).
Advertisement
Berkaca pada kondisi tersebut, Jokowi meyakini momentum pemulihan ekonomi nasional pasca terdampak pandemi Covid-19 masih terjaga. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022 yang mencapai 5,44 persen secara year on year (yoy).
"Pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua kita termasuk yg terbaik di dunia," ucapnya.
Meski begitu, Jokowi meminta kementerian/lembaga hingga pemerintah daerah untuk terus mewaspadai tren kenaikan inflasi dalam beberapa bulan terakhir. Mengingat, adanya ancaman krisis energi hingga pangan akibat ketegangan geopolitik dunia.
"Kita ingin konsumsi masyarakat tetap terjaga, daya beli tetap terjaga," pungkasnya.
Â
Inflasi Tertinggi Sejak 2014
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi September 2022 sebesar 1,17 persen. Untuk inflasi tahun kalender 2022 yaitu untuk periode September 2022 terhadap Desember 2021 mencapai 4,48 persen.
Sementara untuk inflasi tahun ke tahun yaitu periode September 2022 terhadap September 2021 mencapai 5,95 persen.
"Inflasi yang terjadi di September 2022 yang sebesar 1,17 persen, merupakan inflasi tertinggi sejak Desember tahun 2014 di mana pada saat itu terjadi inflasi 2,46 persen sebagai akibat kenaikan harga BBM pada November 2014," tutur Kelapa BPS Margo Yuwono, Senin (3/10/2022).
Â
Advertisement
88 Kota Inflasi
Berdasarkan pantauan BPS, dari 90 kota yang diamati pergerakan harganya, 88 kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Bukit Tinggi yaitu sebesar 1, 87 persen.
"Kalau dilihat di Bukit Tinggi penyebab utamanya adalah kenaikan harga bensin di mana memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,81 persen. Kemudian beras beri andil 0,35 persen, angkutan dalam kota memberikan andil 0,18 persen. Terakhir angkutan antar kota memberikan andil 0,09 persen," jelas dia.
Sedangkan inflasi terendah terjadi di Merauke yang hanya sebesar 0,07 persen.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com