Harga Emas Melonjak 1 Persen karena Pelemahan Dolar AS

Harga emas berjangka AS naik 0,44 persen menjadi USD 1.656,10 per ounce.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 18 Okt 2022, 07:55 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2022, 07:30 WIB
Ilustrasi Harga Emas Hari Ini di Dunia. Foto: DAVID GRAY | AFP
Ilustrasi Harga Emas Hari Ini di Dunia. Foto: DAVID GRAY | AFP

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik sekitar 1 Persen pada penutupan perdagangan Senin, setelah mengalami tekanan dalam dua sesi perdagangan sebelumya. Kenaikan harga emas hari ini karena dolar AS dan imbal hasil obligasi AS tengah goyah.

Mengutip CNBC, Selasa (18/10/2022), harga emas di pasar spot sempat naik lebih dari 1 persen dan akhirnta ditutup naik 0,50 persen di level USD 1.65610 per ounce. Angka ini menjauh dari level terendah dalam lebih dari dua minggu yang dicetak pada perdagangan Jumat lalu.

Sedangkan untuk harga emas berjangka AS naik 0,44 persen menjadi USD 1.656,10 per ounce.

"Dolar AS secara signifikan bergerak lebih rendah dan imbal hasil obligasi AS juga berdetak lebih rendah," kata analis pasar senior RJO Futures Bob Haberkorn menjelaskan penyebab kenaikan harga emas dunia.

Selain itu, ia juga mencatat adanya beberapa permintaan safe-haven dalam hal ini emas dengan adanya risiko geopolitik yang terus meningkat.

Nilai tukar dolar AS tergelincir 1,2 persen dan membuat harga emas batangan lebih murah untuk pembeli luar negeri. Sementara imbal hasil obligasi AS juga mundur.

Namun, mimpi harga emas untuk reli sepertinya harus dipendam dahulu. Haberkorn menjelaskan bahwa investor menginginkan investasi yang aman tetapi sulit untuk tidak masuk kembali ke obligasi dengan melihat suku bunga yang naik secepat ini.

Emas menghadapi hambatan karena The Fed diperkirakan akan melanjutkan kenaikan suku bunga dan meningkatkan suku bunga acuan overnight setidaknya 75 basis poin pada pertemuan kebijakan berikutnya untuk mengekang inflasi yang sangat tinggi.

Harga emas telah turun 20 persen sejak naik di atas level kunci USD 2.000 per ounce pada bulan Maret 2022.

Meskipun emas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi, kenaikan suku bunga tetap akan meredupkan daya tarik aset yang tidak memberikan imbal hasil ini.

Dibayangi Resesi, Harga Emas Bakal Melambung di 2023?

Harga emas pegadaian naik
Petugas memperihatkan emas batangan yang dijual di Galeri 24 Pegadaian, Jakarta, Jumat (25/3/2022). Harga emas Antam di Pegadaian kembali naik. Hari ini harga emas Antam naik Rp 6.000 menjadi Rp 1 juta per gram, pada 25 Maret 2022. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, harga emas turun 8 peren year-to-date, dan mungkin tidak ada cukup momentum untuk membalikkan harga emas tahun ini. Kepala penelitian Pepperstone, Chris Weston, mengatakan tapi itu hanya berlaku untuk emas yang dihargai dalam dolar AS.

Ada perdebatan besar tentang emas sebagai pelindung nilai inflasi, terutama setelah ditarik kembali dari level USD 2.000 per ons yang diposting pada bulan Maret. Namun aksi harga yang mengecewakan tidak berarti emas gagal. Ini semua tentang ekspektasi inflasi untuk emas, yang telah rendah, sementara angka CPI berada di level tertinggi 40 tahun.

"Emas adalah lindung nilai terhadap inflasi yang diharapkan daripada inflasi yang direalisasikan. Emas bertahan cukup baik relatif terhadap tingkat riil. Orang-orang melihat jenis inflasi yang salah. Ini lebih tentang ekspektasi inflasi dan tingkat impas. Jika Anda melihat tingkat impas lima tahun, mereka mencapai tertinggi sekitar 3,76 persen pada bulan Maret dan kemudian kembali menjadi 2,43 persen,” kata Weston, dikutip dari Kitco News, Senin (17/10/2022).

Dengan menggunakan korelasi antara emas dan tingkat impas ini, Weston melihat nilai wajar emas di bawah USD 1.600 per ounce. Tercatat harga emas berjangka Comex Desember 2021 diperdagangkan pada USD 1,679,70, turun 0,37 persen dibanding hari ini.

Tidak banyak yang akan berubah sampai tahun depan ketika datang harga emas dalam dolar AS. Weston meramal, tahun 2023 kinerja dolar akan semakin memburuk dan hal itu berpengaruh ke harga emas.

"Emas adalah cerita 2023. Saya melihat tanda-tanda bahwa dolar akan berkinerja buruk pada 2023. Tahun depan, kita akan melihat dolar yang lebih lemah yang dapat mengatur panggung untuk suku bunga riil untuk memiliki sedikit perubahan. Di situlah kita akan melihat emas dengan cukup baik,” ujarnya.

 

Suku Bunga The Fed

Harga Emas Antam Kembali Turun
Petugas menunjukkan sampel logam mulia di Butik Emas Antam, Jakarta, Kamis, (23/7/2020). Usai cetak rekor ke posisi termahalnya di Rp 982 ribu, harga emas PT Aneka Tambang Tbk (Emas Antam) kembali turun Rp 5.000 menjadi Rp 977 ribu per gram pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Hal pertama yang harus diperhatikan tahun depan adalah tingkat bunga The Fed. Pada pertemuan September, pejabat Fed mengatakan mereka melihat tingkat dana federal naik menjadi 4,6 persen tahun depan setelah naik menjadi 4,4 persen pada akhir 2022.

Bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar 300 basis poin tahun ini, mengambil kisaran saat ini antara 3 persen dan 3,25 persen.

"Secara teori, kami ingin melihat tarif terminal turun. Jika Anda melihat setahun penuh untuk tahun depan, kami mendapat pemotongan sekitar 24 basis poin. Namun, The Fed telah memperjelas bahwa mereka tidak akan menurunkan suku bunga tahun depan,” jelasnya.

Bisa Naik

Menurutnya, semua bisa melihat penurunan suku bunga tahun depan akan memaksa greenback lebih rendah dan emas lebih tinggi.

"Jika pasar menerima gagasan bahwa kami mendapatkan kejutan disinflasi dan kami memperkirakan elemen penurunan suku bunga yang lebih besar ke paruh kedua tahun depan, itu akan menjadi pemicu pasar dolar yang sangat diperpanjang untuk mulai mengurangi beberapa. dari posisi itu. Kita bisa melihat reli risk-on dalam ekuitas hingga akhir tahun, dan emas akan mengikuti tren itu,” pungkasnya.

Infografis miliarder dunia
Jumlah miliarder dunia di setiap benua (liputan6,com/Deisy)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya