Liputan6.com, Jakarta - Lonjakan tarif pengiriman sejak awal pandemi telah menjadi keuntungan besar bagi raksasa logistik asal Denmark, Maersk. Tetapi perusahaan itu melihat bahwa bisnisnya akan menghadapi masa-masa yang sulit jika resesi 2023 terjadi.
Dilansir dari CNN Business, Kamis (3/11/2022) Maersk mengatakan bahwa ancaman resesi global diperkirakan akan mengurangi permintaan kontainer antara 2 persen dan 4 persen pada tahun 2022, dengan banyak awan gelap yang menghantui ekonomi.
Saham Maersk, yang dianggap sebagai barometer kesehatan ekonomi karena eksposur perusahaan terhadap pergerakan barang di seluruh dunia, turun hampir 6 persen.
Advertisement
Penurunan saham perusahaan logistik itu bahkan telah mencapai 35 persen sepanjang tahun ini.
Maersk sempat mencetak rekor karena tarif pengiriman yang tinggi. Tetapi kini penurunan tarif mulai terjadi menjelang akhir periode karena melemahnya permintaan pelanggan, ditambah lagi pasar mulai normal dengan lebih sedikit gangguan rantai pasokan dan lebih sedikit penyumbatan.
CEO Maersk Søren Skou mengatakan kepada Julia Chatterley dari CNN bahwa "penurunan ini jelas merupakan tanda bahwa konsumen tidak menghabiskan uang sebanyak yang mereka lakukan dalam beberapa tahun terakhir, dan mungkin juga merupakan tanda bahwa banyak pelanggan kami memiliki terlalu banyak persediaan".
Konsumsi secara umum, tambahnya, dibebani sentimen yang sangat, sangat negatif. "Saya bukan ahli ekonomi makro, tetapi saya akan terkejut jika Eropa tidak dalam resesi sekarang," ujar Skou.
Dia juga memperkirakan bahwa Amerika Serikat kemungkinan akan mengalami resesi tahun depan. Permintaan untuk barang-barang di Eropa seperti televisi, sofa, atau alat masak BBQ juga turun setelah masyarakat melakukan pembelian besar selama lockdown.
"Begitu Anda membelinya, Anda mungkin tidak akan memiliki permintaan itu lagi selama beberapa tahun lagi," beber Skou.
Tekan Biaya Logistik, Menhub Ingin Banyak Kapal Raksasa Singgah di Indonesia
apal Alexander Von Humboldt berukuran 16.000 TEU, yang merupakan kapal petikemas terbesar, bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok.
Sandarnya kapal besar tersebut menjadi tanda bahwa pelabuhan Indonesia diminati oleh para operator pelayaran untuk melayani perdagangan internasional.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi terus mendorong para pemangku kepentingan di sektor pelayaran untuk terus melakukan upaya-upaya efisiensi biaya logistik di Indonesia.
“Dengan hadirnya kapal besar yang melakukan direct call atau pelayaran langsung, tanpa singgah ke pelabuhan lain dari pelabuhan Indonesia ke pelabuhan tujuan, maka biaya logistik kita semakin murah, sehingga daya saing Indonesia juga akan semakin meningkat,” ujar Menhub saat melakukan tinjauan ke Pelabuhan Tanjung Priok, Senin (31/10/2022).
Menhub meminta kepada para pemangku kepentingan seperti: Otoritas Pelabuhan, Syahbandar, Pelindo, dan stakeholder terkait lainnya dapat memberikan pelayanan dengan baik kepada kapal-kapal yang sandar di Pelabuhan Tanjung Priok.
“Kita tidak boleh cepat puas dengan ini. Kita harus terus melakukan upaya-upaya untuk menekan angka logistik dan itu tidak bisa dilakukan sendiri tetapi dengan kolaborasi bersama,” tutur Menhub.
Advertisement
Layani Rute Jakarta-AS
Kapal vessel milik CMA CGM Columbus JAX (JAX) ini melayani rute langsung atau direct call Jakarta – Amerika Serikat, untuk memfasilitasi perdagangan ekspor antara Indonesia dengan Amerika Serikat.
Kunjungan perdana kapal petikemas berkapasitas 16.000 TEU ini adalah yang pertama dari tiga seri 16.000 TEU CMA CGM yang juga akan bersandar di JICT.
Layanan JAX Services juga menawarkan konektivitas tanpa batas ke Pantai Timur dan Pantai Barat AS dengan waktu transisi 34 hari dan meningkatkan waktu transit industri. Layanan JAX mengirimkan produk lokal dan produk manufaktur seperti kertas, karet, garmen dan barang elektronik dari Indonesia ke Amerika Utara setiap minggu.
Turut hadir pada kunjungan tersebut Chief Executive Officer CMA CGM Asia Pacific Limited, Laurent Olmeta; Presiden Direktur CMA CGM Indonesia John Lim; Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono, dan sejumlah pejabat terkait.