Liputan6.com, Jakarta - Kepala perusahaan minyak Qatar, QatarEnergy Saad al-Kaabi mengatakan pada Senin (21/11/2022) bahwa pihaknya menandatangani kesepakatan penjualan dan pembelian selama 27 tahun oleh perusahaan minyak dan kimia asal China, Sinopec.
Ini menandai kesepakatan gas alam cair (LNG) terpanjang dalam sejarah.
Baca Juga
"Hari ini adalah tonggak penting untuk kesepakatan penjualan dan pembelian pertama untuk proyek North Field East, sebesar 4 juta ton selama 27 tahun untuk Sinopec dari China," kata Kaabi, dikutip dari CNN Business, Selasa (22/11/2022).
Advertisement
"Ini menandakan kesepakatan jangka panjang ada di sini dan penting bagi penjual dan pembeli," ujarnya, dalam sebuah wawancara di Doha, sesaat sebelum penandatanganan kesepakatan antara QatarEnergy dan Sinopec.
Sebagai informasi, North Field merupakan bagian dari ladang gas terbesar di dunia yang dibagi Qatar dengan Iran, yang menyebut bagiannya sebagai Pars Selatan.
"Kami sangat senang dengan kesepakatan bersama Sinopec ini karena kami telah memiliki hubungan jangka panjang di masa lalu dan ini membawa hubungan kami ke tingkat yang lebih tinggi karena kami memiliki SPA yang akan bertahan hingga tahun 2050-an," jelas Kaabi.
Sebelumnya, pada bulan Juni 2022 sejumlah sumber menyebutkan bahwa perusahaan minyak nasional China sedang dalam pembicaraan lanjutan dengan Qatar untuk berinvestasi di North Field East.
Kaabi juga mengungkapkan, negosiasi dengan pembeli lain di China dan Eropa serta negara lainnya yang menginginkan keamanan pasokan gas sedang berlangsung.
"Saya pikir volatilitas baru-baru ini telah mendorong pembeli untuk memahami pentingnya memiliki pasokan jangka panjang," imbuhnya.
Ditambahkannya, bahwa negosiasi untuk saham ekuitas dalam proyek ekspansi Qatar sedang berlangsung dengan beberapa entitas.
QatarEnergy telah mempertahankan 7 persen saham secara keseluruhan dalam ekspansi dan dapat memberikan hingga 5 persen dari saham itu kepada beberapa pembeli.
QatarEnergy awal tahun ini telah menandatangani kesepakatan untuk North Field East, fase pertama dan lebih besar dari rencana ekspansi dua fase North Field, yang mencakup enam rangkaian LNG yang akan meningkatkan kapasitas pencairan Qatar menjadi 126 juta ton per tahun pada tahun 2027 dari 77 juta.
QatarEnergy, Perusahaan Gas LNG Terbesar di Balik Tuan Rumah Piala Dunia 2022
Gelaran Piala Dunia untuk pertama kalinya dalam sejarah turnamen sepak bola FIFA ini akan diadakan di Timur Tengah. Sejumlah stadion telah dirancang dengan indah di Qatar sehingga siapapun dapat menikmati pertandingan sepak bola dengan rasa takjub.
Tidak seperti Piala Dunia sebelumnya, di mana tempat biasanya tersebar di beberapa kota, semua pertandingan turnamen besar ini akan dimainkan dalam jarak 31 mil dari corniche utama Doha.
Itu berarti ibu kota akan dipenuhi lebih dari satu juta penggemar, kira-kira sepertiga dari seluruh populasi Qatar untuk turnamen selama sebulan.
Selain itu, ini adalah pertama kalinya FIFA mengadakan acara tersebut pada November dan Desember. Bukan di pertengahan tahun seperti biasanya. Serta telah mengganggu jadwal liga Eropa, sehingga para pemain banyak khawatir akan cedera dan kelelahan.
Bukan hanya dari sisi olahraga, sponsor Piala Dunia 2022 juga menarik untuk disimak. Salah satunya berasal dari bos gas alam cair (LNG), sebagaiaman negara tersebut kaya raya akan gas buminya.
Adalah QatarEnergy yang telah diumumkan sebagai Mitra FIFA pada 27 Maret 2022 lalu. Perusahaan negara tersebut bergabung dengan jajaran perusahaan yang mendukung pelaksanaan Piala Dunia FIFA Qatar 2022.
QatarEnergy adalah salah satu penyedia gas alam LNG tersbesar di dunia dan merupakan perusahaan berbasis Qatar kedua yang menjadi mitra FIFA.
Advertisement
Tahun Penting
Dikutip dari laman FIFA, Presiden FIFA Gianni Infantino mengatakan, Qatar bergabung dengan FIFA pada tahun penting Piala Dunia FIFA.
"Kami dengan senang hati menyambut mereka, saat mereka berbagi kegembiraan dan antusiasme kami untuk Piala Dunia FIFA pertama yang diselenggarakan di dunia Arab ini. Turnamen tahun ini akan memperluas jangkauan sepakbola dan menyinari wilayah tersebut, menyatukan budaya yang berbeda dari seluruh dunia di Qatar untuk menikmati sepakbola terbaik di dunia di tempat-tempat canggih yang menakjubkan," kata Gianni.
Menteri Negara Urusan Energi, Presiden dan CEO QatarEnergy Saad Sherida Al-Kaabi, mengatakan, QatarEnergy dengan senang hati bermitra dengan FIFA. Apalagi kali ini untuk Piala Dunia FIFA yang ikonik akan diadakan di Qatar dan Timur Tengah untuk pertama kalinya.
"Kemitraan ini merupakan cerminan dari dukungan berkelanjutan kami terhadap berbagai kegiatan olahraga, dan sepak bola khususnya sebagai daya tarik utama dunia olahraga. Kami menantikan kompetisi yang sangat sukses dan menjadi bagian dari upaya untuk menyambut dunia ke Qatar," ujar Kaabi.
Profil QatarEnergy
QatarEnergy adalah perusahaan energi terintegrasi, yang bertanggung jawab untuk pengembangan sumber daya energi yang lebih bersih sebagai bagian dari transisi energi di Qatar dan sekitarnya, dan merupakan pemimpin dunia dalam produksi LNG.
Saad al-Kaabi telah berkeliling dunia dalam beberapa pekan terakhir, melakukan perjalanan dari Namibia ke Guyana, Suriname, AS, dan Mesir. Krisis energi yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina telah menyebabkan melonjaknya permintaan gas alam cair Qatar, meningkatkan pendapatan negara, dan memperkuat posisi QatarEnergy sebagai salah satu perusahaan sumber daya terpenting di dunia.
Didirikan pada 1974 sebagai Qatar Petroleum, raksasa gas milik negara ini sering terbukti bersedia mengambil risiko. Qatar sangat berutang dan hampir bangkrut pada awal 1990-an ketika para pemimpinnya bertaruh untuk mengembangkan LNG untuk ekspor dari Lapangan Utara Qatar, cadangan gas terbesar di dunia.
Pada saat itu, pemerintah Teluk secara tradisional kurang memperhatikan gas demi minyak dan rencana Qatar yang dianggap sebagai pertaruhan. BP menarik proyek tersebut pada 1992 dengan mengatakan tidak akan menghasilkan keuntungan yang cukup.
Lima tahun kemudian, Qatar meresmikan fasilitas ekspor LNG pertamanya, sebuah kemitraan dengan ExxonMobil, TotalEnergies, Mitsui dan Marubeni, dan pada 2006 menjadi pengekspor LNG terbesar di dunia, melampaui Indonesia.
Selama dekade berikutnya, Qatar melakukan moratorium pada pengembangan baru di Lapangan Utara sambil menyelesaikan proyek yang ada. Pada saat yang sama, mereka berfokus untuk menjadi salah satu penyedia energi paling andal di dunia, hampir tidak pernah melewatkan pengiriman LNG ke pelanggan.
Advertisement