Neraca Perdagangan Indonesia Surplus USD 5,6 Miliar per November 2022

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia kembali surplus USD 5,16 miliar pada November 2022.

oleh Tira Santia diperbarui 15 Des 2022, 12:10 WIB
Diterbitkan 15 Des 2022, 12:05 WIB
Proyeksi Neraca Perdagangan Indonesia
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (14/4/2022). Kenaikan harga komoditas global di tengah perang Rusia-Ukraina tetap menjadi pendorong utama terjadinya surplus yang besar karena mendorong kinerja ekspor Indonesia. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia kembali surplus USD 5,16 miliar pada November 2022. Surplus neraca perdagangan ditopang oleh nilai ekspor yang lebih tinggi dibanding impor.

"Neraca perdagangan barang surplus sebesar USD 5,16 miliar. Neraca perdagangan Indonesia sampai dengan November 2022 membukukan surplus selama 31 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," kata Deputi Bidang Statistik dan Produksi BPS M Habibullah dalam konferensi pers, Kamis (15/12/2022).

Untuk rinciannya, nilai ekspor Indonesia November 2022 mencapai USD 24,12 miliar atau turun 2,46 persen dibanding ekspor Oktober 2022. Dibanding November 2021 nilai ekspor naik sebesar 5,58 persen. 

"Secara month to month nilai ekspor November 2022 mencapai USD 24,12 miliar atau turun sebear 2,46 persen dibanding bulan sebelumnya," ujarnya.

Dilihat dari komposisi secara bulanan, untuk ekspor migas turun sebesar-11,85 persen atau secara nilai turun dari USD 1,29 miliar menjadi USD 1,14 miliar. Sementara untuk ekspor nonmigas November 2022 mencapai USD 22,99 miliar, turun 1,94 persen dibanding Oktober 2022 sebesar USD 23,44 miliar, sementara itu naik 6,88 persen jika dibanding ekspor nonmigas November 2021.

 

Nilai Impor

Neraca Perdagangan RI Alami Surplus
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Disisi lain, BPS mencatat nilai impor Indonesia November 2022 mencapai USD18,96 miliar, turun 0,91 persen dibandingkan Oktober 2022 atau turun 1,89 persen dibandingkan November 2021 USD 19,14 miliar.

"Secara month to month Nilai impor Indonesia November 2022 mencapai USD18,96 miliar, turun 0,91 persen dibandingkan kondisi Oktober 2022," katanya.

Untuk rinciannya, impor migas November 2022 senilai USD2,80 miliar, turun -16,64 persen dibandingkan Oktober 2022 atau turun 7,30 persen dibandingkan November 2021. 

"Impor migas terjadi penurunan minus 16,64 persen atau secara nilai turun dari USD 3,36 miliar menjadi USD 2,80 miliar," ujarnya.

Hal yang sebaliknya terjadi pada impor non migas November 2022 sebesar USD16,16 miliar, mengalami kenaikan sebesar 2,45 persen dibandingkan Oktober 2022 atau turun 0,89 persen dibandingkan November 2021.

"Kalau dilihat dari pola yang ada tahun 2021 dan 2022 pertumbuhan impor bulan November memiliki pola yang sama yaitu trend meningkat secara month to month," ujarnya.

 

Nonmigas

Neraca Perdagangan RI
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Surplus neraca perdagangan ditopang oleh surplus neraca komoditas nonmigas, yakni nonmigas surplus USD 6,83 miliar yang terdiri dari bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan, serta besi dan baja. Sementara, migas defisit sebesar USD 1,67 miliar yang terdiri dari minyak mentah dan hasil minyak.

Berikut tiga negara penyumbang surplus terbesar, diantaranya Amerika Serikat sebesar USD 1.315 juta dengan komoditas terbesar yaitu mesin dan peralatan elektrik serta bagiannya, pakaian dan aksesorisnya (rajutan), pakaian dan aksesorisnya (bukan rajutan).

Selanjutnya, India surplusnya USD 1.171 juta dengan komoditas terbesar diantaranya, lemak dan minyak hewani/nabati, bahan bakar mineral, dan bijih logam, terak dan abu.

Terakhir, Filipina dengan surplus USD 1.024 juta yang didukung oleh komoditas terbesarnya yaitu bahan bakar mineral, kendaraan dan bagiannya, lemak dan minyak hewani/nabati.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya