Kementerian ESDM Janji Investor Tak Rugi Meski PLTU Pensiun Lebih Cepat

Investor tidak akan kehilangan nilai investasinya terhadap PLTU yang pensiun. Namun, formulanya hingga saat ini masih dihitung.

oleh Arief Rahman H diperbarui 22 Des 2022, 16:30 WIB
Diterbitkan 22 Des 2022, 16:30 WIB
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana  dalam Forum Transisi Energi, Kamis (22/12/2022).
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana dalam Forum Transisi Energi, Kamis (22/12/2022).

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan kalau PLTU batu bara yang pensiun lebih cepat tak akan membawa kerugian. Khususnya kerugian bagi investor yang menanamkan modalnya ke PLTU tersebut.

Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana. Menurutnya, investor tak merugi meski PLTU pensiun lebih cepat sebagai upaya transisi energi.

"Supaya lebih cepat kita tawarkan Apakah PLTU sekarang yang basisnya fosil ini bisa kita percepat dari 30 tahun menjadi 25 tahun, tapi itu bukan memotong bisnis, bukan," kata dia dalam Forum Transisi Energi, Kamis (22/12/2022).

Dadan memastikan investor tidak akan kehilangan nilai investasinya terhadap PLTU yang pensiun. Namun, formulanya hingga saat ini masih dihitung oleh Dadan.

"ini adalah nanti basisnya itu nilai manfaat dari sisi investor itu tidak berubah. Kalau investor sudah menghitung 'saya akan untung dengan perhitungan sekarang ini misalkan Rp 100.000 harus Rp 100.000 nanti', Nah itu yang sedang kita cari ya," ujarnya.

"Jadi ini paketnya seperti itu Jadi tidak ada sama sekali nanti kalau yang PLTU itu akan rugi," tambah Dadan menegaskan.

Untuk diketahui, sebagai salah satu upaya transisi energi, pemerintah akan mempersingkat masa operasi dari sejumlah PLTU. Bahkan pemerintah juga mulai meneken aturan tak bolehnya pembangunan PLTU baru.

 

PLN Setop Pembangkit 6,7 GW

PT PLN (Persero) sukses mengeksekusi perdagangan emisi (emission trading) melalui pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) pertama kalinya di Indonesia.
PT PLN (Persero) sukses mengeksekusi perdagangan emisi (emission trading) melalui pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) pertama kalinya di Indonesia.

PT PLN (Persero) tengah berusaha mengurangi emisi karbon dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang dimilikinya. Hingga 2030, PLN menargetkan setidaknya ada 6,7 Giga Watt (GW) listrik berbasis energi fosil yang akan dipensiunkan.

Hal ini diungkap Direktur Manajemen Pembangkitan PLN Adi Lumakso dalam diskusi panel Editor Energi and Mining Society (E2S), Selasa (13/12/2022). Upaya ini jadi langkah yang diambil PLN untuk mengurangi ketergantungan energi fosil dan beralih ke energi baru terbarukan (EBT).

"Kita ada coal retirement program ini program di 2022 ini jangka pendek ada 3,2 GW kita percepat masa operasinya, yang kita ganti dengan pembangkit yang berbasis EBT yang ramah lingkungan," kata dia.

Pensiunkan PLTU jadi salah satu langkah pemerintah untuk mendorong bauran energi bersih. Tujuannya, untuk mencapai nol emisi karbon atau net zero emission (NZE) pada 2060.

 

Berhenti Natural

Oksigen dari PLTU
PT PLN (Persero) menghasilkan 2.654 tabung oksigen setahun dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PTGU) Priok yang dioperatori anak usahanya yaitu PT Indonesia Power.

Adi menyampaikan, selain dari target 3,2 GW dalam jangka pendek, ada beberapa PLTU juga yang akan pensiun pada rentang 2030-2040. Besarannya sekitar 3,5 GW, artinya ada total 6,7 GW listrik berbasis energi fosil yang akan pensiun hingga 2030.

"Dan juga ada secara natural karena usia pembangkit tersebut akan berakhir pada 2030-2040, maka di tahun 2030 ini akan ada tambahan 3,5 GW lagi, sehingga total sampai 2030 ada 6,7 GW PLTU yang tidak dioperasikan lagi," sambung Adi.

Kendati begitu, dia tidak mengungkap PLTU mana saja yang masuk dalam daftar pensiun dini tersebut. Mengingat, pemerintah sendiri telah mengeluarkan aturan untuk tidak memperpanjang masa operasional PLTU yang sudah tua, serta melarang pembangunan PLTU baru.

"Itu merupakan satu komitmen PLN untuk mempercepat bagaiamana kita bertransformasi untuk pembangkitan-pembangkitan yang berbasis fossil menjadi pembangkitan yang berbasis renewable energi," paparnya.

 

AS Suntik Sana USD 20 Miliar

Sebelumnya, Amerika Serikat (AS) disebut telah menyampaikan wacana pemberian USD 20 miliar untuk upaya menekan emisi karbon di Indonesia, termasuk melakukan pensiun dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Ternyata, sejumlah proyek yang berkaitan dengan energi baru terbarukan juga jadi sasaran penggunaan dana tersebut.

Dana ini disalurkan melalui komitmen yang disebut Just Energy Transition adn Partnership (JETP) yang lahir dalam Presidensi G20 Indonesia. Ini disebut jadi komitmen negara G20 dalam menekan emisi karbon di dunia.

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Rachmat Kaimuddin menyebut beberapa sektor yang bakal dilirik penggunaan dana tersebut. Mulai dari pensiunkan PLTU hingga proyek pembangkit EBT.

"I thinks all above, semuanya. Karena itu bukan mauku ya, itu harapannya, kita mau fokus itu dulu, karena targetnya kan di power dulu, karena kan targetnya kan power sector emission ya," kata dia dalam Media Briefing JETP, di Jakarta, Selasa (29/11/2022).

Dia memang menegaskan untuk langkah awal, prioritasnya adalah untuk mendukung pensiun dini PLTU. Meski demikian, prosesnya akan dilakukan secara bertahap, dengan dana yang dikucurkan dari JETP juga per proyek pensiunan.

Banner Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia
Banner Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya