Liputan6.com, Jakarta Cuaca ekstrem yang terjadi belakangan turut berdampak ke banyak sektor, termasuk pertanian. Petani cabai yang terdampak mengaku kesulitan panen karena hujan yang berkepanjangan.
Ketua Asosiasi Champion Cabai Indonesia Tunov Mondro Atmojo mengatakan kondisi cuaca saat ini berimbas pada rusaknya tanaman cabai.
Baca Juga
"Cuaca ekstrim sangat berpengaruh di tanaman cabai, dampak cuaca ekstrim jelas merusak tanaman cabai yg notabene rentan cuaca dan hama," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (6/1/2023).
Advertisement
Dia menyebut, hujan yang terjadi sepanjang hari juga menghambat petani untuk panen. Dengan begitu, stok cabai menjadi menyusut, yang pada akhirnya mempengaruhi harga jual di tingkat petani dan tingkat hilir.
"Pengaruh harga paling besar adalah hujan dari pagi di daerah sentra karena petani tidak akan ada yang panen ketika turun hujan, seperti beberapa minggu terakhir ini, sering hujan dari pagi di daerah sentra yang mengakibatkan kosong stok," ungkapnya.
"Tapi jika tidak hujan mereka akan panen, inilah yang membuat harga cabai akhir-akhir ini fluktuasinya sangat tinggi, semalam bisa naik turun di atas Rp 10.000/kg," sambung Tunov.
Mengutip Panel Harga Badan Pangan Nasional, harga cabai merah keriting berada di angka rata-rata Rp 37.720 per kilogram. Kemudian, cabai rawit merah rata-rata Rp 59.270 per kilogram.
Mendag Jamin Harga Cabai Tak Naik
Diberitakan sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan memastikan pemerintah terus mengendalikan harga pangan terutama cabai dan bawang di tengah cuaca ekstrem di musim penghujan ini. Pemerintah memastikan mengendalikan harga cabai dan harga bawang dengan mensubsidi angkutan pangan.
"Kalau mahal sekali kan transpor diganti. Sehingga harganya bisa terukur. Kalau lebih mahal lagi ya harganya disubsidi oleh pemerintah daerah dari anggaran 2 persen APBD," ujar Zulkifli Hasan di Kantor Kementerian Perdagangan, Jumat (6/1/2022).
Sementara untuk wilayah Bali dan Jakarta, Zulkifli mengklaim pemerintah telah mensubsidi pangan. Khusus di Jakarta, malah telah mensubsidi daging dalam skala besar-besaran.
"(Jakarta) itu banyak sekali subsidinya. Sudah, kalau di Bali itu semua harga disubsidi," ujarnya.
Dia juga mengklaim, sejauh ini harga komoditas di Indonesia telah stabil. Meski dia juga tidak menampik ada kenaikan harga cabai mencapai 27 persen namun jika dilihat secara harga, masih di ambang batas wajar.
"Jangan salah, dulu Rp 120.000 sempat turun Rp 20.000, jadi kalau Rp 30.000 naik, 50 persen naiknya. Tapi masih Rp 30.000 begitu, masih jauh," ucapnya.
Advertisement
Kenaikan 23 Persen
Diketahui, Kementerian Perdagangan mencatat harga cabai merah mengalami kenaikan hampir 23 persen jika dibandingkan pada bulan Desember 2022. Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, Kasan, mengatakan, kondisi ini ditengarai faktor cuaca.
"Berdasarkan pantauan SP2KP Kemendag per 2 Januari 2023, secara nasional dibandingkan bulan lalu harga cabai mengalami kenaikan antara 3,94 persen hingga 22,92 persen," ujar Kasan kepada merdeka.com, Selasa (3/1/2022).
Kasan menuturkan komoditi pangan hortikultura seperti cabai dan bawang merah memang rentan terpengaruh oleh kondisi cuaca khususnya pada masa musim penghujan. Produk hortikultura, ujar Kasan, cenderung mudah rusak (perishable), ditambah kecenderungan pola konsumsi masyarakat yang sangat meminati cabai dan bawang merah segar.
Produksi Turun di Jatim-Jateng
Poduksi cabai terutama di sentra seperti Jatim dan Jateng cenderung juga menurun akibat cuaca ekstrim. Selain itu, serangan jamur akibat kelembaban tinggi dan pH tanah menurun juga menjadi penyebab melambungnya harga cabai merah.
Meski sesama pangan hortikultura, Kasan menyampaikan harga bawang tidak mengalami kenaikan signifikan.
"Untuk harga bawang merah dibandingkan dengan bulan lalu mengalami sedikit kenaikan di angka 2,16 persen dan jika dibandingkan dengan minggu lalu, harga bawang merah stabil," ucapnya.
Dia memastikan bahwa Kemendag melakukan sejumlah langkah jangka pendek hingga panjang untuk menstabilisasi harga.
Untuk jangka pendek, Kemendag berkoordinasi dengan Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk memastikan ketersediaan terutama daerah defisit dengan pasokan dari daerah surplus. Selanjutnya, memanfaatkan program Gerai Maritim, Tol Laut dan Jembatan Udara untuk menekan biaya transportasi di daerah 3T.
Advertisement