Rupiah Menguat Tajam ke 15.220 per Dolar AS, Ini Penyebabnya

Analis memperkirakan hari ini akan bergerak di kisaran 15.000 per dolar AS hingga 15.300 per dolar AS.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Jan 2023, 10:45 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2023, 10:45 WIB
nilai rupiah melemah terhadap dollar
Pegawai menunjukkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.616 per dolar AS pada Kamis (5/1) sore ini. Mata uang Garuda melemah 34 poin atau minus 0,22 persen dari perdagangan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat bergerak menguat tajam pada perdagangan Jumat pagi ini. Penguatan nilai tukar rupiah hari ini seiring ekspektasi pelaku pasar terhadap pengenduran kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (Fed) usai rilis data inflasi.

Pada Jumat (13/1/2023), rupiah hari ini menguat 119 poin atau 0,77 persen ke posisi 15.220 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.339 per dolar AS.

"Rupiah berhasil melanjutkan penguatan didorong oleh laporan inflasi AS yang turun ke level 6,5 persen. Hal ini menguatkan sentimen pengenduran suku bunga The Fed," kata Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama dikutip dari Antara. 

Inflasi AS pada Desember 2022 melambat menjadi 6,5 persen (yoy) dari bulan sebelumnya 7,1 persen (yoy). Perlambatan itu sesuai dengan ekspektasi pasar. Selain itu inflasi inti juga melambat menjadi 5,7 persen (yoy) dibandingkan sebelumnya 6 persen (yoy).

Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi dalam kajiannya mengatakan di satu sisi perlambatan tersebut menumbuhkan optimisme investor terhadap potensi pembalikan arah kebijakan The Fed dari saat ini akan mempertahankan suku bunga di 5,25 persen hingga awal 2024 menjadi pemangkasan suku bunga mulai kuartal IV 2023.

Akan tetapi di sisi lain investor khawatir perlambatan tersebut dapat kehilangan momentum karena inflasi sektor jasa yang masih tinggi.

"Secara keseluruhan kami melihat perlambatan inflasi sebagai momentum bagi The Fed untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga menjadi 25 bps pada 1 Februari mendatang dari 50 bps pada Desember 2022," ujar Lionel.

 


Inflasi China

nilai rupiah melemah terhadap dollar
Pegawai menunjukkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup turun 0,22 persen atau 34 poin ke Rp15.616,5 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah penguatan indeks dolar AS 0,16 persen ke 104,41. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu inflasi China pada Desember 2022 naik menjadi 1,8 persen (yoy) dari bulan sebelumnya 1,6 persen (yoy). Inflasi PPI China tercatat berbalik menjadi nol persen dari sebelumnya deflasi 0,2 persen (yoy).

Menurut Lionel, naiknya tingkat inflasi di China merupakan pertanda positif bagi perekonomian negara yang sedang mengalami transisi hidup bersama COVID-19 dari sebelumnya menerapkan penguncian atau lockdown ketat.

Akan tetapi pernyataan dari pejabat-pejabat WTO mengenai under counting tingkat kematian akibat COVID-19 di China berpotensi mempersulit prediksi kapan proses transisi hidup bersama COVID-19 di China akan berakhir.

 


Gerak Hari Ini

Selain itu tindakan retaliasi Pemerintah China kepada Jepang dan Korea Selatan karena mewajibkan tes COVID-19 negatif bagi pelancong dari China yang akan masuk ke kedua negara tersebut, berpotensi meningkatkan risiko bagi investor dan pebisnis asing yang berinvestasi di China.

"Kami berpandangan arus masuk modal ke China masih akan didominasi oleh para investor China yang sebelumnya mengalihkan kekayaan mereka ke Singapura. Investor asing masih akan bersikap hati-hati menyikapi peluang di China," kata Lionel.

Revandra memperkirakan hari ini akan bergerak di kisaran 15.000 per dolar AS hingga 15.300 per dolar AS.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya