Jokowi Incar Rp 10.758 Triliun dari Hilirisasi 3 Sektor Ini

Presiden Jokowi mengungkapkan pendapatan negara melalui hilirisasi minyak dan gas (migas), mineral dan batubara (minerba), hingga komoditas kelautan bisa melejit hingga USD 715 miliar atau sekitar Rp 10.758 triliun.

oleh Tira Santia diperbarui 06 Feb 2023, 11:42 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2023, 11:42 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam konferensi pers Perkembangan PPKM, Senin (30/8/2021).
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam konferensi pers Perkembangan PPKM, Senin (30/8/2021). Presiden Jokowi mengungkapkan pendapatan negara melalui hilirisasi minyak dan gas (migas), mineral dan batubara (minerba), hingga komoditas kelautan bisa melejit hingga USD 715 miliar atau sekitar Rp 10.758 triliun.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan pendapatan negara melalui hilirisasi minyak dan gas (migas), mineral dan batubara (minerba), hingga komoditas kelautan bisa melejit hingga USD 715 miliar atau sekitar Rp 10.758 triliun (kurs 15.046 per dolar AS).

"Minta dukungan dari OJK mengenai hal ini bagaimana memberikan sosialisasi pentingnya hilirisasi, karena proyeksi dampak hilirisasi dari minerba Migas dan kelautan itu bisa sampai angka USD 715 miliar, dan lapangan kerja yang terbangun bisa 9,6 juta besar sekali inilah yang akan terus kita kejar," kata Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2023, Senin (6/2/2023).

Jokowi menegaskan, dengan mendorong dan mempercepat hilirasi semua komoditas, baik itu CPO, minerba, sumber daya alam, dan lainnya, diharapkan bisa menjadi batu loncatan mendorong Indonesia menjadi negara maju.

"Di semua komoditas baik itu CPO baik itu yang namanya minerba baik itu yang berasal dari sumber daya alam laut kita semuanya. Kita harapkan betul-betul kita bisa melompat maju ke depan dan hilirisasi menjadi kunci bagi negara ini kalau kita ingin menjadi negara maju," ujarnya.

Sebagai contoh, bukti dari penyetopan ekspor nikel, pendapatan negara melalui hilirisasi nikel meningkat hingga USD 30 miliar dari yang sebelumnya hanya USD 1,1 miliar. Oleh karena itu, secara bertahap Pemerintah akan melakukan hilirisasi komoditas bauksit, timah, tembaga, emas, gas alam, minyak, hingga sumber daya alam di laut.

Misalnya, Indonesia bisa saja melakukan hilirisasi komoditas kelautan dan perikanan. Karena, Indonesia kaya akan sumber daya alamnya. Tentu ini sangat berpotensi besar untuk mempercepat Indonesia menjadi negara maju melalui hilirisasi.

"Ingat bahwa 2/3 Indonesia ini adalah air dan laut, samudra. Luas lautan kita 3,2 juta KM besar sekali potensinya belum kita apa-apakan," katanya.

Jokowi menyebut Indonesia merupakan eksportir nomor satu bahan mentah rumput laut. Jika dibandingkan dengan RRT, Indonesia masih kalah jauh. RRT merupakan importir nomor satu rumput laut.

"Kalau RRT importir nomor 1 rumput laut, dia tidak menjadi produsen rumput laut tetapi kita lihat kita ini hanya eksportir nomor 3 agar-agar atau komponen yang membuat bahan kekentalan hanya nomor 3. RRT tadi importir rumput laut nomor 1 dan sekaligus eksportir nomor 1 ini yang harus kita tiru," pungkas Jokowi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Jokowi Bidik Hilirisasi Komoditas Laut, dari Rumput Laut Hingga Ikan Tongkol

Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) memimpin Rapat Terbatas Rencana Pencabutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Istana Merdeka Jakarta pada Rabu, 28 Desember 2022. (Dok Humas Sekretariat Kabinet RI)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi berencana akan melakukan hilirisasi komoditas laut. Sebab, Indonesia kaya akan sumber daya alamnya, hal ini sangat berpotensi besar untuk mempercepat Indonesia menjadi negara maju melalui hilirisasi.

"Ingat bahwa 2/3 Indonesia ini adalah air dan laut, samudra. Luas lautan kita 3,2 juta KM besar sekali potensinya belum kita apa-apakan," kata Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2023, Senin (6/2/2023).

Jokowi menyebut Indonesia merupakan eksportir nomor satu bahan mentah rumput laut. Jika dibandingkan dengan RRT, Indonesia masih kalah jauh. RRT merupakan importir nomor satu rumput laut.

"Kalau RRT importir nomor 1 rumput laut, dia tidak menjadi produsen rumput laut tetapi kita lihat kita ini hanya eksportir nomor 3 agar-agar atau komponen yang membuat bahan kekentalan hanya nomor 3. RRT tadi importir rumput laut nomor 1 dan sekaligus eksportir nomor 1 ini yang harus kita tiru," ujar Jokowi.

Menurut dia, hal itu harus ditiru oleh Indonesia. Selain itu, Indonesia juga kaya dengan komoditas perikanan, ada ikan tuna, cakalang, tongkol, dan sebagainya. Indonesia saat ini menjadi eksportir nomor 1 ikan tuna, cakalang dan tongkol segar.

"Kita ini eksportir nomor 1 tuna, cakalang, tongkol segar, tapi sekaligus importir nomor 1 tepung ikan, lucu sudah dorong keluar kita impor lagi dalam bentuk tepung ikan, apa nggak bisa kita menghilirkan ini mengindustrialisasikan ikan kita menjadi tepung ikan, apa sulit banget sih?," ungkap Jokowi.

 


Olahan Ikan

Berkah Penjual Bandeng Musiman Jelang Imlek
Pembeli memilih ikan bandeng yang di jual di Rawa Belong, Jakarta, Jumat (20/1/2023). Penjual bandeng musiman ini menjual daganganya jelang perayaan Imlek yang dijual dengan harga mulai dari Rp. 50.000 hingga Rp. 90.000 per kilonya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Padahal Indonesia bisa mengolah ikan-ikan tersebut menjadi produk turunan yang bernilai tinggi. Jika mengalami kesulitan dalam mewujudkan hal itu, Indonesia bisa mencari partner. Sehingga Indonesia bisa menyaingi RRT yang melakukan impor produk serupa.

"Kalau kita belum mampu, kita gandeng partner. Saya selalu katakan gandeng partner, jangan ragu-ragu untuk masuk ke sana. Kemudian RRT kita lihat importir nomor 2 tuna, cakalang, tongkol segar tapi bisa menjadi eksportir nomor 4 tepung ikan," ujarnya.

Jokowi menegaskan, jika semua komoditas bisa dihilirkan di dalam negeri, maka Indonesia bisa melompat dengan cepat menjadi negara maju, dan tentu PDB-nya juga turut meningkat.

"Minta dukungan dari OJK mengenai hal ini bagaimana memberikan sosialisasi pentingnya hilirisasi, karena proyeksi dampak hilirisasi dari minerba, migas dan kelautan itu bisa sampai angka USD 715 miliar, dan lapangan kerja yang terbangun bisa 9,6 juta besar sekali inilah yang akan terus kita kejar," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya