Liputan6.com, Jakarta Skywalk Kebayoran Lama yang baru saja diresmikan pada akhir Januari 2022 lalu menuai kericuhan. Pasalnya, proyek yang dirancang eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ini ternyata bukan jalur umum yang bisa bebas digunakan pejalan kaki, seperti halnya jembatan penyeberangan umum atau JPO.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho mengatakan, Skywalk Kebayoran Lama bukan merupakan jalur umum atau JPO. Sehingga untuk mengaksesnya harus menggunakan kartu elektronik dan dikenai tarif Rp 3.500.
"Bukan sebagai jembatan penyeberangan orang umum, jadi harus pakai kartu," kata Hari beberapa waktu lalu, dikutip Rabu (8/2/2023).
Advertisement
Pernyataan itu lantas menuai kecaman dari warganet. Alhasil, pengenaan tarif untuk sementara dicopot, sehingga pejalan kaki bisa melaluinya secara gratis.
Berikut deretan fakta Skywalk Kebayoran Lama yang dirangkum Liputan6.com:
Digagas Anies, Dinikmati Heru Budi
Sebagai informasi, fasilitas penghubung itu diresmikan Penjabat Gubernur DKI Heru Budi Hartono pada Jumat, 27 Januari 2023 setelah dibangun mulai Maret-November 2022.
"Itu kebijakan lama (dari Gubernur DKI sebelumnya, Anies Baswedan). Itu kan dibangun sudah lama, setahun yang lalu," kata Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno.
Adapun pembangunan jalan layang ini dilaksanakan sejak Maret hingga November 2022 oleh kontraktor PT Abadi Prima Intikarya, dengan menelan biaya sekitar Rp 52 miliar dari APBD 2022.
Skywalk ini memiliki total panjang 450 meter dan lebar kurang lebih 3,6 meter. Skywalk ini dibangun dengan struktur baja SM490 YB dan material lantai terbuat dari conwood.
Tak hanya itu, Skywalk Kebayoran Lama juga dilengkapi dengan tiga unit lift dan dua eskalator yang bisa digunakan untuk memudahkan lansia serta wanita hamil mengaksesnya.
Untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat, skywalk ini dilengkapi dengan 10 unit CCTV outdoor dan 3 unit CCTV indoor.
Â
Khusus Penumpang TransJakarta dan KRL
Inisiatif pembangunan JPO ini dimaksudkan lantaran Skywalk Kebayoran Lama diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin memakai moda transportasi publik TransJakarta dan KRL Jabodetabek.
Skywalk Kebayoran dibangun sebagai sarana integrasi antara Halte Busway Velbak Koridor 13-Halte Busway Pasar Kebayoran Lama Koridor 8 dan Stasiun KAI Kebayoran.
Sehingga, untuk masuk dan melintas di Skywalk Kebayoran Lama, masyarakat perlu menggunakan kartu dengan tarif Rp 3.500.
Jembatan Berbayar Pertama di Dunia?
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Djoko Setijowarno heran dengan Pemprov DKI yang mematok tarif untuk penggunaannya. Pasalnya, ia mengaku belum melihat ada negara luar yang mencantumkan biaya untuk suatu fasilitas umum bagi pejalan kaki.
"Di luar negeri gratis. Justru DKI dengan anggaran banyak buatlah akses pejalan kaki yang bagus-bagus. Ini kalau enggak bayar, dibuat lebih banyak, menunjukkan bahwa DKI peduli dengan pejalan kaki," pintanya.
"Setahu saya belum ada (Skywalk) yang bayar, Singapura juga enggak bayar. Jadi orang dimudahkan menggunakan angkutan umum, jadi lebih merasa aman dan nyaman, apalagi di malam hari," kata Djoko.
Oleh karenanya, ia menyarankan Pemprov DKI Jakarta mau memfasilitasi para pejalan kaki dengan sarana prasarana terbaik dan gratis. Sehingga, masyarakat tidak ikut keberatan secara ongkos menggunakan transportasi publik.
"Pengguna angkutan umum kan pasti pejalan kaki, sehingga dia harus diberikan fasilitas yang bagus juga. Buatlah banyak seperti itu di tempat-tempat lain. Jadi Jakarta bisa jadi kota yang dikenal di dunia," tuturnya.
Â
Advertisement
JPO Tandingan
Pasca mendapat banyak keluhan, Dinas Bina Marga DKI Jakarta akhirnya berencana membangun JPO di dekat Skywalk Kebayoran Lama, Jakarta. Inisiasi itu dilakukan setelah menerima banyak keluhan atas pengenaan tarif bagi pejalan kaki yang melintasi Skywalk.
"Kita akan bangun JPO di Koridor 8 agak ke sebelah sananya. Jadi berjarak sekitar 180 meter dari Koridor 8. Kan dulunya orang mau naik Transjakarta ke KRL lewat bawah tuh, nyeberang sana itu susah," ujar Kepala Dinas Bina Marga, Hari Nugroho.
Hari memperkirakan, pembangunan JPO sepanjang 20-30 meter ini akan menelan anggaran hingga Rp 15 miliar dari APBD 2023. Targetnya, proyek itu akan tuntas pada November tahun ini.
"Selesai November lah. Ini lagi proses perencanaan. Nanti pelaksanaan langsung purchasing, pelaksanaan, terus kontrak Maret lah sampai November," jelas Hari.
Meski begitu, Hari menegaskan kehadiran JPO ini tidak akan merusak estetika Skywalk Kebayoran Lama. "JPO beda konsep, tidak merusak pandangan, justru lebih bagus. Nanti untuk orang, bukan penumpang yang nyeberang gratis, free," imbuhnya.