Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mewanti-wanti sejumlah komoditas yang bakal berpengaruh pada tingkat inflasi pada Ramadan mendatang. Harga BBM hingga minyak goreng diprediksi bisa menjadi pengerek besaran inflasi nantinya.
Hal ini disampaikan Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini. Bukan tanpa alasan, dia merujuk pada tren andil dari komoditas yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan.
Baca Juga
Sebut saja, bahan bakar rumah tangga, daging ayam ras, bawang, minyak goreng, hingga telur memiliki andil dalam besaran tingkat inflasi di ramadan tahun-tahun lalu.
Advertisement
"Jadi ramadan tahun ini berada di bulan April Kemudian pada Ramadan bulan April tahun lalu terjadi inflasi sebesar 0,95 persen yang utamanya didorong oleh kenaikan harga komoditas minyak goreng, bensin, daging ayam ras, tarif angkutan udara, bahan bakar rumah tangga dan telur," kata dia dalam konferensi pers, Rabu (1/3/2023).
"Dengan demikian berdasarkan tren beberapa tahun terakhir ini, terlihat bahwa inflasi pada bulan Ramadan perlu dikelola dengan mengendalikan harga-harga komoditas yang kemungkinan akan dominan mendorong inflasi. Diantaranya adalah bahan bakar bahan bakar rumah tangga ya kemudian minyak goreng daging ayam ras dan beberapa komoditas lainnya," sambung dia.
Inflasi Lebaran Sebelumnya
Pudji menerangkan, pada ramadan 2019 lalu, yang jatuh pada bulan Mei, mencatatkan inflasi sebesar 0,68 persen. Utamanya didorong oleh harga komoditas cabai merah, daging ayam ras, bawang putih, ikan segar, biaya angkutan antar kota dan telur ayam ras.
Kemudian ramadan 2020 yang jatuh di bulan April dan terjadi inflasi 0,08 persen. Utamanya didorong oleh kenaikan harga komoditas bawang merah, emas perhiasan, gula pasir, bahan bakar rumah tangga, pepaya dan rokok Kretek filter
"Pada tahun 2021 yaitu bulan April terjadi inflasi sebesar 0,13 persen yang utamanya didorong oleh kenaikan harga komoditas daging ayam ras, minyak goreng, jeruk bahan bakar rumah tangga, emas perhiasan dan anggur," tuturnya.
Â
Inflasi Februari 2023
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi bulanan di Februari 2023 sebesar 0,16 persen (mtm). Angka ini lebih rendah dari tingkat inflasi bulanan Januari 2023 sekitar 0,32 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Pudji Ismartini menerangkan Hal ini terjadi karena indeks harga konsumen meningkat dari 113,98 pada Januari 2023 menjadi 114,16 di Februari 2023.
"Kalau secara series, secara bulan ke bulan ini lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yaitu Januari 2023 sebesar 0,34 persen," kata dia dalam konferensi pers, Rabu (1/3/2023).
Dia menerangkan, penyumbang inflasi bulanan pada Februari 2023 diantaranya adalah komoditas beras, bawang merah, cabai merah dan rokok putih.
Â
Â
Advertisement
Rinciannya
Rinciannya, masing-masing sebesar 0,08 persen untuk beras dan 0,4 persen untuk rokok kretek filter, 0,03 persen untuk bawang merah, 0,02 persen untuk cabai merah dan 0,01 persen untuk rokok putih.
"Akan tetapi tingkat inflasi bulanan Februari 2023 ini lebih tinggi dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu pada bulan Februari 2022 terjadi deflasi sebesar 0,02 persen," ujarnya.
Secara tahunan, inflasi Februari 2023 mencapai 5,47 persen, lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan pada bulan Januari 2023 yang sebesar 5,28 persen dan inflasi tahunan Februari 2022 yang sebesar 2,06 persen.