Silicon Valley Bank Bangkrut, Luhut: Kita Harus Hati-Hati

Kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) Amerika Serikat, turut menjadi perhatian pemerintah Indonesia. Namun, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, perbankan di Indonesia masih lebih baik dibandingkan perbankan Amerika Serikat hingga Eropa.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Mar 2023, 15:50 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2023, 15:50 WIB
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan buka suara mengenai rencana impor rangkaian KRL dari Jepang
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan buka suara mengenai rencana impor rangkaian KRL dari Jepang

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, perbankan di Indonesia masih lebih baik dibandingkan perbankan Amerika Serikat hinga Eropa. Hal ini diungkapkan usai kebangkrutan yang dialami Silicon Valley Bank (SVB) Amerika Serikat, yang juga turut menjadi perhatian pemerintah Indonesia.

Luhut bahkan mengatakan, persentase rasio likuiditas perbankan di indonesia bahkan lebih besar jika dibandingkan dengan sejumlah negara maju.

"Sampai hari ini kita tidak melihat ada tanda-tanda yang punya impact karena kelihatan modal atau kapital daripada bank-bank kita juga bagus sekali," ujar Luhut di Hotel St. Regis, Jakarta, Selasa (14/3).

Luhut mengatakan, cakupan rasio perbankan Indonesia mencapai 234 persen, sementara rasio di Amerika Serikat 148 persen, kemudian Jepang 135 persen, China 132 persen, dan Eropa 120 persen.

Meski berada di kondisi yang lebih baik, Luhut mengatakan agar masyarakat Indonesia tidak jumawa.

"Jadi Indonesia masih sangat tinggi sekali, tapi bicara krisis seperti ini kita tentu harus hati-hati, dan saya kira Bank Indonesia juga dengan Kementerian Keuangan, saya kenal Bapak Ibu berdua itu saya kira sangat kredibel," pungkasnya.

Silicon Valley Bank (SVB) Bangkrut

Diketahui, Salah satu bank terbesar di Amerika Serikat, Silicon Valley Bank (SVB) mengalami kebangkrutan usai nasabah menarik dana secara besar-besaran. Dalam istilah perbankan, kondisi ini disebut bank run atau run on the bank.

Merujuk dari berbagai sumber, run on the bank terjadi ketika nasabah menarik dana mereka dari bank karena nasabah meyakini bahwa bank tersebut akan hancur dalam waktu dekat. Sementara dalam sistem perbankan, umumnya, bank hanya menyimpan sebagian kecil dari aset mereka sebagai uang tunai.

Indikasi bank run tidak hanya penarikan dana dalam skala besar-besaran. Ketika nasabah mentransfer dana mereka ke lembaga keuangan lain, juga merupakan salah satu indikasi terjadinya bank run.

 


Peningkatan Gagal Bayar

Silicon Valley Bank (SVB) (Foto: Instagram @siliconvalleybank)
Silicon Valley Bank (SVB) (Foto: Instagram @siliconvalleybank)

Akibat dari penarikan dana skala besar dalam satu bank memungkinkan peningkatan gagal bayar. Kondisi ini dipastikan membuat bank tidak stabil, sehingga kehabisan uang tunai dan menghadapi kebangkrutan mendadak.

Sebagai penanggulangan dari bank run, bank dapat membatasi jumlah dana yang dapat ditarik oleh setiap nasabah, menangguhkan penarikan sama sekali, atau segera memperoleh lebih banyak uang tunai dari bank lain atau dari bank sentral.

SVB merupakan bank terbesar urutan ke-16 di Amerika Serikat yang mengalami kebangkrutan dalam kurun waktu hanya 48 jam. Ini menjadi kejadian yang besar sejak krisis keuangan di tahun 2008.

 


Banyak Deposit Startup

Silicon Valley Bank (SVB) dinyatakan tutup. Investor resah. Foto dari akun Instagram SVB ketika bank ini ekspansi di Denmark.
Silicon Valley Bank (SVB) dinyatakan tutup. Investor resah. Foto dari akun Instagram SVB ketika bank ini ekspansi di Denmark. Dok: Instagram @siliconvalleybank

Perlu diketahui, SVB menyimpan banyak deposit perusahaan startup dan pemberi pinjaman dan kini bank tersebut akhirnya ditutup oleh otoritas berwenang AS pada Jumat (10/3) lalu.

Dilansir CNBC, Senin (13/3), analis pasar di CMC Markets, Tina Teng mengatakan, runtuhnya Silicon Valley Bank tidak mungkin memiliki efek penularan besar di Asia, tetapi satu orang mengatakan itu bisa dilihat sebagai peringatan, terutama untuk ekonomi yang belum menaikkan suku bunga secara agresif.

Dia menjelaskan, China dan Jepang telah melawan tren karena kenaikan suku bunga bank sentral global dengan People’s Bank of China mempertahankan suku bunga pinjamannya tidak berubah, sementara Bank of Japan mempertahankan suku bunga negatif -0,1 persen.

 

Infografis: Persaingan Ketat, Ekosistem Bank Digital Harus Kuat (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis: Persaingan Ketat, Ekosistem Bank Digital Harus Kuat (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya