Indonesia Punya Banyak PLTU dan Batu Bara, Capai Karbon Netral 2060 Cuma Angan?

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara menjadi penyumbang utama gas rumah kaca dari sektor energi. Sehingga untuk mencapai target karbon netral (net zero emission/NDC) perlu ada penanganan khusus terkait aktivitas PLTU Batubara.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Mar 2023, 12:10 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2023, 12:10 WIB
PT PLN (Persero) sukses mengeksekusi perdagangan emisi (emission trading) melalui pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) pertama kalinya di Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara menjadi penyumbang utama gas rumah kaca dari sektor energi. Sehingga untuk mencapai target karbon netral (net zero emission/NDC) perlu ada penanganan khusus terkait aktivitas PLTU Batubara.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara menjadi penyumbang utama gas rumah kaca dari sektor energi. Sehingga untuk mencapai target karbon netral (net zero emission/NDC) perlu ada penanganan khusus terkait aktivitas PLTU batu bara.

"Membayangkan net zero, tidak mungkin tanpa mengatasi masalah pembangkit listrik batu bara ini," kata Sri Mulyani dalam Southeast Asia Development Symposium (SEADS) 2023: Imaging a Net Zero ASEAN, di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali, Kamis (30/3).

Hal ini sejalan dengan data yang dikeluarkan Badan Energi Internasional, pembangkit listrik batubara menyumbang sekitar 38 persen dari emisi CO2 global dari energi pada tahun 2019. 

Namun faktanya, semua negara untuk berkembang dan maju membutuhkan energi. Semua negara sebenarnya masih mengandalkan bahan bakar fosil, termasuk batubara, masih menjadi tantangan. 

“Namun negara kita sebenarnya masih mengandalkan bahan bakar fosil, termasuk batubara yang menjadi tantangannya,” kata dia.

Jumlah PLTU

Tak hanya itu, tantangan di Indonesia menjadi semakin besar karena menjadi produsen batubara terbesar di dunia. Selain itu, jumlah PLTU batubara juga meningkat lebih dari 60 persen dari total bauran energi di Tanah Air. 

“Di Indonesia, tantangannya lebih besar lagi karena kita termasuk produsen batubara terbesar,” katanya. 

Sehingga untuk kita dapat mencapai karbon netral lebih awal dari 2060 sangat sulit jika tidak menyelesaikan masalah PLTU batubara. “Tidak mungkin (tercapai) tanpa mengatasi masalah pembangkit listrik tenaga batu bara ini,” pungkasnya. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


ARMY BTS Minta Hyundai Mundur dari Proyek PLTU di Kaltara

Oksigen dari PLTU
Ilustrasi PLTU.

Sekelompok fans KPop yang tergabung dalam platform daring penggemar KPOP4PLANET dan ARMY (penggemar BTS di Indonesia) menuliskan surat terbuka ke perusahaan otomotif Korea Selatan, Hyundai. Mereka meminta Hyundai mundur dari perjanjian terbaru dengan Adaro dalam membangun PLTU batu bara sebesar 1,1 GW di Kalimantan Utara.

Hyundai sendiri berencana menggunakan alumunium dari smelter Adaro untuk produksi mobilnya, dimana mereka menyatakan smelter tersebut hijau lantaran akan ditenagai oleh PLTA dari sungai Kayan.

Namun, dari perencanaan dan jadwal proyeknya, PLTA tersebut baru akan tersedia pada 2029. Sementara pada tahap pertama, smelter itu akan bergantung pada pemasok listrik berbahan batu bara.

Itu lantas memancing reaksi sejumlah fans KPop dan ARMY BTS, lantaran pada Juli 2021 Hyundai Motor Company mengumumkan komitmennya untuk mencapai netralitas karbon dalam operasi globalnya dan menjadi bagian dari RE100.

Surat terbuka dan petisi yang didorong para penggemar KPop ini merupakan bagian dari kampanye KPOP4PLANET Hyundai, Drop Coal. Terinspirasi dari hit BTS, Mic Drop yang meminta perusahaan untuk mundur dari perjanjian dan mengungkapkan sumber energi produksinya.

Dimotori oleh para penggemar K-pop di Indonesia, khususnya ARMY, yang mengetahui supergrup K-pop idolanya telah menjadi brand ambassador mobil listrik Ioniq EV milik Hyundai.

"Hyundai adalah salah satu merek yang kita pikirkan ketika mendengar kalimat kendaraan ramah lingkungan. Terutama setelah idola kami menjadi representasi dan secara aktif membicarakan merek tersebut," ujar Nurul Sarifah, aktivis KPOP4PLANET yang mengkoordinirkampanye di Indonesia, Selasa (28/3/2023).

"Itulah mengapa kami mendorong Hyundai untuk menjalankan prinsip mereka dan mundur dari proyek yang tidak hanya membahayakan lingkungan, tetapi jugamerugikan masyarakat lokal," tegas Nurul.


Bencana Iklim

Pemerintah siap mempensiunkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) pada acara puncak KTT G20 di Bali. (Dok. Kemenko Marves)
Pemerintah siap mempensiunkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) pada acara puncak KTT G20 di Bali. (Dok. Kemenko Marves)

Sebagai bagian dari kampanye ini, ARMY Indonesia mengungkapkan kekhawatiran mereka terkait berita yang beredar dengan menandatangani surat terbuka yang akan dikirimkan oleh KPOP4PLANET kepada Executive Chair Hyundai.

Mereka bergandeng tangan dengan KPOP4PLANET melalui kampanye ini untuk mendorong perusahaan mundur dari proyek yang dapat merusak lingkungan.

"Kami telah melihat dan mengalami sendiri dampak dari bencana iklim. Mulai dari banjir, polusi udara, kekeringan, dan banyak lagi. Kami tidak ingin PLTU baru nantinya menambah runtutan panjang bencana ini," kata Sharon, organizer dari BTS ARMY Help Center Indonesia.

Reaksi kekecewaan pun banyak dilontarkan para fans KPop dari idol group lain, yang menunjung tinggi kampanye idola mereka untuk menciptakan kehidupan di bumi yang lebih sehat.

"Saya selalu mengira Hyundai adalah merek yang peduli dengan lingkungan. Tapi saya terkejut dan kecewa ketika melihat berita tersebut," kata Inez, seorang SONE alias penggemar dari Girls’ Generation.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya