Ekonomi China Tumbuh 4,5 Persen di Kuartal I 2023, Laju Tercepat Setahun

PDB China tumbuh sebesar 4,5 persen pada kuartal pertama 2023, data dari Biro Statistik Nasional China menunjukkan.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 22 Apr 2023, 22:06 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2023, 11:16 WIB
Badai Pasir Terjang China, Kualitas Udara Memburuk
Ibu Kota Beijing mengalami polusi udara secara teratur dan sejumlah badai pasir yang tidak sesuai musim selama beberapa pekan terakhir. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Jakarta Produk domestik bruto atau PDB China naik tajam di kuartal pertama 2023. Ekonomi China di mana PDB tumbuh sebesar 4,5 persen pada kuartal pertama 2023, menurut data dari Biro Statistik Nasional China.

Ini menandai  pertumbuhan ekonomi tertinggi China sejak kuartal pertama tahun lalu, yang tumbuh sebesar 2,2 persen dan kuartal keempat tahun 2022 sebesar 2,9 persen.

Penjualan ritel di China melonjak 10,6 persen pada bulan Maret 2023, melebihi ekspektasi untuk pertumbuhan 7,4 persen sementara hasil industri naik 3,9 persen.

Adapun investasi aset tetap year-to-date China yang naik 5,1 persen dibandingkan dengan tahun lalu, namun di bawah estimasi pertumbuhan sebesar 5,7 persen.

Di bulan yang sama, ekspor China secara tak terduga pulih, tumbuh sebesar 14,8 persen setelah turun 6,8 persen di bulan sebelumnya. 

Selain itu, China juga melihat surplus perdagangan senilai USD 88 miliar, melampaui ekspektasi untuk surplus USD 39 miliar.

Dalam beberapa waktu terakhir, pertumbuhan China menjadi sorotan setelah membuka kembali kegiatan ekonominya, mengakhiri sebagian besar pembatasan Covid yang ketat yang diberlakukan selama hampir tiga tahun.

Untuk tahun 2023, China bulan lalu menetapkan target pertumbuhan moderat sekitar 5 persen.

Kepala ekonom China di ING, Iris Pang sbelumnya mengatakan bahwa PDB kuartal pertama China tidak akan mencapai target pertumbuhan yang ditetapkan pemerintah untuk setahun penuh karena faktor eksternal yang melambat.

"Pertumbuhan permintaan eksternal yang melambat ... kemungkinan merugikan ekspor dan aktivitas manufaktur," tulis Pang dalam sebuah catatan menjelang laporan PDB China.

Sektor Jasa Bisa jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi China

Virus Corona Mewabah, Kota Markas Alibaba Sepi Aktivitas
Seorang wanita berlari di depan kantor pusat Alibaba di Kota Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China, Rabu (5/2/2020). Pemerintah Hangzhou memberlakukan pembatasan pergerakan bagi warganya menyusul mewabahnya virus corona. (NOEL CELIS/AFP)

Pang menambahkan bahwa sektor jasa bisa menjadi "mesin pertumbuhan" bagi ekonomi China, menunjuk pada aktivitas kuat yang terlihat dalam data terbaru.

Indeks manajer pembelian layanan Caixin naik menjadi 57,8 pada bulan Maret, pembacaan tertinggi dalam lebih dari dua tahun.

Selain itu, Pang juga memperkirakan pemerintah China akan mengeluarkan stimulus tambahan untuk meningkatkan investasi dan konsumsi infrastrukturnya mengikuti laporan PDB.

"Untuk menjaga target pertumbuhan 5% pada 2023, pemerintah perlu mendorong investasi infrastruktur, yang sebagian besar harus membangun jalur metro dan menambah jumlah menara 5G karena ini sudah dalam rencana tahun ini," tulisnya dalam catatan menjelang laporan PDB.

"Oleh karena itu, kami memperkirakan PDB tumbuh lebih cepat di 6,0 persen YoY di kuartal kedua. Kami mempertahankan perkiraan PDB setahun penuh di 5% karena permintaan eksternal harus menjadi perhatian untuk tahun ini,” ungkapnya.

IMF Proyeksi Ekonomi China Tumbuh 5,2 Persen di 2023

Badai Pasir Terjang China, Kualitas Udara Memburuk
Para komuter yang mengenakan masker berjalan saat badai debu dan pasir di kawasan pusat bisnis di Ibu Kota Beijing, China, Selasa (11/4/2023). Serangkaian badai debu dan pasir terbaru membuat indeks kualitas udara memburuk di Beijing pada Senin malam hingga Selasa. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Diwartakan sebelumnya, IMF memperkirakan ekonomi China tumbuh sebesar 5,2 persen pada 2023, lebih tinggi dari pertumbuhan 3,0 persen tahun sebelumnya.

"Ekonomi China yang dibuka kembali pulih dengan kuat, dan ini akan menghasilkan dampak positif bagi mitra dagangnya, memberikan momentum baru untuk pertumbuhan Asia," kata direktur Departemen Asia dan Pasifik Dana Moneter Internasional (IMF), Krishna Srinivasan, dikutip dari Channel News Asia.

Namun IMF mengingatkan dampak keruntuhan sektor perbankan di Amerika Serikat dan Eropa yang telah menambah ketidakpastian atas prospek ekonomi global, di mana kerentanan sistem keuangan dapat meletus menjadi krisis baru dan membanting pertumbuhan global tahun ini.

Meskipun demikian, dampak dari tekanan perbankan global baru-baru ini di Asia sejauh ini terbatas, dengan paparan langsung bank dan investor Asia ke Silicon Valley Bank cukup minim, kata Srinivasan.

"Kecuali ketegangan meningkat dan menimbulkan kekhawatiran stabilitas berbasis luas, bank sentral harus memisahkan tujuan kebijakan moneter dari tujuan stabilitas keuangan," katanya.

IMF Pangkas Ramalan Pertumbuhan Ekonomi Global 2023 Jadi 2,8 Persen

Ilustrasi daftar kode bank
Ilustrasi daftar kode bank. (Photo by vectorjuice on Freepik)

Dengan maraknya krisis perbankan di Amerika Serikat dan Eropa, Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan perkiraannya untuk ekonomi global.

Mengutip CNN Business, Rabu (12/4/2023) IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan melambat dari 3,4 persen pada 2022 menjadi 2,8 persen pada 2023.

Ini menandai sedikit penurunan dari proyeksi IMF sebelumnya, yaitu 2,9 persen pada bulan Januari.

"Ketidakpastian tinggi, dan keseimbangan risiko telah bergeser dengan kuat ke sisi negatifnya selama sektor keuangan tetap tidak tenang," kata organisasi tersebut dalam laporan terbarunya.

Sementara inflasi global, diperkirakan akan turun dari 8,7 persen pada 2022 menjadi 7 persen tahun ini dan menjadi 4,9 persen pada 2024.

Aksi Investor

Investor saat ini berupaya mengamankan simpanan tambahan di tengah kerentanan di sektor keuangan.

Sementara itu, pemberi pinjaman mungkin menjadi lebih konservatif untuk menghemat uang tunai yang mungkin mereka perlukan untuk menghadapi kondisi yang tidak dapat diprediksi.

Hal itu akan mempersulit bisnis dan rumah tangga untuk mengakses pinjaman, membebani ekonomi dari waktu ke waktu.

"Kondisi keuangan telah mengetat, yang kemungkinan akan memerlukan pinjaman dan aktivitas yang lebih rendah jika terus berlanjut," kata IMF, yang menjadi tuan rumah pertemuan musim semi bersama Bank Dunia pekan ini.

IMF memperingatkan, jika masalah pada sistem keuangan semakin bertambah, pertumbuhan ekonomi global dapat melambat menjadi 1 persen.

"Kabut seputar prospek ekonomi dunia telah menebal," ungkap badan itu. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya