Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia naik tipis pada perdagangan Jumat di tengah data ekonomi yang kuat di zona Eropa dan Inggris. Namun harga minyak dunia berpotensi mencetak pelemahan mingguan karena ketidakpastian suku bunga membebani.
Mengutip CNBC, Sabtu (22/4/2023), harga minyak Brent berjangka naik 68 sen atau 0,8 persen menjadi USD 81,77 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 65 sen atau 0,8 persen menjadi USD 78,02 per barel.
Baca Juga
Harga minyak Brent berada di jalur untuk kerugian mingguan sebesar 5,5 persen, sementara harga minyak WTI diperkirakan turun 5,7 persen.
Advertisement
Kedua harga minyak yang telah menjadi tolok ukur ini turun lebih dari 2 persen pada hari Kamis, ke level terendah sejak pengumuman tak terduga pada awal April tentang pengurangan produksi oleh beberapa negara OPEC, di tengah kekhawatiran resesi dan pembengkakan persediaan bensin AS.
"Pasar tampaknya berada dalam mode show-me," kata analis Price Futures Group Phil Flynn. Ia menambahkan bahwa harga terus berada dalam kisaran setelah pengurangan produksi OPEC.
Namun, data survei dari zona euro dan Inggris mengangkat harga minyak pada hari Jumat.
Survei menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi zona euro secara tak terduga meningkat bulan ini karena industri jasa dominan di blok itu melihat permintaan yang sudah meningkat dan mengimbangi penurunan yang semakin dalam di manufaktur.
"Sepertinya ekonomi sedang pulih dari musim dingin yang lemah saat ini, tetapi kelemahan manufaktur tetap menjadi perhatian dan meredam kenaikan," kata ekonomi ING dalam sebuah catatan.
Â
India
Di India, data pemerintah menunjukkan bahwa pemrosesan minyak mentah penyulingan tetap mendekati rekor tertinggi di bulan Maret untuk memenuhi permintaan musiman yang solid di konsumen minyak terbesar ketiga di dunia.
Prospek pasokan yang lebih ketat menambah dukungan lebih lanjut, dengan analis mengharapkan penarikan dari persediaan bulan depan, karena pengurangan target produksi OPEC dan meningkatnya permintaan China.
"Pengetatan pasokan yang diperkirakan kemungkinan akan mendorong harga naik dalam jangka menengah," kata Commerzbank dalam sebuah catatan.
Raksasa jasa ladang minyak SLB mengalahkan estimasi Wall Street untuk laba kuartal pertama, karena kenaikan harga minyak mentah dan pasokan yang ketat meningkatkan permintaan untuk layanannya.
Namun, ketidakpastian ekonomi dan prospek kenaikan suku bunga terus membayangi pasar minyak.
Advertisement