Badai PHK di Sektor Teknologi AS jadi Peluang bagi India, Kok Bisa?

Menurut miliarder India Narayana Murthy, perusahaan IT India dapat mengambil peluang dari badai PHK di sektor teknologi AS.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 27 Apr 2023, 13:00 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2023, 13:00 WIB
The Spheres, Kantor Baru Amazon
Pejalan kaki melewati The Spheres, kantor bernuansa hutan hujan yang baru dibuka Amazon, di Seattle, AS, Senin (29/1). The Spheres terdiri dari tiga rumah kaca berukuran bulat yang menaungi 40.000 jenis tanaman dari 400 spesies. (AP/Ted S. Warren)

Liputan6.com, Jakarta Miliarder pendiri perusahaan teknologi Infosys, Narayana Murthy melihat badai pemutusan hubungan kerja atau PHK di sektor teknologi di Amerika Serikat sebagai peluang bagi India.

"Saya melihat hal-hal ini (seperti pemutusan hubungan kerja di sektor teknologi) sebagai bagian dari siklus bisnis. Kurva naik dan turun. Jadi saya tidak akan terlalu khawatir," kata Murthy, dikutip dari CNBC International, Kamis (27/4/2023).

Dilaporkan ada kekhawatiran yang dirasakan sejumlah perusahaan IT di India bahwa perlambatan ekonomi AS dapat menyebabkan perusahaan Amerika mengurangi pengeluaran teknologi dan proyek di India.

Namun menurut Murthy, perusahaan IT India malah akan mendapatkan keuntungan.

"Setiap kali ada penurunan di AS atau di negara maju, ada peluang lebih besar bagi negara-negara seperti India, terutama di sektor saya, yang memberikan nilai uang yang lebih baik,” ujarnya kepada The CNBC Conversation.

"Dalam penurunan, pasar menyusut sedikit dan piagam kami sangat jelas. Kami bekerja lebih keras dan kemudian kami mengambil pangsa pasar yang sedikit lebih besar dan Anda tidak akan mengalami masalah kehilangan pekerjaan," dia menjelaskan.

Seperti diketahui bahwa, Narayana Murthy — bersama keenam temannya — mendirikan Infosys pada tahun 1981. Dia menjabat sebagai CEO dari tahun 1981 hingga 2002.

Didanai dengan investasi awal senilai USD 250 dari istri Murthy, Infosys telah berkembang menjadi perusahaan bernilai miliaran dolar senilai lebih dari USD 60 miliar atau Rp. 886,2 triliun.

Perusahaan IT terbesar kedua di India itu kini mempekerjakan lebih dari 346.000 pekerja di seluruh dunia dari kawasan Asia-Pasifik hingga Amerika Utara, Eropa dan Timur Tengah.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Banyak Perusahaan Teknologi Beralih ke India Untuk Pengembangan Perangkat

Fantastis, 10 Perusahaan Ini Beri Gaji Selangit untuk Anak Magang
Ilustrasi bekerja (pixabay.com)

Krina Mehta, salah satu pendiri perusahaan pengembangan perangkat lunak offshore Fortune Infosys yang berbasis di AS, mengatakan dalam sebuah postingan di LinkedIn bahwa, kini ada banyak perusahaan yang memilih untuk mengalihdayakan pengembangan perangkat lunak ke India untuk kualitas dengan biaya yang lebih rendah.

“Dengan bekerja sama dengan (pengembang India), Anda akan memiliki akses ke profesional IT berkualitas tinggi dengan biaya yang cukup masuk akal dibandingkan dengan harga yang harus Anda bayar di negara Barat," kata Mehta.

Mehta mengatakan India memiliki kumpulan bakat yang diisi dengan pengembang perangkat lunak terampil yang mengembangkan berbagai spesialisasi teknologi, bahkan dari teknologi yang relevan dan inti seperti pemrograman Python hingga teknologi perusahaan yang lebih baru seperti NET Core.


Keuntungan yang Ditawarkan

Perusahaan IT
Ilustrasi Perusahaan IT

Menurut perusahaan pengembang perangkat lunak khusus Peerbits, perusahaan dapat menghemat 20 persen hingga 30 persen dalam pengeluaran teknologi dengan mengalihkan kebutuhan pengembangan perangkat lunak khusus mereka ke India.

"Pelajaran bagi perusahaan AS adalah memastikan bahwa mereka meningkatkan produktivitasnya, mengurangi biaya secara otomatis bahkan tanpa bergantung pada negara seperti India, China, dan lainnya. Saya pikir itulah cara untuk maju," ungkap Murthy.


India Bakal jadi Pusat Industri Teknologi Baru?

Murthy juga menyoroti langkah pembuat iPhone, Apple yang mengalihkan sebagian produksinya ke India.

Seperti diketahui, Apple mulai merakit iPhone 14 andalannya di India tahun lalu setelah produksinya sempat terganggu di pabrik iPhone terbesar di dunia di Zhengzhou, China karena wabah Covid dan protes pekerja.

Apple saat ini memproduksi 5 persen hingga 7 persen iPhone-nya di India, melonjak dari hanya 1 persen pada tahun 2021.

Menteri perdagangan India mengatakan Apple pada akhirnya ingin memproduksi 25 persen produk iPhone-nya di negara tersebut.

Selain itu, Murthy juga melihat ada banyak perusahaan Amerika, salah satunya General Electric dan Microsoft yang telah mendirikan pusat penelitian dan pengembangan di India.

"Ada perusahaan Amerika dan Eropa lainnya yang datang. Jadi saya kira kesempatan kita akan datang di tahun-tahun mendatang," ujar Murthy.

"Kepemimpinan India di bawah perdana menteri Shri Narendra Modi telah melakukan banyak inisiatif seperti ‘Startup India’ untuk memastikan bahwa negara tersebut menjadi sumber inovasi," kata Murthy.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya