Liputan6.com, Jakarta Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menargetkan ada 200.000 hektar lahan perkebunan kelapa sawit yang diperbarui tahun ini. Ini lebih tinggi dari yang awalnya ditargetkan.
Diketahui, targetnya adalah 180.000 hektar lahan sawit bisa diremajakan dengan mengganti pohon kelapa sawit yang sudah tua dengan produktivitas yang rendah. Dia ingin menambah itu lebih tinggi lagi.
Baca Juga
Hingga saat ini, sudah ada 25.000 lahan yang sudah diremajakan. Sementara, Kementan pun telah membentuk Satuan Gugus Tugas untuk mengawal implementasi program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).
Advertisement
"200 ribu (hektar), 180 ribu (hektar) sebenarnya targetnya, kita coba naikkan menjadi 200 ribu (hektar) bukan persoalan mudah, membutuhkan tangan dan bantuan berbagai pihak," kata dia di Kementerian Pertanian, Selasq (16/5/2023).
Gugus Tugas
Dia mengatakan, pada tahap awal gugus tugas ini disebar ke 8 provinsi. Dia berharap kalau tiap pejabat di lingkungan itu bisa membantu program ini.
"Ada 8 provinsi yang akan sama-sama kita kerjakan, 8 provinsi ini tentu kita harap para gubernur para bupati dan tentu saja forum koordinasi pimpinan pak dandim pak kapolres dan kejari kejati sangat bantu agar betul-betul ini bisa berjalan dengan cepat dan dengan baik," kata dia.
"Sekali lagi kepentingan ini berkaitan kepentingan masa depan bangsa oleh komoditi sawit ini," sambungnya.
Â
Tak Boleh Kalah dari Malaysia
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menegaskan kalau produktivitas sawit Indonesia harus dimaksimalkan. Mengingat, Indonesia memiliki kawasan perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia.
Melihat modal itu, Mentan Syahrul mengatakan kalau profuktivitas dari kelapa sawit Indonesia tak boleh kalah dari Malaysia. Kedua negara ini menjadi penyumbang terbesar produk sawit ke dunia.
"Salah satu yang harus kita lewati, ndak boleh sawitnya Malaysia jauh lebih bagus dari sawitnya Indonesia," tegasnya dalam Pelepasan Gugus Tugas Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), di Auditorium F Kementan, Selasa (16/5/2023).
Mentan Syahrul mengatakan, Indonesia punya potensi menggenjot produksi dari kelapa sawit. Termasuk berbagai aspek pendukung yang ada, misalnya dari dukungan akademisi.
Â
Advertisement
Peremajaan
Termasuk salah satunya adalah upaya dengan melakukan peremajaan kebun sawit. Dengan begitu, harapannya, sawit Indonesia bisa membukukan produktivitas yang lebih tinggi dari sebelumnya.
"Kurang apa kita? Kurang perguruan tinggi mana? Kenapa negara lain jauh lebih (bagus)? Besok kalau kita biarin begini, orang lain akan lebih maju kan," bebernya.
Informasi, mengenai program PSR, Mentan Syahrul membidik pengawalan program ini di 8 provinsi penghasil kelapa sawit sebagai tahap awal. Mengingat ada target 180.000 hektar lahan sawit yang diremajakan sepanjang 2023 ini.
Hingga saat ini, sudah ada 25.000 hektar lahan yang berhasil diremajakan tanaman sawinya. Setelah peremajaan, berarti ada waktu sekitar 3-4 tahun untuk kebun itu bisa produksi lagi.
Â
Manajemen Terukur
Lebih lanjut, Mentan Syahrul menegaskan sebagai upaya perbaikan juga, manajemen pelaksanaan program juga perlu diperhatikan. Misalnya dengan melakukan pemetaan wilayah.
Dia menegaskan, setiap sentra penghasil kelapa sawit harus bisa bersaing satu sama lain. Harapannya, produktivitas akan meningkat selaras antara satu daerah dan daerah lainnya.
"Jadi tidak boleh (dibiarkan pengelolaannya), manajemen harus terukur, kalau cuma sumatera utara, 'pak Kadis kok lebih cepat dari sumatera barat', gak boleh. Minimal seimbang. Nah itu yang harus memang dorongannya ada," kata dia.
"Tapi saya senang tadi sudah pakai pedoman ada daerah merah, ada daerah kuning, ada daerah hijau. Sikat dulu yang hijau," sambung Mentan Syahrul Yasin Limpo.
Â
Advertisement