Eropa Jatuh ke Jurang Resesi, Ini Pemicunya

Pertumbuhan ekonomi Zona Eropa pada kuartal pertama 2023 negatif 0,1 persen. Dengan tak tumbuhnya ekonomi ini, maka Eropa resmi majuk jurang resesi.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 09 Jun 2023, 16:00 WIB
Diterbitkan 09 Jun 2023, 16:00 WIB
Ilustrasi bendera Uni Eropa (AFP Photo)
Pertumbuhan ekonomi Zona Eropa pada kuartal pertama 2023 negatif 0,1 persen. Dengan tak tumbuhnya ekonomi ini, maka Eropa resmi majuk jurang resesi. (AFP Photo)

Liputan6.com, Jakarta Pertumbuhan ekonomi Zona Eropa pada kuartal pertama 2023 negatif 0,1 persen. Dengan tak tumbuhnya ekonomi ini, maka Eropa resmi majuk jurang resesi.

Seperti diketahui, resesi adalah dimana ekonomi sebuah negara tidak tumbuh dalam dua kuartal berturut-turut. Sebelumnya, ekonomi Euro Zone pada kuartal terakhir 2022 juga sudah negatif.

Lantas apa pemicunya Eropa resesi?

 

Pemicu utamanya adalah perang Rusia-Ukraina yang hingga kini masih berlangsung. Perang ini menyebabkan harga energi di wilayah itu naik gila-gilaan.

Inflasi Melonjak

Kenaikan harga energi ini lantas merembet ke sejumlah harga pangan. Akhirnya, inflasi di benua biru tersebut melonjak.

Lonjakan inflasi ini kemudian menurunkan konsumsi rumah tangga. Dikutip dari BBC, Jumat (9/6/2023), pada kuartal akhir 2022, tingkat konsumsi rumah tangga di Uni Eropa sudah turun 1 persen. Kemudian data terakhir kuartal I-2023 konsumsi rumah tangga masih nyungsep 0,3 persen.

Ekonomi Jerman dan Irlandia Terpuruk

Sebagai ekonomi terbesar di Eurozone, statistik Jerman menunjukkan bahwa ekonomi terbesar di Eropa itu mengalami resesi pada awal 2023.

Lalu, kontraksi ekonomi Irlandia melebar menjadi 4,6 persen dari perkiraan awal sebesar 2,7 persen, meskipun hal negatif ini disebabkan dampak pertumbuhan perusahaan multinasional besar di sana.

Jerman Masuk Jurang Resesi, Ekonomi Kontraksi 0,3% di Kuartal I 2023

Beri Hormat ala Nazi, Turis Ini Ditangkap Saat Wisata di Jerman
Ilustrasi Bendera Jerman (pixabay.com)

Perekonomian Jerman sedikit menyusut pada kuartal pertama 2023 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Penyusutan ini mendorong Jerman memasuki resesi teknis.

Data dari Kantor Statistik Federal, Destatis menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Jerman turun 0,3 persen di kuartal pertama 2023.

"Setelah pertumbuhan PDB memasuki wilayah negatif pada akhir tahun 2022, ekonomi Jerman kini mencatat dua kuartal negatif berturut-turut," kata Presiden Destatis, Ruth Brand, dikutip dari Deutsche Welle Kamis (25/5/2023)..

Angka PDB negara ekonomi terbesar Eropa pada Januari hingga Maret 2023 mengikuti penurunan 0,5 persen pada kuartal keempat tahun 2022.

Seperti diketahui, resesi umumnya didefinisikan sebagai kontraksi ekonomi selama dua kuartal berturut-turut.

"Butuh beberapa revisi statistik, tetapi pada akhirnya, ekonomi Jerman benar-benar melakukan musim dingin ini seperti yang kami khawatirkan sejak musim panas lalu," ungkap ekonom ING, Carsten Brzeski dalam sebuah catatan kepada klien.

Brzeski menyebut, cuaca musim dingin, rebound dalam aktivitas industri, dibantu oleh pembukaan kembali China dan pelonggara rantai pasokan tidak cukup kuat untuk mengeluarkan ekonomi Jerman dari zona bahaya resesi.

Inflasi Jerman Melesat

Bendera Jerman (AFP PHOTO via capitalfm.co.ke)
Bendera Jerman (AFP PHOTO via capitalfm.co.ke)

Ditambah lagi, tingginya inflasi di Jerman terus berdampak pada ekonomi negara itu selama kuartal tersebut.

Hal ini tercermin dari konsumsi rumah tangga yang turun 1,2 persen quarter-on-quarter setelah penyesuaian harga dan musiman.

Rumah tangga di Jerman membelanjakan lebih sedikit untuk makanan, minuman, pakaian, sepatu, dan furnitur dibandingkan kuartal sebelumnya. Mereka juga membeli lebih sedikit mobil baru, kemungkinan karena subsidi pemerintah dihentikan pada akhir tahun 2022.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya