Ahli Ingatkan Masyarakat Waspada Penularan Rabies Melalui Luka Terbuka pada Tubuh

Ahli kesehatan mengingatkan penularan penyakit rabies kepada manusia dapat melalui gigitan dan non-gigitan, salah satunya melalui luka terbuka.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Jun 2023, 19:15 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2023, 19:15 WIB
Ahli Ingatkan Waspadai Penularan Rabies Melalui Luka Terbuka pada Tubuh
Ahli kesehatan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengingatkan dan meminta masyarakat untuk selalu mewaspadai penularan penyakit rabies mengacu pada masa inkubasi virus tersebut pada tubuh manusia. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Ahli kesehatan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengingatkan dan meminta masyarakat untuk selalu mewaspadai penularan penyakit rabies mengacu pada masa inkubasi virus tersebut pada tubuh manusia.

Selain itu, penularan penyakit rabies kepada manusia dapat terjadi baik melalui gigitan dan secara non-gigitan, salah satunya melalui luka terbuka. Demikian seperti dikutip dari Antara, Sabtu (17/6/2023).

Anggota Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI, Dr dr Novie Homentan Rampengan menuturkan, ketika anjinh, kucing, atau kera yang terjangkit virus rabies menggigit manusia, air libur yang mengandung virus akan masuk ke tubuh manusia melalui gigitan. Sementara, penularan non-gigitan dapat melalui jilatan pada kulit yang terbuka.

“Jadi, kalau kita dijilat oleh anjing yang sakit rabies, apalagi kalau kita ada luka, itu bisa masuk virus rabies,” ujar Novie.

Penyakit rabies memiliki masa inkubasi atau selang waktu yang berlangsung antara pajanan terhadap pathogen hingga gejala-gejala pertama kali muncul sekitar dua minggu hingga dua tahun. Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat perjalanan penyakit rabies pada tubuh manusia membutuhkan waktu rata-rata 90 hari.

Menurut Novie, berdasarkan laporan kesehatan di Amerika Serikat, penyakit rabies juga dapat menular melalui transplantasi organ. Akibat hal itu, Novie menuturkan, penerima organ itu akhirnya meninggal. Ia pun meminta masyarakat untuk selalu mewaspadai penularan penyakit rabies mengacu pada masa inkubasi virus itu pada tubuh manusia.

 

Virus Rabies yang Masuk ke Tubuh Bakal Mulai Replikasi

Pemberian Vaksin Anti Rabies Gratis untuk Hewan Peliharaan
Seekor anjing saat disuntikan vaksin anti rabies secara gratis di kawasa Tebet, Jakarta, Sabtu (31/10/2020). Pemberian Vaksin Rabies gratis tersebut untuk menghindari dan mengantisipasi penyebaran penyakit rabies kepada hewan peliharaan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Virus rabies yang masuk ke tubuh manusia akan mulai melakukan replikasi di jaringan otot sekitar lokasi gigitan, naik ke otak, berkembang biak, lalu menjalari seluruh organ tubuh.

Novie menuturkan, tidak semua gigitan anjing mengadung penyakit rabies, penanganan awal adalah bersikap tenang, mencuci luka dengan air mengalir dengan sabun, detergen, atau antiseptic, agar virus terbawa keluar selama 10-15 menit. Selanjutnya segera memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit.

Novie menuturkan, sebelum mendapatkan vaksin atau serum anti-rabies, seseorang harus mencermati status wilayah terjadinya peristiwa gigitan, cara terjadinya gigitan (berasal dari provokasi atau non-provokasi), luka gigitan (letak, jumlah, keadaan luka), dan status vaksinasi hewan yang mengigit.

“Rekomendasi dari WHO kurang lebih sama, kalau cuma kena jilatan cukup dicuci saja, tidak perlu divaksin. Sedangkan bila luka terbuka, apalagi banyak berarti lihat status endemisitas apakah wilayah rabies atau tidak,” ujar dia.

Gejala Khas Rabies

Vaksinasi Rabies Hewan Peliharaan
Vaksinasi rabies secara gratis dilakukan kepada hewan peliharaan warga seperti kucing, kera, dan anjing. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, Sekretaris Komite Rabies Flores dan Lembata sekaligus Pemerhati Rabies dokter Asep Purnama mengingatkan pentingnya pengetahuan tentang gejala khas dari kasus rabies untuk masyarakat waspada.

Mengenai gejala khas rabies itu, Asep mengingatkan gejala khas rabies itu takut air dan udara. “Gejala khas rabies itu takut air dan takut udara. Kalau takut cahaya tidak khas. Sudah muncul gejala, pasti menunggu,” ujar dokter Asep, dikutip dari Antara, Sabtu, 3 Juni 2023.

Dokter Asep mengingatkan pentingnya pengetahuan tentang gejala khas dari kasus rabies sehingga masyarakat waspada dan segera melakukan penanganan pertama yang tepat apabila ada gigitan.

Jika ada gigitan hewan penular rabies (HPR), virus akan masuk melalui liur dan melakukan replikasi di tempat gigitan. Virus rabies akan infeksi saraf atau sistem saraf perifer, kemudian bergerak secara retrograde.

Selanjutnya virus melakukan replikasi dan bergerak ke atas menuju otak. Selanjutnya virus infeksi otak lalu bergerak dari otak melalui saraf menuju ke beberapa jaringan seperti mata, ginjal dan kelenjar air liur.

“Begitu virus masuk lewat gigitan, segera cuci. Luka risiko tinggi, perjalanan ke otak cepat, diberikan SAR supaya bisa segera menahan atau menetralkan virus sehingga tidak sampai berlanjut replikasi ke sistem saraf pusat,” tutur dia.

Dokter Asep menuturkan, penularan virus rabies dapat diputus apabila HPR khusus anjing telah mendapatkan vaksin. Selain itu, penatalaksanaan yang tepat seperti cuci luka dan pemberian vaksin anti rabies atau serum anti rabies sesuai indikais merupakan salah satu langkah penanganan rabies.

“Rabies memang mematikan, tapi bisa dicegah dengan tatalaksana gigitan HPR. Tapi kalau sudah muncul gejala rabies, takut air, takut udara, itu sudah. Jadi jangan sampai ada gejala,” ujar dia.

 

Infografis Vaksinasi PMK Hewan Ternak Digencarkan Jelang Idul Adha. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Vaksinasi PMK Hewan Ternak Digencarkan Jelang Idul Adha. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya