Siap-siap, Pejabat The Fed Beri Sinyal Suku Bunga Bakal Terbang Naik Lagi

Presiden Federal Reserve Bank of Dallas, Lorie Logan menegaskan pandangannya bahwa suku bunga The Fed masih perlu dinaikkan.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 07 Jul 2023, 10:00 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2023, 09:59 WIB
Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)
Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Federal Reserve Bank of Dallas Lorie Logan mengeluarkan sinyal potensi kenaikan suku bunga pada pertemuan kebijakan bulan Juni 2023. 

Lorie Logan menegaskan pandangannya bahwa suku bunga masih perlu dinaikkan untuk mendinginkan ekonomi Amerika Serikat.

"Akan sepenuhnya tepat untuk menaikkan kisaran target dana federal pada pertemuan Juni (Komite Pasar Terbuka Federal), konsisten dengan data yang telah kami lihat dalam beberapa bulan terakhir dan tujuan mandat ganda The Fed," ujar Logan di sebuah acara yang diadakan di Columbia University, dikutip dari US News, Jumat (7/7/2023).

Tetapi Logan juga mengakui bahwa ekonomi AS dibayangi tantangan dan ketidakpastian.

Logan mencatat bahwa prakiraan yang dirilis pada pertemuan FOMC bulan Juni menunjukkan ekspektasi kenaikan suku bunga, dan "penting bagi FOMC untuk menindaklanjuti sinyal yang kami kirimkan pada bulan Juni".

"Dua pertiga dari peserta FOMC memproyeksikan setidaknya dua lebih banyak kenaikan suku bunga tahun ini," ungkap prakiraan tersebut.

"Saya tetap sangat prihatin tentang apakah inflasi akan kembali ke target secara berkelanjutan dan tepat waktu," kata Logan, menambahkan bahwa prospek berkelanjutan untuk inflasi di atas target dan pasar tenaga kerja yang lebih kuat dari perkiraan memerlukan kebijakan moneter yang lebih ketat.

Risalah pertemuan The Fed juga menunjukkan hampir semua gubernur bank sentral mendukung untuk mempertahankan tingkat suku bunga antara 5 persen dan 5,25 persen, untuk melihat bagaimana dampak kumulatif dari kenaikan suku bunga sebelumnya.


Inflasi AS Mulai Menjinak, Turun jadi 4 Persen di Mei 2023

Ilustrasi Inflasi
Ilustrasi Inflasi (Sumber: Pixabay)

Inflasi konsumen di Amerika Serikat mulai mendingin di bulan Mei.

Melansir Channel News Asia, Rabu (14/6/2023) angka pemerintah yang dirilis pada Selasa (13/6) menunjukkan bahwa indeks harga konsumen (CPI), yang menjadi ukuran utama inflasi AS, mencapai 4,0 persen pada Mei 2023, sejalan dengan ekspektasi analis dan turun dari 4,9 persen di bulan April 2023 lalu.

Angka inflasi AS kali membawanya ke level terendah dalam sekitar dua tahun, dan kurang dari setengah tingkat puncak 9,1 persen pada pertengahan 2022.

Laporan hari ini adalah kabar baik bagi keluarga pekerja keras," kata Presiden AS Joe Biden dalam sebuah pernyataan.

"Ini menunjukkan kemajuan berkelanjutan dalam mengatasi inflasi pada saat yang sama bahwa pengangguran tetap berada di posisi terendah dalam sejarah," jelasnya.

Angka inflasi AS muncul ketika pejabat Federal Reserve memulai pertemuan kebijakan selama dua hari mereka pada hari yang sama, diharapkan dapat memberikan ruang untuk jeda kenaikan suku bunga bank sentral pada akhir pertemuan.

Sementara The Fed telah menaikkan suku bunga acuan pinjaman 10 kali berturut-turut untuk mengendalikan inflasi, Bank Sentral AS diantisipasi untuk menahan kenaikan lebih lanjut pekan ini di tengah tanda-tanda pendinginan di negara ekonomi terbesar dunia.


Kebijakan The Fed

Mengenal Konsep Inflasi dalam Ekonomi
Ilustrasi Konsep Inflasi Credit: pexels.com/pixabay

Namun, para analis memperingatkan bahwa pembuat kebijakanThe  Fed sedang mencari tren pendinginan pertumbuhan yang lebih pasti sebelum mereka mengakhiri siklus kenaikan suku bunga.

Dalam basis bulanan, CPI naik 0,1 persen di bulan Mei, melambat dari 0,4 persen di bulan April, menurut Departemen Tenaga Kerja AS.

Tetapi angka itu belum termasuk komponen biaya pangan dan energi, di mana inflasi AS pada konsumen naik 5,3 persen selama 12 bulan terakhir.

"Indeks tempat tinggal merupakan kontributor terbesar kenaikan semua barang dalam inflasi bulanan, diikuti oleh kenaikan indeks mobil dan truk bekas," ungkap Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya