Liputan6.com, Jakarta Low Tuck Kwong kembali merebut peringkat teratas orang terkaya Indonesia, menggeser Hartono bersaudara. Dia menjadi orang terkaya di Indonesia dengan kekayaannya yang naik hingga 4,78 persen menjadi USDÂ 27,6 miliar atau setara Rp. 415,3 trilliun.
Dua Hartono bersaudara, R. Budi Hartono dan Michael Hartono yang posisinya digeser Low Tuck Kwong harus rela kekayaan mereka turun masing masing menjadi USD 26,3 miliar atau Rp 395,7 triliun dan USD 25,1 miliar atau Rp 377,7 triliun.Â
Baca Juga
Melansir Forbes Real Time Billionaires, Senin (24/7/2023, adapun urutan keempat dalam daftar orang terkaya di Indonesia yaitu Sri Prakash Lohia dengan kekayaan USD 7,2 miliar atau Rp. 108,3 triliun dan Prajogo Pangestu di urutan kelima dengan kekayaan bersih USD 6,3 miliar atau Rp. 94,8 triliun.
Advertisement
Adapun Tahir dan Keluarga di urutan keeman dengan harta USD 5,2 miliar (Rp 78 triliun) Chairul Tanjung di peringkat ketujuh dengan kekayaan USD 5 miliar (Rp 75 triliun) serta Dewi Kam dengan kekayaan USD 4,3 miliar (Rp 64,5 triliun) di peringkat kedelapan.
Djoko Susanto, kini menempati urutan kesembilan yang mengantongi kekayaan USD 4,3 miliar (Rp 64,5 triliun) dan Lim Hariyanto Wijaya Sarwono dengan kekayaan USD 4,1 miliar (Rp 61,5 triliun).
Menurut laman Forbes, Low Tuck Kwong dikenal sebagai miliarder batu bara. Pria kelahiran Singapura itu merupakan pendiri Bayan Resources, perusahaan tambang di Indonesia.
Dia juga mengendalikan perusahaan di industri energi baru terbarukan di Singapura, Metis Energy yang sebelumnya dikenal Manhattan Resources, dan memiliki kepentingan di The Farrer Park Company, Samindo Resources, dan Voksel Electric.
Adapun peran lainnya yang dijalani Low Tuck Kwong sebagai pendukung utama SEAX Global untuk membangun sistem kabel laut bawah laut untuk konektivitas internet yang menghubungkan Singapura, Indonesia, dan Malaysia.
Â
Sepak Terjang Low Tuck Kwong Bangun Bisnis Kontraktor
Dikutip dari laman resmi Bayan Resources, Low Tuck Kwong memulai bisnisnya di Indonesia pada tahun 1973 ketika ia mendirikan PT. Jaya Sumpiles Indonesia (JSI) yakni kontraktor pekerjaan tanah, pekerjaan sipil dan struktur kelautan.
Perusahaan itu dengan cepat menjadi pelopor dalam pekerjaan pondasi tiang pancang yang kompleks, dan kontraktor terkemuka di Indonesia pada tahun 1980-an dan 1990-an.
Pada tahun 1988, JSI memasuki kontrak penambangan batu bara dan merupakan kontraktor tambang terkemuka hingga tahun 1998 ketika Low Tuck Kwong mengakuisisi PT. Gunung Bayan Pratamacoal (GBP) dan PT. Dermaga Perkasapratama (DPP).
Pada saat GBP belum memulai penambangan dan Terminal Batubara Balikpapan (di bawah DPP) memiliki kapasitas pengenal 2,5 juta ton per tahun.
Advertisement
Bayan Group di Bawah Kepemimpinan Low Tuck Kwong
Di bawah Low Tuck Kwong, Bayan Group bertransformasi menjadi perusahaan tambang batu bara, demikian profil perusahaan tersebut.
Bayan Group dibentuk melalui sejumlah akuisisi strategis di sektor batu bara.
Perusahaan itu mengungkapkan, proyek Tabang/Pakar dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami perkembangan yang signifikan. Dari hanya operasi tambang skala kecil yang memproduksi 1,9 juta ton pada 2014 menjadi sekitar 22,7 ton di tahun 2018.
Hal itu menempatkan perusahaan di posisi 5 besar produsen batu bara Indonesia. Selain it, pertumbuhan juga diramal meningkat dari tahun ke tahun dengan target untuk proyek tersebut menjadi produksi 50 juta ton per tahun.
Bayan Group juga memiliki infrastruktur batu bara dengan kepemilikan di Terminal Batu Bara Balikpapan, Dermaga Perkasa dan Wahana dan dua Floating Transfer Barges (KFT).
Dengan fasilitas tersebut, perusahaan membongkar hingga memasukkan muatan ke kapal dengan kecepatan 3.000-8.000 ton per jam. Perusahaan itu juga mengatakan akan terus berinvestasi untuk memperluas fasilitas jika diperlukan.