Total Transaksi Pembayaran Pakai ATM Capai Rp 2.115,5 Trilin hingga Juni 2023

Bank Indonesia (BI) mencatat kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital tetap kuat didukung oleh sistem pembayaran yang aman, lancar, dan andal.

oleh Tira Santia diperbarui 25 Jul 2023, 18:40 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2023, 18:40 WIB
Ilustrasi Transaksi dengan Uang Digital
Bank Indonesia (BI) mencatat kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital tetap kuat didukung oleh sistem pembayaran yang aman, lancar, dan andal.

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) mencatat kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital tetap kuat didukung oleh sistem pembayaran yang aman, lancar, dan andal.

Berdasarkan catatan Bank Indonesia, nilai transaksi Uang Elektronik (UE) pada triwulan II 2023 meningkat 14,82 persen (yoy) sehingga mencapai Rp111,35 triliun.

"Sementara nilai transaksi digital banking tercatat Rp13.827 triliun atau tumbuh sebesar 11,6 persen (yoy)," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Selasa (25/7/2023).

Selain itu, nominal transaksi QRIS yang terus menunjukkan pertumbuhan sebesar 104,64 persen (yoy) sehingga mencapai Rp49,65 triliun, dengan jumlah pengguna 37,0 juta dan jumlah merchant 26,7 juta yang sebagian besar UMKM.

"Bank Indonesia terus mendorong akselerasi digitalisasi sistem pembayaran untuk inklusi ekonomi keuangan dan kerja sama antarnegara," ujarnya.

Transaksi Pakai ATM

Lebih lanjut, Bank Indonesia juga mencata nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit mencapai Rp2.115,57 triliun atau tumbuh sebesar 3,0 persen (yoy).

Dari sisi pengelolaan uang Rupiah, jumlah Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) pada triwulan II 2023 meningkat 8,74 persen (yoy) menjadi Rp992,2 triliun​.

Dia menegaskan, Bank Indonesia akan terus memastikan ketersediaan uang Rupiah dengan kualitas yang terjaga di seluruh wilayah NKRI.

"Antara lain dengan melanjutkan kerja sama kelembagaan dalam pengedaran uang Rupiah ke daerah 3T (Terluar, Terdepan, Terpencil) melalui kegiatan kas keliling, kas titipan, dan Ekspedisi Rupiah Berdaulat," pungkasnya.

Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan 5,75 persen di Juli 2023

Bank Indonesia (BI) resmi kembali mempertahankan suku bunga acuan, atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen
Bank Indonesia (BI) resmi kembali mempertahankan suku bunga acuan, atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen. Kebijakan itu diumumkan dalam sesi konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia Juli 2023, Selasa (25/7/2023).

Bank Indonesia (BI) resmi kembali mempertahankan suku bunga acuan, atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen. Kebijakan itu diumumkan dalam sesi konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia Juli 2023, Selasa (25/7/2023).

"Berdasarkan hasil assesment, Rapat dewan Gubernur Bank Indonesia pada tangga 24-25 Juli 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI Day Reverse Repo Rate sebesar 5,75 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

Selain suku bunga acuan BI, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Juli 2023 juga menahan suku bunga deposit facility di kisaran 5 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 6,5 persen.

Perry menjabarkan, putusan mempertahankan suku bunga acuan ini dibuat untuk menjaga tingkat inflasi nasional agar terkendali, seiring pergolakan ekonomi di tingkat global.

"Keputusan mempertahankan BI7DRRR ini konsisten dengan standar kebijakan moneter untuk memastikan inflasi inti tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3 plus minus 1 persen pada sisa tahun 2023, dan 2,5 plus minus 1 persen pada 2024," jelasnya.

 

Stabilitas Rupiah

nilai rupiah melemah terhadap dollar
Petugas menata mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup turun 0,22 persen atau 34 poin ke Rp15.616,5 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah penguatan indeks dolar AS 0,16 persen ke 104,41. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Lebih lanjut, Perry mengatakan fokus kebijakan diarahkan pada penguatan stabilisasi nilai Rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.

Sementara itu, kebijakan insentif likuiditas makroprudensial terus diperkuat untuk mendorong penyaluran kredit/pembiayaan dengan fokus hilirisasi, perumahan, pariwisata dan pembiayaan inklusif hijau.

Disisi lain, akselerasi digitalisasi sistem pembayaran terus didorong untuk perluasan inklusi ekonomi dan keuangan digital.

Adapun bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran Bank Indonesia tersebut terus diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya