Ekonomi Global Diramal IMF Bakal Tumbuh Segini di 2023

IMF menaikkan prediksi pertumbuhan ekonomi global 2023 menjadi 3 persen. Ini menandai kenaikan dari proyeksi 2,8 persen pada April 2023.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 26 Jul 2023, 12:00 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2023, 12:00 WIB
Ilustrasi gambaran perekonomian
Universitas Prasetya Mulya gelas sebuah diskusi untuk memicu pemulihan perekonomian Indonesia tahun 2021-2022 melalui RCEP. Foto ilustrasi : pexels.com/@n-voitkevich

Liputan6.com, Jakarta Dana Moneter Internasional menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global, berubah sedikit lebih positif meskipun China masih menghadapi momentum perlambatan.

Melansir CNBC International, Rabu (26/7/2023) IMF dalam laporan World Economic Outlook terbarunya menaikkan prediksi pertumbuhan ekonomi global 2023 sebesar 0,2 poin persentase menjadi 3 persen.

Ini menandai kenaikan dari proyeksi pertumbuhan 2,8 persen pada bulan April 2023. Sementara itu, IMF mempertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada 2024 mendatang sebesar 3 persen.

Dari sisi inflasi, badan tersebut juga memperkirakan perbaikan dari tahun lalu.

Inflasi utama global diproyeksikan mencapai 6,8 persen tahun ini, turun dari 8,7 persen pada 2022. Namun, laju inflasi inti, yang tidak termasuk barang-barang volatil, diprediksi akan lebih lambat menjadi 6 persen tahun ini, dari 6,5 persen tahun lalu.

"Ekonomi global terus pulih secara bertahap dari pandemi dan invasi Rusia ke Ukraina. Dalam waktu dekat, tanda-tanda kemajuan tidak dapat disangkal," kata Pierre-Olivier Gourinchas, kepala ekonom IMF, dalam sebuah postingan blog.

"Namun banyak tantangan yang masih membayangi cakrawala, dan masih terlalu dini untuk merayakannya," tambahnya.

IMF menyoroti kekhawatiran dengan kondisi kredit yang lebih ketat, tabungan rumah tangga yang terkuras di AS dan pemulihan ekonomi yang lebih dangkal dari perkiraan di China imbas lockdown Covid-19.

"Di Amerika Serikat, kelebihan tabungan dari transfer terkait pandemi, yang membantu rumah tangga mengatasi krisis biaya hidup dan kondisi kredit yang lebih ketat, semuanya habis. Di China, pemulihan setelah pembukaan kembali ekonominya menunjukkan tanda-tanda kehilangan tenaga di tengah berlanjutnya kekhawatiran tentang sektor properti, dengan implikasi terhadap ekonomi global," jelas Gourinchas.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


AS Diprediksi Tumbuh Hanya 1,8 Persen di 2023

Indeks harga konsumen Amerika Serikat
Pelanggan menelusuri kios makanan di dalam Grand Central Market di pusat kota Los Angeles, California, Jumat (11/3/2022). Laju inflasi Amerika Serikat (AS) pada Februari 2022 melonjak ke level tertinggi dalam 40 tahun. Ini didorong naiknya harga bensin, makanan dan perumahan. (Patrick T. FALLON/AFP)

IMF memprediksi Amerika Serikat, ekonomi terbesar di dunia, akan tumbuh 1,8 persen tahun ini dan 1 persen pada 2024 mendatang. Sementara China, diprediksi turun dari 5,2 persen tahun ini menjadi 4,5 persen untuk tahun 2024.

"Pelemahan berkelanjutan di sektor real estat (China) membebani investasi, permintaan asing tetap lemah, dan meningkatnya pengangguran kaum muda, sebesar 20,8 persen pada Mei 2023, menunjukkan kelemahan pasar tenaga kerja," kata IMF dalam laporannya.

IMF menambahkan bahwa "data frekuensi tinggi hingga Juni mengonfirmasi momentum pelunakan hingga kuartal kedua 2023."

Komentar tersebut muncul setelah pasar saham di China menguat pada hari Selasa menyusul pernyataan dari otoritas negara bahwa mereka sedang mempersiapkan lebih banyak stimulus.

Beijing dilaporkan sedang memproses langkah-langkah baru untuk memperluas permintaan domestik, menurut laporan kantor berita negara China.


Ekonomi Jerman Diprediksi Akan Melanjutkan Kontraksi

Kasus Covid-19 di Jerman
Orang-orang terlihat di luar Stasiun Kereta Pusat Berlin di Berlin, ibu kota Jerman, pada 6 Agustus 2020. Kasus COVID-19 di Jerman bertambah 1.045 dalam sehari sehingga total menjadi 213.067, seperti disampaikan Robert Koch Institute (RKI) pada Kamis (6/8). (Xinhua/Shan Yuqi)

Di antara ekonomi utama negara Eropa, Jerman menjadi satu-satunya di mana IMF memangkas ekspektasi pertumbuhannya untuk tahun ini.

IMF melihat ekonomi Jerman akan berkontraksi sebesar 0,3 persen tahun ini, yang merupakan pengurangan 0,2 poin persentase dari perkiraan bulan April.

Hal ini disebabkan output manufaktur yang lebih lemah dan kinerja pertumbuhan yang lebih rendah selama kuartal pertama tahun ini, jelas IMF.

Data yang dirilis pada hari Senin menunjukkan aktivitas bisnis menyusut lebih cepat dari yang diperkirakan pada bulan Juli di seluruh zona euro.

Di Jerman, data menunjukkan kontraksi ekonomi dengan tingkat produksi manufaktur turun selama tiga bulan berturut-turut dan pada laju tercepat sejak Mei 2020.

"Ini adalah awal yang buruk untuk kuartal ketiga bagi ekonomi Jerman, dengan laju PMI turun ke arah kontraksi. Penurunan terus dipimpin oleh sektor manufaktur, sedangkan perlambatan pertumbuhan sektor jasa yang dimulai bulan lalu telah diperpanjang hingga Juli," kata Cyrus de la Rubia, kepala ekonom di Bank Komersial Hamburg, tentang rilis data tersebut.

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik
Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya