Liputan6.com, Jakarta Malaysia mencatat pertumbuhan ekonomi terendah dalam hampir dua tahun pada kuartal kedua 2023, didorong oleh merosotnya ekspor dan perlambatan global.
Melansir Channel News Asia, Jumat (18/8/2023) pertumbuhan ekonomi Malaysia di kuartal kedua tercatat sebesar 2,9 persen, menurut data bank sentral negara itu, menandai laju paling lambat sejak kuartal ketiga 2021 ketika tumbuh sebesar 4,2 persen.
Baca Juga
Data ekonomi Malaysia kali ini juga lebih rendah dari pertumbuhan 5,6 persen pada kuartal pertama 2023.
Advertisement
Bank Negara Malaysia mengatakan bahwa ekspansi ekonomi setahun penuh akan berada bawah kisaran 4 persen hingga 5 persen yang telah diperkirakan sebelumnya, meskipun beberapa ekonom memperkirakan target tersebut akan sulit dicapai karena permintaan domestik juga melambat.
"Permintaan eksternal yang lemah diperkirakan akan membebani pertumbuhan jangka pendek. Perekonomian menghadapi risiko penurunan yang berasal dari pertumbuhan global yang lebih lemah dari perkiraan, dan siklus penurunan teknologi yang lebih dalam atau lebih lama dari perkiraan," kata Gubernur Bank Negara Malaysia, Abdul Rasheed Ghaffour dalam sebuah konferensi pers.
Meskipun dia tidak memperkirakan resesi, Abdul Rasheed mengingatkan pertumbuhan ekonomi global akan berada di bawah rata-rata dalam jangka panjang.
Malaysia, salah satu pengekspor minyak kelapa sawit dan gas alam cair terbesar di dunia, juga dapat terpukul pada produksi komoditas karena El Nino dan pemeliharaan tanaman yang berkepanjangan, kata Abdul Rasheed.
Maka dari itu, meningkatkan kedatangan wisatawan dan implementasi proyek domestik yang lebih cepat di Malaysia dapat memberikan beberapa keuntungan, tambahnya.
Ekspor Malaysia Ikut Menurun
Data lain juga menunjukkan ekspor Malaysia pada bulan Juli merosot 13,1 persen dari tahun sebelumnya, lebih buruk dari perkiraan ekonom untuk penurunan 11,3 persen. Impor juga turun lebih dari yang diharapkan.
Mohd Afzanizam Abdul Rashid dari Bank Muamalat Malaysia mengatakan data ekonomi dan perdagangan menunjukkan betapa rentannya ekonomi negara itu terhadap perlambatan global.
Konsumen Malaysia juga cenderung berhati-hati dalam pengeluaran mereka ke depan, yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi lebih lambat di paruh kedua, katanya.
"Dalam hal itu, risiko pertumbuhan PDB di bawah 4 persen hingga 5 persen proyeksi pertumbuhan cukup tinggi," kata Mohd Afzanizam.
Adapun Alex Holmes, ekonom senior di Oxford Economics, yang mengatakan bahwa perkiraan pertumbuhan pemerintah sebesar 4-5 persen tampaknya tidak mungkin tercapai.
"Permintaan domestik akan berjuang untuk momentum, karena ekspor yang lemah mengalir ke pendapatan bisnis dan membebani pertumbuhan investasi, perekrutan dan upah," jelas Holmes.
Advertisement
Ringgit Malaysia Kehilangan Momentum
Malaysia juga menghadapi beberapa tekanan arus keluar dari ringgi. BNM mengatakan akan melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menstabilkan ringgit, yang telah turun lebih dari 5 persen terhadap dolar AS tahun ini.
Mata uang Malaysia itu naik hanya 0,2 persen pada hari Jumat.
Bank sentral Malaysia bulan lalu mempertahankan suku bunga acuan tidak berubah karena moderasi pertumbuhan dan meredanya inflasi, dengan ekonom mengatakan kemungkinan akan tetap ditahan untuk sisa tahun ini.