Neraca Pembayaran Indonesia Defisit Rp 113,3 Triliun pada Juni 2023

Bank Indonesia mencatat kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2023 tetap terjaga di tengah kondisi ketidakpastian global.

oleh Tira Santia diperbarui 22 Agu 2023, 11:14 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2023, 11:14 WIB
Proyeksi Ekonomi Indonesia 2022
Bank Indonesia mencatat kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2023 tetap terjaga di tengah kondisi ketidakpastian global.. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia mencatat kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2023 tetap terjaga di tengah kondisi ketidakpastian global.

Direktur Eksekutif Bank Indonesia Erwin Haryono, menjelaskan defisit transaksi berjalan tercatat rendah di tengah kondisi penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi global serta kenaikan permintaan domestik.

Sementara itu, transaksi modal dan finansial mencatat defisit yang masih terkendali seiring dampak tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

"Dengan perkembangan tersebut, NPI pada triwulan II 2023 mencatat defisit USD 7,4 miliar dan posisi cadangan devisa pada akhir Juni tercatat tetap tinggi sebesar USD 137,5 miliar, atau setara dengan pembiayaan 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," kata Erwin dalam keterangan resmi BI, Selasa (22/8/2023).

Drfisit NPI ini setara dengan USD 113,3 triliun (kurs 15.324 / dolar AS)

Defisit Rendah

Adapun BI mencatat transaksi berjalan mengalami defisit rendah di tengah kondisi penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi global serta berlanjutnya perbaikan ekonomi domestik. 

Pada triwulan II 2023, transaksi berjalan mencatat defisit USD 1,9 miliar (0,5 persen dari PDB), setelah membukukan surplus USD 3,0 miliar (0,9 persen dari PDB) pada triwulan sebelumnya.

Surplus neraca perdagangan nonmigas masih tinggi meski lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Kondisi ini dipengaruhi ekspor nonmigas yang menurun sejalan dengan penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi global, sedangkan impor menurun terbatas di tengah kondisi membaiknya aktivitas ekonomi domestik.

Defisit neraca perdagangan migas meningkat dipengaruhi tingginya konsumsi BBM sebagai dampak naiknya mobilitas dan kebutuhan pada periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).

 

Neraca Jasa

Neraca Perdagangan RI
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Lebih lanjut, defisit neraca jasa dan neraca pendapatan primer juga lebih tinggi sejalan dengan peningkatan ekonomi domestik dan pola pembayaran dividen pada periode laporan.

Disisi lain, kinerja transaksi modal dan finansial tetap terkendali, ditopang oleh investasi langsung di tengah kondisi ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.

"Investasi langsung tetap solid sehingga tetap mampu membukukan surplus sebagai cerminan dari tetap terjaganya persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi domestik," ujarnya.

Sementara itu, investasi portofolio dan investasi lainnya mencatat defisit sejalan dampak kenaikan ketidakpastian pasar keuangan global, serta peningkatan pembayaran global bonds dan pinjaman luar negeri yang jatuh tempo sesuai pola kuartalan.

"Dengan perkembangan tersebut, transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2023 mencatat defisit USD 5,0 miliar (1,4 persen dari PDB), setelah pada triwulan sebelumnya mencatat surplus USD 3,7 miliar (1,1 persen dari PDB)," jelasnya.

 

Topang Ketahanan Ekonomi

FOTO: Ekspor Impor Indonesia Merosot Akibat Pandemi COVID-19
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan impor barang dan jasa kontraksi -16,96 persen merosot dari kuartal II/2019 yang terkontraksi -6,84 persen yoy. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Dengan demikian, Bank Indonesia menilai kinerja NPI triwulan II 2023 yang terjaga mampu terus menopang ketahanan eksternal Indonesia. 

"Ke depan, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat respons bauran kebijakan yang didukung sinergi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya