Liputan6.com, Jakarta - Kedatangan Cristiano Ronaldo ke klub sepak bola Arab Saudi pada Januari 2023 sebagai awal proyek ambisius Arab Saudi. Negara tersebut ingin menjadi pusat sepak bola internasional dengan proyek ambisius itu, salah satunya melalui liga Arab Saudi.
Cristiano Ronaldo mendapatkan kontrak berdurasi 2,5 tahun dengan nilai lebih dari USD 400 juta atau sekitar Rp 6,09 triliun (asumsi kurs 15.248 per dolar Amerika Serikat).
Hal ini membuka pintu bagi bursa transfer musim panas yang mencengangkan karena liga Saudi merekrut beberapa nama besar dalam olah raga ini. Karim Benzema adalah pemain besar berikutnya pada Juni ketika ia pindah dari Real Madrid ke Al Ittihad yang berbasis di Jeddah. Demikian mengutip dari laman BBC, Selasa (29/8/2023).
Advertisement
Sejak itu, sejumlah nama terkemuka termasuk Sadio Mane, Riyad Mahrez, Jordan Henderson, N’Golo Kante telah pindah dari liga Eropa ke liga Arab Saudi.
Selama musim panas, Liga Arab Saudi menghabiskan lebih banyak USD 850 juta atau sekitar Rp 12,96 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.247) untuk biaya transfer guna memperoleh pemain asing.
Dengan kucuran dana itu menjadikan liga Arab Saudi menjadi pembelanja tertinggi kedua setelah liga Inggris. Kucuran dana itu belum termasuk gaji menggiurkan yang ditawarkan untuk memikat pemain-pemain yang sebagian besar berasal dari liga top Eropa.
Menurut Chief Financial Officer liga Arab Carlo Nohra, hal ini bukan hanya terjadi sekali saja. Pemerintah Arab Saudi telah memberikan komitmen untuk mendukung liga itu secara finansial hingga mencapai tujuannya menjadi salah satu liga terbaik di dunia dalam hal pendapatan dan kualitas. Liga Arab Saudi bertujuan bersaing dengan liga Inggris dan La Liga.
Soft Power
Nohra menuturkan, pihaknya akan terus menghabiskan banyak uang untuk menarik pemain asing sampai liga mencapai tujuannya. Akan tetapi, pada saat yang sama juga berupaya untuk membuka nilai komersial yang ditawarkan.
“Meskipun kami berkomitmen untuk mendapatkan dukungan selama jangka waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan kami. Penting bagi kami untuk menjadikan diri kami layak secara komersial sehingga kami bertanggung jawab atas pertumbuhan keuangan kami sendiri dan tidak sepenuhnya bergantung pada modal pemerintah,” ujar dia kepada BBC.
Soft Power
Eksportir minyak terbesar di dunia ini telah investasikan miliaran dolar Amerika Serikat dalam olah raga termasuk membenahi liga Arab Saudi, Formual Satu dan LIV Golf. Beberapa kritikus menggambarkannya sebagai “sportwashing” untuk mengalihkan perhatian orang dari catatan buruk hak asasi manusia.
Namun, beberapa ahli percaya pengelolaan citra dan reputasi bukan satu-satunya alasan dibalik strategi Arab Saudi.
Menurut Professor dari Sport and Geopolitical Economy di Skema Business School, Simo Chadwick menuturkan, negara-negara di dunia memakai olah raga dan hiburan sebagai alat kebijakan untuk proyeksikan soft power.
“Ini adalah salah satu elemen dari kebijakan yang saat ini diterapkan oleh Arab Saudi. Kita berbicara tentang persaingan antarnegara untuk memenangkan hati dan pikiran masyarakat secara global,” kata dia.
Advertisement
Tujuan Utama
Chadwick menuturkan, Inggris, Amerika Serikat, Prancis, India dan banyak negara lain telah menerapkan hal ini. “Sekarang Saudi juga melakukan hal yang sama,” kata dia.
Tujuan utama kedua dibalik belanja besar-besaran Arab Saudi adalah hal ini merupakan bagian dari dorongan yang lebih luas untuk mengubah perekonomian sebelum pendapatan minyak mulai menyusut.
Saat ini mereka sumbang lebih dari 40 persen produk domestik bruto (PDB) Arab Saudi.
Olah raga adalah salah satu pilar utama proyek visi 2030 pemerintah yang dimotori oleh penguasa de facto Kerajaan, Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Program diversifikasi ekonomi difokuskan pada pengurangan ketergantungan negara pada pendapatan bahan bakar fosil dengan membangun industri baru dan menciptakan lapangan kerja.
“Salah satu tujuannya adalah untuk memberikan hiburan bagi penduduk Arab Saudi sebagai bagian dari visi 2030 dan pada saat yang sama juga mengembangkan bakat dari domestik yang akan meningkatkan level liga Arab Saudi dalam jangka panjang,” ujar Nohra.
Arab Saudi adalah negara pecinta sepak bola dengan 80 persen penduduknya bermain, menonton, dan mengikuti olah raga tersebut. Mengutip BBC, masih terlalu dini untuk menilai apakah investasi berani ini akan membuahkan hasil, tetapi strategi ini telah menunjukkan keinginan kuat negara teluk untuk menjadi kekuatan sepak bola.