Liputan6.com, Jakarta - Utusan Khusus Presiden dalam Global Blended Finance Alliance (GBFA), Mari Elka Pangestu, menilai upaya pengentasan polusi udara membutuhkan persiapan matang dan waktu tidak sedikit.
Mari lantas menyoroti perkataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan yang menyebut butuh waktu 1 tahun atasi masalah polusi udara. Mari memaknai waktu tersebut sebagai persiapan saja.
Baca Juga
"Saya rasa maksud pak Luhut adalah 1 tahun untuk mengeluarkan sesuatu rencana yang komprehensif untuk kita mengatasi masalah polusi. Bukan dalam 1 tahun kita bisa menyelesaikan masalah polusi," ujar Mari di Indonesia Sustainibility Forum (ISF) 2023 di Park Hyatt Jakarta, Jumat (8/9/2023).
Advertisement
Waktu setahun disebutnya tak cukup lantaran banyak komponen yang harus dipertimbangkan. Terutama penyebab utama polusi udara, apakah dari pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU batu bara, atau malah transportasi.
Sehingga, ia menilai upaya pengentasan polusi harus dipersiapkan program jangka pendek, menengah hingga panjang.
Â
"Dan, action ya yang dimonitor. Jangan hanya oke sekarang lagi heboh karena banyak orang sakit, terus saat udara membaik orang lupa," imbuhnya.
"Waktu 1 tahun untuk menyusun dan memulai, yes. Tapi untuk menyelesaikan tentu tidak. Yang penting itu memulai dengan sesuatu yang terencana dan berdasarkan data dan evidence, apa penyebab utamanya," tegas Mari.
Â
Lakukan Kajian
Sebelumnya, Menko Luhut mengatakan bahwa pemerintah terus berupaya melakukan penanganan polusi udara. Adapun dalam penanganannya tersebut akan memakan waktu yang tidak sedikit. Luhut menyatakan bahwa penanganan polusi ini akan selesai dalam waktu 1 tahun.
"Kami semua kerjakan sekarang begitu terintegrasi dan imbauan. Kita tak perlu saling salahkan, karena ini nggak akan selesai sebulan dua bulan, it is take 3 months, atau bahkan 1 tahun baru bisa diselesaikan," kata Luhut di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta beberala waktu lalu.
Luhut menjelaskan penanganan apa saja yang tengah pemerintah lakukan, diantaranya yakni melakukan kajian program Kemitraan Indonesia Australia untuk Perekonomian (Prospera). Kajian tersebut berguna untuk melakukan apa yang yang menjadi penting dilakukan untuk penanganan polusi udara.
Kemudian mempercepat proses kendaraan listrik untuk dapat digunakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Pasalnya kata Luhut penyebab terbesar polusi udara yakni sektor transportasi. Kemudian melakukan uji emisi pada kendaraan yang emisi karbonnya tinggi.
"Sekarang kita sudah tahu, kendaraan itu transportasi itu penyebab yang parah. Kiita percepat proses EV dan kemudian anda lihat ada pengecekan karbon emisi daripada mobil motor sudah mulai dilakukan," katanya.
Â
Advertisement
Water Mist Generator
Kemudian, pemerintah akan memproduksi water mist generator untuk dipasang di gedung-gedung untuk menyeprotka air wilayah yang memiliki polusi tinggi. Ini berguna menekan polusi udara. Meski begitu Luhut mengatakan bahwa hal tersebut membutuhkan waktu yang lama.
Selanjutnya yakni pemerintah akan lebih dulu mengidentifikasi PLTU pada sektor Industri. Bahkan ia akan menutupnya. Kemudian akan digantikan oleh PLN untuk mengaliri listrik dengan diberikan harga murah.
"Tentu kita kasih insentif ke mereka ini lagi dibicarain, tentu PLN mungkin dapat penugasan, daripada rugi dia ngga dipakai jadi dipakai ini dulu," pungkas Luhut.