PMI Manufaktur Indonesia Ekspansi 27 Bulan Berturut-turut, Kalahkan China hingga AS

Menurut data PMI Manufaktur Indonesia, ekspansi sektor manufaktur di tanah air bertahan hingga triwulan IV 2023. Kenaikan produksi didukung oleh kenaikan permintaan baru dan kenaikan jumlah tenaga kerja.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 02 Des 2023, 16:29 WIB
Diterbitkan 02 Des 2023, 12:15 WIB
Menperin Raker dengan Komisi VII DPR Bahas Realisasi Anggaran Triwulan III TA 2022
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan, realisasi angka PMI Manufaktur Indonesia di November 2023 ini menunjukkan bahwa aktivitas industri manufaktur di tanah air semakin bergeliat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - S&P Global merilis data bahwa Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada November 2023 menguat ke level 51,7. Jika dibandingkan dengan posisi Oktober 2023 yang berada di posisi 51,5, maka PMI Manufaktur Indonesia ini meningkat 0,2 poin.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan, realisasi angka PMI Manufaktur Indonesia di November 2023 ini menunjukkan bahwa aktivitas industri manufaktur di tanah air semakin bergeliat meskipun di tengah kondisi tekanan ekonomi global yang belum stabil.

Menurut data PMI, ekspansi sektor manufaktur Indonesia bertahan hingga triwulan IV 2023. Kenaikan produksi didukung oleh kenaikan permintaan baru dan kenaikan jumlah tenaga kerja. Pemenuhan permintaan baru meningkatkan aktivitas pembelian oleh perusahaan manufaktur.

Disebutkan pula, perusahaan secara umum optimis bahwa output pada 12 bulan mendatang akan naik, di tengah harapan terhadap kondisi pasar yang menguat dan harga yang lebih stabil.

“Kinerja sektor industri manufaktur nasional menjelang akhir tahun 2023 ini masih berada di fase ekspansi, meski mendapat tekanan dari kondisi ekonomi global. Artinya juga bahwa capaian positif (PMI Manufaktur Indonesia) ini bertahan hingga 27 bulan berturut-turut,” kata Agus dalam keterangan tertulis, Sabtu (2/12/2023).

PMI manufaktur Indonesia mulai membaik pada November 2023 karena adanya peningkatan produksi yang lebih cepat dibanding dua bulan sebelumnya. Kenaikan jumlah produksi juga turut menambah penyerapan tenaga kerja. Terlebih, didukung dengan aktivitas industri untuk persiapan akhir tahun yang meliputi Natal dan Tahun Baru.

“Hal ini juga menandakan bahwa tingkat kepercayaan diri dari para pelaku industri kita masih tinggi,” ungkapnya.

 

Permintaan dan Ekspansi

Industri Komponen Otomotif Bersiap Tingkatkan Penetrasi 4W
Suasana produksi komponen otomotif di pabrik PT Dharma Polimetal, kawasan Delta Silicon, Cikarang, Jawa Barat. Perusahaan manufaktur Triputra Group menargetkan penjualan hingga 38.81 % atau senilai Rp 3,08 triliun pada 2021 khususnya segmen kendaraan roda empat (4W). (Liputan6.com/HO/Dharma)

Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence Jingyi Pan menyebut, data PMI November 2023 menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia terus berekspansi.

“Pesanan baru yang akan datang untuk barang produksi Indonesia kembali naik pada November 2023. Hal ini didukung oleh perbaikan kondisi permintaan dan ekspansi basis pelanggan,” jelasnya.

Pan menilai sangat penting untuk mengamati tanda-tanda perlambatan, meski perusahaan manufaktur tampaknya optimistis bahwa kondisi akan membaik pada bulan-bulan mendatang.

Namun, kabar baiknya, pertumbuhan output mengalami percepatan dengan sebagian ditopang oleh perbaikan pada jumlah tenaga kerja.

“Sementara tekanan harga semakin intensif, tingkat inflasi biaya input dan harga output masih belum melampaui rata-rata masing-masing,” ujarnya.

Di Atas ASEAN

PPnBM Diperpanjang, Industri Otomotif akan Membaik
Pekerja memeriksa kualitas komponen otomotif di pabrik PT Dharma Polimetal (Dharma Group), kawasan Delta Silicon, Cikarang. Perusahaan manufaktur komponen otomotif optimistis perpanjangan PPnBM dan tren penjualan kendaraan roda empat (4 wheeler/4W) yang mulai positif. (Liputan6.com/HO/Dharma)

PMI manufaktur Indonesia pada November 2023 mampu melampaui PMI manufaktur ASEAN (50,0), serta negara-negara ASEAN seperti Thailand (47,6), Malaysia (47,9), Vietnam (47,3), dan Myanmar (48,1).

Selain itu, juga lebih tinggi dibanding PMI China (50,7), Zona Eropa (43,8), Jerman (42,3), Jepang (48,3), Belanda (44,9), Korea Selatan (50,0), Taiwan (48,3), Inggris (46,7), dan Amerika Serikat (49,4).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya