Liputan6.com, Jakarta Utang pemerintah Amerika Serikat untuk pertama kalinya mencapai USD 34 triliun.
Kenaikan itu terjadi hanya beberapa pekan sebelum tenggat waktu bagi Kongres untuk menyetujui rencana pendanaan federal yang baru.
Melansir CNN Business, Kamis (4/1/2023) data yang diterbitkan oleh Departemen Keuangan AS menunjukkan bahwa total utang AS yang belum dibayar meningkat menjadi USD 34,001 triliun pada 29 Desember 2023.
Angka tersebut, yang juga dikenal sebagai utang nasional, adalah jumlah total utang pemerintah federal AS yang terakumulasi sepanjang sejarah negara tersebut.
Advertisement
Pencapaian ini terjadi hanya tiga bulan setelah utang nasional AS melampaui USD 33 triliun, karena defisit anggaran – selisih antara pengeluaran pemerintah dan penerimaan pajak membengkak.
Maya MacGuineas, presiden Komite Anggaran Federal yang Bertanggung Jawab menyebut jumlah utang terbaru sebagai "pencapaian yang benar-benar menyedihkan".
"Meskipun tingkat utang kita berbahaya bagi perekonomian dan keamanan nasional, Amerika tidak bisa berhenti meminjam,” ujar MacGuineas dalam sebuah pernyataan.
Yang juga menjadi perhatian adalah meningkatnya utang pada saat perekonomian AS relatif kuat dan angka pengangguran rendah, yang dianggap sebagai saat yang tepat untuk mengendalikan defisit pemerintah.
Menjadi Perselisihan
Selain itu, utang negara juga telah menjadi titik perselisihan utama antara Partai Republik dan Demokrat AS, hal ini mempersulit keputusan anggaran federal yang mengancam akan menutup pemerintahan secara berkala.
Utang kedua belah pihak telah melonjak dalam beberapa tahun terakhir.
Partai Republik menilai program belanja federal yang diusulkan pemerintahan Biden terlalu mahal, dan Partai Demokrat mengatakan pemotongan pajak yang didukung Partai Republik pada tahun 2017 telah menekan pendapatan.
Paket bantuan federal Covid-19 yang mahal, yang disahkan pada masa pemerintahan Trump dan Biden, juga berkontribusi pada peningkatan utang.
Penjelasan Gedung Putih
Sementara itu, juru bicara Gedung Putih Michael Kikukawa mengatakan kenaikan utang tersebut didorong oleh pemberian berulang kali dari Partai Republik yang ditujukan kepada perusahaan-perusahaan besar dan orang-orang kaya, yang menyebabkan pemotongan Jaminan Sosial, layanan kesehatan, yang merugikan masyarakat Amerika.
Kikukawa mengatakan Presiden Joe Biden berencana untuk mengurangi defisit sebesar USD 2,5 triliun dengan “meminta perusahaan-perusahaan kaya dan besar membayar bagian mereka secara adil dan memotong pengeluaran yang boros untuk kepentingan-kepentingan khusus,” termasuk perusahaan-perusahaan farmasi dan minyak besar.
Advertisement
Kenaikan Utang AS Terjadi di Tengah Tingginya Suku Bunga
Menurut Departemen Keuangan, jumlah utang yang diperhitungkan dalam plafon utang – yang membatasi jumlah pinjaman yang diperbolehkan pemerintah dan juga sering menjadi sumber bahaya politik – meningkat menjadi USD 33,89 triliun.
Meningkatnya beban utang pemerintah di Amerika Serikat dan negara-negara lain telah menjadi semakin memprihatinkan karena kenaikan suku bunga yang pesat baru-baru ini, yang menjadikan pembayaran utang tersebut jauh lebih mahal.
Biaya bunga bersih melonjak 39 persen pada tahun fiskal 2023, yang berakhir pada 30 September, dibandingkan tahun sebelumnya, menurut Departemen Keuangan AS. Dan jumlahnya hampir dua kali lipat dibandingkan pada tahun fiskal 2020.
Departemen Keuangan AS Masih akan Ambil Pinjaman Tambahan
Menurut Peter G. Peterson Foundation, sebuah kelompok bipartisan Amerika yang mengadvokasi tanggung jawab fiskal, pemerintah AS menghabiskan USD 2 miliar per hari hanya untuk pembayaran bunga utang.
Departemen Keuangan AS pun memperkirakan akan mengambil tambahan pinjaman hampir USD 1 triliun pada akhir Maret 2024.
"Utang Amerika yang tinggi dan terus bertambah penting karena mengancam masa depan perekonomian kita," kata yayasan tersebut.
Advertisement