Energi Ramah Lingkungan Penyumbang Ekonomi Terbesar China

Investasi di sektor energi ramah lingkungan menyumbang 40 persen terhadap peningkatan PDB China di 2023. Investasi tersebut untuk tenaga surya, kendaraan listrik (EV), efisiensi energi, kereta api, penyimpanan energi, jaringan listrik, angin, nuklir, dan tenaga air.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 26 Jan 2024, 18:00 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2024, 18:00 WIB
China Longgarkan Pembatasan Covid-19, Aktivitas Bisnis Kembali Dibuka
Warga yang memakai masker melintasi persimpangan di Beijing, China. CREA mengungkapkan investasi di sektor energi ramah lingkungan menyumbang 40 persen terhadap peningkatan produk domestik bruto (PDB) China tahun lalu. (AP Photo/Ng Han Guan)

Liputan6.com, Jakarta - Sektor energi ramah lingkungan menjadi pendorong terbesar pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2023.

Hal itu diungkapkan dalam laporan terbaru oleh para peneliti di Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA), yang berbasis di Finlandia.

Dikutip dari Channel News Asia, Jumat (26/1/2024) CREA mengungkapkan investasi di sektor energi ramah lingkungan menyumbang 40 persen terhadap peningkatan produk domestik bruto (PDB) China tahun lalu.

"Dengan pertumbuhan investasi China yang hanya sebesar 1,5 triliun yuan (USD 211 miliar) pada tahun 2023, analisis menunjukkan bahwa energi ramah lingkungan menyumbang seluruh pertumbuhan tersebut, sementara investasi di sektor-sektor seperti real estat menyusut," kata para peneliti CREA.

Dalam studinya, peneliti di CREA menelusuri investasi China pada tenaga surya, kendaraan listrik (EV), efisiensi energi, kereta api, penyimpanan energi, jaringan listrik, angin, nuklir, dan tenaga air.

Sektor-sektor ini menerima investasi sebesar USD 890 miliar, hampir sama dengan total investasi global pada bahan bakar fosil 2023 lalu.

"Tanpa pertumbuhan dari sektor energi ramah lingkungan, PDB China akan meleset dari target pertumbuhan pemerintah yaitu ‘sekitar 5 persen’, dan hanya meningkat sebesar 3 persen, bukan 5,2 persen," demikian temuan para peneliti CREA.

"Ketergantungan China pada sektor teknologi bersih untuk mendorong pertumbuhan dan mencapai target ekonomi utama meningkatkan kepentingan ekonomi dan politik mereka,” jelasnya, seraya menambahkan bahwa “Hal ini juga dapat mendukung percepatan transisi energi".

Risiko Kelebihan Kapasitas

Serunya Keliling Kota Shenzhen dengan Bus Wisata
Seorang jurnalis mengambil foto di dalam sebuah bus wisata di Shenzhen, Provinsi Guangdong, China (22/10/2020). Shenzhen pada Kamis (22/10) meluncurkan tiga jalur bus wisata bagi wisatawan, yang masing-masing menampilkan budaya, teknologi, dan pemandangan malam kota tersebut. (Xinhua/Mao Siqian)

Namun peneliti di CREA juga memperingatkan bahwa China akan segera memiliki kelebihan kapasitas di sektor ini, dan bahwa "ada batasan berapa banyak tenaga surya, baterai, dan teknologi ramah lingkungan lainnya yang dapat diserap".

"Untuk terus mendorong pertumbuhan investasi, manufaktur teknologi ramah lingkungan tidak hanya perlu menyerap modal sebanyak yang terjadi pada tahun 2023, namun juga terus meningkatkan investasi dari tahun ke tahun," kata mereka.

Anak Muda di China Diramal Banyak yang Menganggur

Polusi berat melanda ibu kota China
Seorang pria yang memakai masker melintasi jalan layang pada hari yang berkabut dan tercemar di Beijing, Sabtu (6/11/2021). Jalan raya dan taman bermain sekolah di Beijing ditutup pada Jumat (5/11) karena polusi kabut asap yang tebal, setelah China meningkatkan produksi batu bara. (JADE GAO/AFP)

Angka pengangguran di antara anak muda di China diperkirakan akan tetap tinggi di 2024 ini karena ketidaksesuaian yang masih ada. Hal itu diungkapkan Economist Intelligence Unit dalam laporan prospek China 2024.

Meskipun pengangguran di kalangan generasi muda China akan berkurang mulai tahun depan, EIU melihat, dampak dari tingginya pengangguran kaum muda akan berlangsung lama.

"Meskipun terjadi peningkatan di pasar tenaga kerja China secara keseluruhan, peningkatan terbesar terkonsentrasi pada kelompok paruh baya dan pekerja migran," kata analis EIU, dikutip dari CNBC International, Kamis (25/1/2024).

"Sebaliknya, pemulihan pasca-COVID-19 tidak mengurangi kendurnya pasar tenaga kerja muda. Lonjakan lulusan baru belum diimbangi dengan peningkatan kesempatan kerja baru yang sepadan. Pegawai baru masih ditawari upah yang lebih rendah di tengah kelebihan pasokan tenaga kerja," EIU menambahkan, seraya mengatakan bahwa otomatisasi menimbulkan ancaman lebih lanjut terhadap jumlah pekerjaan di China.

Tidak termasuk pelajar, tingkat pengangguran generasi muda berusia 16 hingga 24 tahun di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini mencapai 14,9 persen pada Desember 2023, menurut data bulanan dari Biro Statistik Nasional China yang dirilis Rabu lalu.

Angka ini sebanding dengan tingkat pengangguran perkotaan di China yang mencapai 5,1 persen pada bulan yang sama.

Tingkat pengangguran pada anak muda di China telah naik ke rekor tertinggi melebihi 20 persen sebelum Biro Statistik Nasional negara tersebut untuk sementara menghentikan rilis tingkat pengangguran musim panas lalu, dengan alasan perlunya menilai kembali metode penghitungan.

Namun EIU menekankan, tingginya angka pengangguran dapat mendorong pelemahan pendapatan seumur hidup dan daya beli hingga tertundanya pernikahan dan angka kelahiran.

Populasi China sendiri telah menyusut lebih dari 2 juta orang menjadi 1,41 miliar pada tahun 2023 dibandingkan tahun sebelumnya. Populasi China telah menurun sebanyak 850.000 orang pada tahun 2022 dari tahun 2021.

Dampak dari Ekonomi hingga Krisis Real Estat

Istana Kota Terlarang di China Berselimut Salju
Kerumunan orang dengan sepatu bot dan jaket mendaki bukit yang menghadap ke Kota Terlarang minggu ini untuk berdesak-desakan dengan orang lain yang mencoba mendapatkan gambar atap bekas istana kekaisaran yang tertutup salju. (AP Photo/Ng Han Guan)

Perekonomian China tumbuh sebesar 5,2 persen tahun lalu, terhambat oleh upaya Beijing mengurangi utang pada sektor real estate yang dulunya membengkak.

Permasalahan real estate di Tiongkok berkaitan erat dengan keuangan pemerintah daerah, karena secara historis bergantung pada penjualan tanah kepada pengembang untuk sebagian besar pendapatan.

Hal ini telah meningkatkan risiko keuangan dan mengguncang kepercayaan konsumen, karena harga konsumen berada di ambang deflasi.

"Sebagian besar lapangan kerja yang diciptakan adalah lapangan kerja berketerampilan rendah atau menengah yang tidak begitu menarik bagi lulusan universitas, banyak dari mereka kini memiliki gelar yang lebih tinggi menyusul perluasan pendaftaran pascasarjana selama pandemi," tambah EIU.

"Akibatnya, Tiongkok kesulitan menyerap tenaga kerja yang meninggalkan bimbingan belajar dan properti, dua sektor yang terpukul oleh tindakan keras pemerintah," sebutnya.

Bank Sentral China Melonggarkan Kebijakan demi Ekonomi Melesat

20150813-Mata Uang Yuan-Jakarta
Petugas menghitung uang pecahan 100 Yuan, Jakarta, Kamis (13/8/2015). Biang kerok keterpurukan kurs rupiah dan sejumlah mata uang negara lain adalah kebijakan China yang sengaja melemahkan (devaluasi) mata uang Yuan. (Liputan6.com/Johan Tallo)

China berjanji mengurangi jumlah likuiditas yang harus dimiliki bank sebagai cadangan awal bulan depan. Hal ini sebagai upaya mengatasi ekonomi yang sulit.

Dikutip dari CNBC, Rabu (24/1/2024), syarat rasio cadangan bank akan dipangkas 50 basis poin mulai 5 Februari. Gubernur People Bank of China (PBOC) atau Bank Sentral China Pan Gongsheng menuturkan, hal itu akan sediakan 1 triliun yuan atau USD 139,8 miliar modal jangka panjang.

 Ini merupakan pengurangan pertama untuk cadangan wajib minimum pada 2024, setelah dua kali pemotongan pada tahun lalu. PBOC juga mengatakan ada ruang untuk pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut.

Mengurangi persyaratan cadangan yang harus dipertahankan oleh bank akan meningkatkan kapasitas pemberi pinjaman untuk memberikan pinjaman dan memacu pengeluaran untuk ekonomi yang lebih luas.

Data yang dirilis pekan lalu menunjukkan ekonomi terbesar kedua di dunia ini tumbuh 5,2 persen pada 2023, sejalan dengan proyeksi resmi. Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal IV juga mencapai 5,2 persen, tetapi sedikit di bawah harapan median ekonom. Pemulihan ekonomi setelah COVID-19 berjalan lamban, dan pemimpin tertinggi China memperingatkan pemulihan akan berliku-liku.

Beijing sedang berupaya untuk meningkatkan pertumbuhan dengan cara yang tepat sasaran, sembari merancang pengurangan utang pada sektor real estate yang membengkak. Beberapa pengembang terbesarnya menghadapi masalah utang yang serius. Hal ini telah meningkatkan risiko keuangan dan mengguncang kepercayaan konsumen.

China berjanji pada Senin, 22 Januari 2024 untuk memperkuat stabilitas pasar di tengah kemerosotan pasar saham.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya