Liputan6.com, Jakarta Dalam era di mana perubahan iklim dan degradasi lingkungan semakin menjadi ancaman global, upaya kolektif untuk mengatasi masalah sampah dan memelihara kelestarian lingkungan menjadi semakin mendesak.
Di tengah tantangan tersebut, BRI melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) terus melakukan berbagai inisiatif dalam mengatasi persoalan sampah di Indonesia. Salah satu inisiatif itu adalah program BRI Peduli ‘Yok Kita Gas’ yang telah dijalankan sejak 2021 lalu.
Baca Juga
Wakil Direktur Utama BRI, Catur Budi Harto mengungkapkan bahwa BRI Peduli Yok Kita Gas secara nyata telah memberikan dampak bagi masyarakat di berbagai wilayah baik dari sisi sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Advertisement
"Hal ini sejalan dengan komitmen BRI mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yang tersirat pada Pilar Pembangunan Sosial, Pilar Pembangunan Ekonomi dan Pilar Pembangunan Lingkungan," ungkapnya.
Sebagai informasi, program BRI Peduli ‘Yok Kita Gas’ telah dilaksanakan di 41 lokasi di Indonesia yang terdiri dari 5 lokasi di Pasar Tradisional dan 36 lokasi di lingkungan masyarakat.
Manfaat Program BRI Peduli
Masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia terutama di wilayah padat pemukiman atau wilayah kota mendapatkan manfaat dari program tersebut. Berbagai manfaat itu seperti mendapatkan wawasan tentang kondisi pengelolaan sampah dan mendapatkan keterampilan dalam memilah sampah dari rumah sehingga mampu mengatasi persoalan sampah dari rumah tangga.
Dari sisi sosial, masyarakat mendapatkan edukasi tentang pengelolan sampah dan pelatihan-pelatihan seperti pelatihan pengelolaan sampah, pelatihan pembuatan laporan, pelatihan pembukuan, pelatihan management SDM dan pemakaian alat-alat pengelolaan sampah.
Selain itu, sebanyak 3.065 pedagang pasar di berbagai wilayah tercatat telah mengikuti sosialisasi tentang bank sampah dan pengelolaan sampah di pasar.
Dari sisi lingkungan, BRI Peduli Yok Kita Gas memeberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pemilahan sampah baik organik maupun anorganik, di mana sampah yang terkumpul tersebut dipilih dan dipilah menjadi sampah organik dan anorganik.
Sampah anorganik dapat diolah lagi menjadi barang-barang bernilai ekonomis. Dalam mendukung pengelolaan sampah tersebut, BRI telah menyalurkan 173 unit bak maggot komunal dan 50 unit kandang Black Soldier Fly (BSF).
“Hasilnya hingga saat ini sudah terkumpul 236.153 kg sampah organik dan 471.323 kg sampah anorganik di bank sampah. Selain itu juga tercatat sebanyak 6.921,5 kg maggot terjual dan juga sebanyak 34.739.868 Kg CO2e karbon tereduksi melalui bank sampah," ujar Catur.
Dari sisi ekonomi, Gerakan Anti Sampah Yok Kita Gas berhasil mengubah cara pandang masyarakat tentang mengubah sampah jadi uang. Sampah anorganik akan dicacah menggunakan alat pencacah sampah yang disediakan BRI bagi masyarakat.
"Hasilnya, tercatat total tabungan masyarakat yang melakukan penukaran sampah jadi duit di bank sampah sebanyak Rp104.420.916 dengan jumlah nasabah bank sampah yang terdaftar sebanyak 8.699 nasabah," ungkap Catur.
Advertisement
Atasi Perubahan Iklim
Catur menjelaskan, BRI Peduli Yok Kita Gas merupakan program pengelolaan sampah terpadu yang mengoptimalkan lahan dan sumber daya secara berkelanjutan. Ia menyebut, gerakan ini dapat meningkatkan kesehatan masyarakat, mendorong terciptanya energi bersih dan terjangkau, serta membantu penanganan perubahan iklim.
“Sampah yang dibuang diharapkan dapat dikelola dan dimanfaatkan menjadi energi listrik, didaur ulang menjadi industri kertas, dimanfaatkan untuk campuran aspal, bahan baku plastik atau untuk jenis organik, bisa dikelola menjadi kompos atau sumber energi listrik," jelasnya.
Catur menyebut, BRI Peduli Yok Kita Gas diimplementasikan dalam dua bentuk yaitu melalui Yok Kita Gas di Pasar Tradisional dan di lingkungan masyarakat (Stand Alone Location).
"Untuk implementasi di lingkungan masyarakat, pelaksanaan program dilakukan di lokasi Bank Sampah atau Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) yang telah dikelola oleh masyarakat yang berlokasi padat penduduk baik di Kota/Desa," sebutnya.
"Khusus pasar tradisional, program ini telah dilakukan di 5 Pasar Tradisional yang memiliki peringkat terbaik dalam program pasar.id yang berlokasi di kota Bandung, Semarang, Surabaya, Malang dan Denpasar," jelas Catur.
(*)