Harga Minyak Dunia Bisa Tembus USD 100 per Barel, Ini Ramalan Bank Dunia

Risiko ini dapat memicu inflasi dan mengakibatkan kenaikan suku bunga dalam jangka waktu lebih lama, kata Bank Dunia.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 26 Apr 2024, 13:00 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2024, 13:00 WIB
Logo Bank Dunia.
Harga minyak dunia telah turun hampir 4% dari level tertinggi baru-baru ini karena investor mengabaikan kemungkinan perang yang lebih luas di wilayah tersebut. Namun Bank Dunia memperingatkan bahwa situasinya masih belum pasti. (Logo Bank Dunia)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia mengingatkan bahwa ketegangan dan eskalasi konflik di Timur Tengah dapat memicu guncangan energi sehingga harga minyak dunia melampaui USD 100 per barel.

Risiko ini dapat memicu inflasi dan mengakibatkan kenaikan suku bunga dalam jangka waktu lebih lama.

"Dunia berada pada momen yang rentan: guncangan energi yang besar dapat menghambat kemajuan dalam penurunan inflasi selama dua tahun terakhir," kata Kepala Ekonom Bank Dunia Indermit Gill, dikutip dari CNBC International, Jumat (26/4/2024).

Seperti diketahui, ketegangan di Timur Tengah meluas awal bulan ini ketika Israel dan anggota OPEC Iran melancarkan serangan ke wilayah masing-masing, sehingga meningkatkan kekhawatiran pasokan minyak mentah dapat terganggu.

Pemerintah di Yerusalem dan Teheran tampaknya telah memutuskan untuk tidak melakukan eskalasi.

Harga minyak dunia telah turun hampir 4% dari level tertinggi baru-baru ini karena investor mengabaikan kemungkinan perang yang lebih luas di wilayah tersebut. Namun Bank Dunia memperingatkan bahwa situasinya masih belum pasti.

Harga minyak bisa mencapai rata-rata $102 per barel jika konflik yang melibatkan satu atau lebih produsen minyak di Timur Tengah mengakibatkan gangguan pasokan sebesar 3 juta barel per hari, menurut

Laporan prospek pasar komoditas terbaru Bank Dunia menunjukkan, harga minyak dunia diprediksi mencapai rata-rata USD 102 per barel jika konflik yang melibatkan satu atau lebih produsen minyak di Timur Tengah mengakibatkan gangguan pasokan sebesar 3 juta barel per hari. Guncangan tersebut berisiko menghambat upaya meredam inflasi.

 

Inflasi Global Belum Mereda

Kehancuran Gedung-Gedung di Gaza
Dan 72.654 orang terluka akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023. (AP Photo/Leo Correa)

Inflasi global telah menurun sebesar 2% antara tahun 2022 dan 2023 sebagian besar disebabkan oleh anjloknya harga komoditas hampir 40%, menurut Bank Dunia.

Harga komoditas kini berada pada level stabil dan lembaga keuangan global itu memperkirakan penurunan sebesar 3% pada tahun ini dan 4% pada tahun 2025.

"Inflasi global masih belum terkalahkan," kata Gill.

"Kekuatan utama disinflasi, yaitu penurunan harga komoditas pada dasarnya telah menemui jalan buntu. Itu berarti suku bunga bisa tetap lebih tinggi dari perkiraan saat ini dan tahun depan," bebernya.

Meskipun konflik di Timur Tengah menimbulkan risiko kenaikan inflasi, Bank Dunia meyakini, dunia akan mendapat bantuan jika OPEC+ memutuskan untuk mulai mengurangi pengurangan produksinya tahun ini.

Harga minyak diprediksi akan turun hingga rata-rata USD 81 per barel jika kartel mengembalikan 1 juta barel per hari ke pasar pada paruh kedua tahun ini, menurut Bank Dunia.

Harga Minyak Dunia Kembali Naik karena Potensi AS Bakal Resesi Berkurang

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Harga minyak mentah berjangka kembali naik pada perdagangan Kamis karena pelaku pasar lebih mempertimbangkan mengenai pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang mengecewakan dibanding dengan potensi risiko geopolitik.

Survei yang dilakukan ekonom Dow Jones menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS jauh lebih lemah dari perkiraan pada kuartal I, yaitu sebesar 1,6% secara tahunan dibandingkan dengan 2,4% yang diperkirakan sebelumnya.

Direktur Pelaksana Velandera Energy Partners Manish Raj menjelaskan, data pertumbuhan ekonomi ini melemahkan harga minyak di awal sesi, namun para pedagang menyadari pasar minyak sedang ketat dan situasi di Timur Tengah masih berkabut.

Raj melanjutkan, pelaku pasar juga menutup posisi short mereka setelah volatilitas harga yang naik turun selama dua minggu.

Di Timur Tengah, Israel melancarkan serangan udara di Rafah, sebuah kota di Palestina. Namun, ada peringatan dari sekutu bahwa operasi semacam itu akan memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza.

Rincian Harga Minyak

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS untuk kontrak Juni dipatok USD 83,57 per barel, naik 76 sen atau 0,92%. Sampai saat ini, harga minyak AS ini telah naik lebih dari 16%.

Harga minyak Brent yang merupakan patokan harga minyak dunia untuk kontrak Juni dipatok USD 89,01 per barel, naik 99 sen sen atau 1,12%. Hingga saat ini, benchmark global ini telah bertambah lebih dari 15%.

Harga Gasoline RBOB untuk Mei dipatok USD 2,75 per galon, naik 0,87%. Sampai saat ini, harga bensin berjangka naik sekitar 31%.

Sedangkan harga gas alam untuk kontrak Mei dipatok USD 1,63 per 1.000 kaki kubik, turun 0,91%. Sampai saat ini harga gas turun sekitar 35%.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya