Berkat Program Ini, Petani Bisa Jual Beras Lokal ke Seluruh Indonesia

Digital Farming bantu merampingkan rantai pasok pangan dan memperkenalkan solusi digital terdepan untuk penjualan hasil pertanian.

oleh Septian Deny diperbarui 05 Mei 2024, 11:47 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2024, 11:45 WIB
Petani.
Petani sedang menanam padi di sawah. Digital Farming bantu merampingkan rantai pasok pangan dan memperkenalkan solusi digital terdepan untuk penjualan hasil pertanian. (Foto: Istimewa)

 

Liputan6.com, Jakarta Dalam upaya nyata menghadapi tantangan inflasi pangan, Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Nekat Maju berkolaborasi dengan PT Topindo Niaga Nusantara yang merupakan anak perusahaan PT Topindo Solusi Komunika Tbk untuk meluncurkan Program Penguatan dan Pengembangan Klaster Pangan yang diinisiasi oleh Bank Indonesia.

Program inovatif ini bertujuan untuk merampingkan rantai pasok pangan dan memperkenalkan solusi digital terdepan untuk penjualan hasil pertanian

Kesepakatan ini  menandai langkah awal yang signifikan dalam upaya bersama untuk mengatasi permasalahan inflasi pangan dari sisi hulu ke hilir. Gapoktan Nekat Maju, yang telah lama dikenal sebagai pelopor dalam pertanian berkelanjutan, akan mengintegrasikan teknologi canggih dari aplikasi Topindoku untuk meningkatkan penjualan secara merata.

“Sebagai perusahaan asli dari Kalimantan Barat yang mendukung penuh UMKM, kami bangga bisa turut serta dalam program pengendalian inflasi pangan dari sisi hilir, untuk memasarkan hasil beras lokal secara digital dengan platform Topindoku yang dituangkan dalam penandatangan nota kesepahaman implementasi Digital Farming yang diinisiasi oleh Bank Indonesia," kata Direktur Utama PT Topindo Niaga Nusantara Yasdi Ismandar dikutip Minggu (5/5/2024).

"Sehingga semua lapisan masyarakat di area coverage Topindoku Grosir bisa merasakan hasil panen beras lokal dari Gapoktan Nekat Maju dari Desa Peniraman Provinsi Kalimantan Barat melalui platform Topindoku, yang dapat di download dari Playstore maupun AppStore yang saat ini sudah lebih dari 1 juta downloader.”

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bantuan bagi Petani

harga beras di tingkat penggilingan
Petani merontokkan padi jenis baligo di sawahnya kawasan Sukamakmur, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (27/04/2024). (merdeka.com/Arie Basuki)

Sementara itu,  PJ Gubernur Kalimantan Barat Harisson menjelaskan dalam membantu petani dimulai dari pembibitan, penanaman, kemudian panen, penanganan pasca panen, termasuk pengemasan padi atau hasilnya.

“Itu semua dibantu oleh Bank Indonesia. Hari ini juga ada penandatanganan kerjasama salah satu aplikasi online yaitu Topindoku yang bekerjasama dengan Kelompok Tani Nekat Maju sehingga nanti pemasarannya dilakukan secara digital dan ini sebenarnya untuk menekan agar jangan sampai petani menjualnya kepada yang banyak dapat untung. Jadi dengan adanya digital farming ini, nanti pemasaran langsung secara digital dibantu oleh Topindoku sehingga mendapat harga bagus di pasar secara online,” paparnya.

Dengan kemitraan yang kuat antara Gapoktan Nekat Maju dan PT Topindo Niaga Nusantara, diharapkan akan terjadi perubahan positif yang signifikan dalam sektor pertanian dan penanganan inflasi pangan. Program Penguatan dan Pengembangan Klaster Pangan ini bukan hanya merupakan langkah maju bagi pertanian lokal, tetapi juga merupakan contoh nyata dari bagaimana kolaborasi antara sektor swasta dan masyarakat dapat menciptakan dampak yang berkelanjutan.

 

 


Stok Beras Bulog Catat Tertinggi dalam Empat Tahun Terakhir

Stok Beras Bulog Aman Hingga Akhir Tahun 2021
Petugas mendata ketersediaan stok beras di Gudang Bulog Divisi Regional DKI Jakarta, Kelapa Gading, Rabu (29/12/2021). Dirut Perum Bulog Budi Waseso mengungkapkan hingga dengan penghujung 2021 Bulog berhasil melakukan penyerapan beras petani mencapai 1,2 juta ton. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mencatat, saat ini stok beras cadangan pemerintah (CBP) di seluruh gudang Bulog mencapai 1,63 juta ton. Dia menyebut, stok beras ini menjadi yang tertinggi selama empat tahun terakhir.

"Saat ini stok bulog salah satu yang tertinggi dalam 4 tahun, mencapai 1,63 juta ton," kata  Bayu  kepada awak media di Kelurahan Pela Mampang, Jakarta Selatan, Jumat (3/5/2024).Bayu menyebut stok beras tersebut berasa dari penugasan impor maupun pengadaan hasil serapan dalam negeri. Namun, dia tidak menyebutkan proporsi beras impor yang berada di gudang Bulog tersebut.

"Alhamdulillah baik dari management pengadaan luar negeri maupun usaha yg sangat intensif dari teman-teman di daerah," bebernya.

Pengadaan Dalam Negeri

Sementara itu, pengadaan dari dalam negeri sebanyak kurang lebih 560.000 ton setara gabah per 2 Mei 2014. Angka serapan gabah ini setara 273.000 ton beras. 

"Kita terus kelola dengan baik cbp dan beras komersial sesuai kebutuhan, yang penting sekarang dapat dulu stoknya," beber Bayu.

Atas capaian tersebut, Bayu mengklaim stok beras CBP dapat memenuhi penyaluran bantuan pangan beras 10 kilogram tahap kedua.

Bantuan beras tersebut akan menyasar 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM) dengan alokasi beras berkisar 660.000 ton untuk penyaluran tiga bulan berturut-turut.

 


Impor Beras

Stok Beras Bulog Aman Hingga Akhir Tahun 2021
Petugas mendata ketersediaan stok beras di Gudang Bulog Divisi Regional DKI Jakarta, Kelapa Gading, Rabu (29/12/2021). Dirut Perum Bulog Budi Waseso menjamin tahun ini stok beras aman dan tidak ada impor untuk kebutuhan Cadangan Beras Pemerintah. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi melaporkan, saat ini, realisasi impor beras yang masuk ke gudang Bulog berkisar 1,2 sampai 1,3 juta ton. Sementara itu, total kuota impor beras mencapai 3,6 juta ton.

Bayu menekankan, pemerintah akan berhati-hati dalam mendatangkan impor beras agar tidak merugikan petani. Antara lain dengan menyesuaikan waktu kedatangan beras impor untuk tepat waktu.

Lanjutnya, Bulog juga memiliki kajian tersendiri atas pengadaan beras impor terhadap harga gabah petani di wilayah sentra produksi. Sehingga, Bulog dapat sewaktu-waktu menghentikan impor beras jika tidak mengutamakan petani.

 

 

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya