Viral Ratusan Orang Rebutan Kerja di Warung Seblak, Sebanyak Apakah Pengangguran di Indonesia?

Banyaknya angka Gen Z yang menganggur tersebut dikarenakan adanya ketidaksesuaian antara kebutuhan dunia dengan keterampilan yang dimiliki lulusan SMA maupun SMK tersebut.

oleh Tim Bisnis diperbarui 24 Mei 2024, 15:15 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2024, 15:15 WIB
Viral Warung Seblak Buka Lowongan untuk 20 Orang, Pemiliknya Kaget Didatangi Ratusan Pelamar.
Viral Warung Seblak Buka Lowongan untuk 20 Orang, Pemiliknya Kaget Didatangi Ratusan Pelamar. foto: TikTok @bangsatria_98

Liputan6.com, Jakarta - Sempat viral sebuah warung seblak tengah membuka lowongan kerja. Namun tanpa disangka, pendaftar yang datang mencapai ratusan orang. Ternyata memang, jumlah pengangguran di Indonesia masih sangat banyak.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kurang lebih 9,9 juta gen Z atau saat ini yang berusia antara usia 15 sampai 24 tengah menganggur. Jika dirinci lagi, jumah tersebut terdiri dari, 5,73 juta perempuan muda dan 4,17 juta laki-laki muda.

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengatakan, jumlah pengangguran Gen Z tersebut didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). 

"Ternyata kalau kita dalami data kita, lulusan SMA,SMK terutama SMK menyumbangkan pengangguran kita," kata Ida kepada awak media di Istana Negara, Jakarta, dikutip Jumat (24/5/2024).

Selain itu, pengangguran Gen Z saat ini dinominasi oleh lulusan perguruan tinggi (PT) atau sarjana. Di mana, para sarjana tersebut kesulitan untuk mencari pekerjaan.

"Kalau lulus kuliah kan rata-rata mereka memang sedang mencari kerjaan. Jadi, kebanyakan dari mereka posisi nya sedang mencari pekerjaan," bebernya.

Ida mengatakan, banyaknya angka Gen Z yang menganggur tersebut dikarenakan adanya ketidaksesuaian antara kebutuhan dunia dengan keterampilan yang dimiliki lulusan SMA maupun SMK tersebut. Diketahui, istilah ini dikenal dengan link and match.

 

"Kenapa terjadi begini karena diantaranya tidak terjadi link and match," tegasnya.

 

Oleh karena itu, kementerian Ketenagakerjaan meluncurkan program pendidikan vokasi untuk meningkatkan keterampilan lulusan SMA dan SMK sesuai kebutuhan dunia kerja. Dalam program pendidikan vokasi ini Kemnaker melibatkan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia sebagai perwakilan industri.

"Ini yang terus kita lakukan, makanya dalam Pendidikan Vokasi ini dunia usaha dilibatkan. Diantaranya melibatkan Kadin di dalamnya, karena yang tahu kebutuhan kerjanya adalah yang ada di dunia usaha," tutupnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Viral Warung Seblak Buka Lowongan untuk 20 Orang, Pemiliknya Kaget Didatangi Ratusan Pelamar

Viral Warung Seblak Buka Lowongan untuk 20 Orang, Pemiliknya Kaget Didatangi Ratusan Pelamar
Viral Warung Seblak Buka Lowongan untuk 20 Orang, Pemiliknya Kaget Didatangi Ratusan Pelamar.  foto: TikTok @bangsatria_98

Sebelumnya, saat ini, mendapatkan pekerjaan di Indonesia kabarnya bisa menjadi tantangan besar. Salah satu bukti sulitnya mencari kerja terlihat pada sebuah video viral tentang warung seblak di Ciamis, Jawa Barat, membuka lowongan pekerjaan.

Momen unik ini dibagikan oleh akun TikTok @bangsatria_98 pada 18 Mei 2024. Pemilik akun TikTok yang dituliskan bernama Satria ini adalah pemilik dari bisnis seblak tersebut. Ia mengaku membutuhkan 20 orang karyawan untuk bekerja di tempat usahanya.

 Namun, ia sungguh tidak menyangka bahwa rekrutmen terbuka itu langsung diserbu oleh banyak pelamar. Dalam video tersebut terlihat mungkin ada ratusan pelamar yang mengantre. Banyak yang memakai pakaian putih hitam sambil membawa map cokelat yang berisikan berkas-berkas untuk melamar pekerjaan di warung seblak itu.

Para pelamar kerja berbaris rapi memanjang sampai ke belakang. Rasanya tak ada yang mengira bahwa sebuah warung seblak bisa memperoleh pelamar sebanyak ini..

"Ini butuh 20 orang makanya berani buka walk in interview," kata pemilik warung seblak tersebut dalam unggahannya. Tidak disebutkan dengan jelas proses seleksi yang dilakukan. Tapi dalam video tampak pelamar dipanggil satu persatu untuk memasuki sebuah ruangan.

Mereka juga diberikan air minum dan makanan ringan sambil mengisi form pendaftaran dan menunggu giliran diwawancara.  Untuk diketahui, usaha kuliner seperti warung seblak masuk dalam kategori UMKM sehingga tidak terhitung sebagai perusahaan. Jadi secara jaminan kerja, UMKM tentu tidak sebaik karyawan perusahaan. Bahkan melamsir kanal Bisnis Liputan6.com, karyawan yang kerja di UMKM dapat dikategorikan sebagai pekerja informal.

Video yang menunjukkan membludaknya pelamar di warung seblak itu menjadi viral dan mengundang perhatian warganet. Unggahan yang viral itu juga dibagikan ulang di sejumlah akun media sosial lainnya.

Tak sedikit yang mengingatkan agar anak muda yang sudah bekerja untuk kembali berpikir ulang jika ingin resign atau keluar dari kerjanya saat ini, hingga menyentil para politisi termasuk presiden dan wakil presiden terpilih untuk bisa memberikan solusi ketika sudah dilantik. Sampai berita ini ditulis, unggahan tersebut sudah dilihat lebih dari 1,4 juta kali dan mendapatkan lebih dari 1.400 komentar.

Banyak Orang yang Masih Butuh Pekerjaan

Warung Seblak Murah Seporsi Hanya Rp3 Ribu dan Bebas Ambil Isian Sendiri
Warung Seblak Murah Seporsi Hanya Rp3 Ribu dan Bebas Ambil Isian Sendiri.  foto: TikTok @nurulrahmawati83    

"Ya Allah teman kita gen z ternyata banyak banget di luar sana yang butuh kerja," komentar seorang warganet.

"Barusan ada niat buat resign dari PT. Tapi setelah liat video ini ternyata banyak banget yang belum kerja. Kurang bersyukurlah aku," sahut warganet lain.

"Ya Allah ternyata banyak banget ya orang-orang yang masih butuh pekerjaan. Karena memang nyari kerja itu susah. Semoga mereka semua siapapun itu termasuk bang satria selalu dilimpahkan rezeki," kata yang lain.

"Pikir 1.000 kali kalau ada yang pengen resign," ujar warganet lainnya.

"Yang janjiin 10 juta lapangan kerja kemana nih?" sindir warganet lain.

Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita, menanggapi data BPS 2023 yang mencatat hampir 10 juta Gen Z tak punya kegiatan alias menganggur. BPS memasukan mereka ke dalam kategori "youth not in education, employment, and training" (NEET).

"Artinya, angka NEET pada Gen Z ini memang cukup tinggi, sekitar 13 persenan dari total Gen Z Indonesia," kata Ronny kepada tim Bisnis Liputan6.com, Rabu, 22 Mei 2024.

Menurutnya, tingginya angka NEET pada Gen Z tersebut dipengaruhi oleh tujuh faktor utama. Pertama, karena rendahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, sehingga daya serap ekonomi atas tenaga kerja baru yang tumbuh, utamanya tentu

Setiap Tahun Angkatan Kerja Baru Bertambah

"Artinya, angka NEET pada Gen Z ini memang cukup tinggi, sekitar 13 persenan dari total Gen Z Indonesia," kata Ronny kepada tim Bisnis Liputan6.com, Rabu, 22 Mei 2024.

Menurutnya, tingginya angka NEET pada Gen Z tersebut dipengaruhi oleh tujuh faktor utama. Pertama, karena rendahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, sehingga daya serap ekonomi atas tenaga kerja baru yang tumbuh, utamanya tentu  Gen Z juga cukup rendah.

Sebagaimana diketahui, setiap tahun angkatan kerja baru bertambah, yang tentunya datang dari Gen Z, sebagai generasi angkatan kerja termuda. Alhasil jika perekonomian nasional menyerab tenaga kerja jauh di bawah tingkat pertumbuhan angkatan kerja baru, maka otomatis peluang angkatan kerja baru menjadi pengangguran semakin tinggi.

Kedua, selain pertumbuhan ekonomi yang kurang tinggi, tingkat Incremental Labour Output Ratio (ILOR) kita juga cukup rendah. Penyerapan tenaga kerja per 1 persen pertumbuhan semakin hari semakin menurun, terutama karena investasi baru banyak terjadi di sektor non tradeble dan karena disrupsi teknologi.

Ketiga, karakter Gen Z sudah tidak sama lagi dengan generasi sebelumnya. Sehingga cara pandang mereka terhadap dunia kerja juga berbeda. Maka sebagian lapangan pekerjaan konvensional yang tersedia terkadang tidak sesuai dengan karakter gen Z.

"Sementara itu, investasi di sektor teknologi dan start up yang cenderung lebih sesuai dengan karakter Gen Z tidak terlalu ekspansif, bahkan belakangan banyak yang gulung tikar. Sehingga menambah potensi pengangguran pada segmen generasi Z," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya