Indonesia Menuju Industri Pariwisata Regeneratif, Apa Itu?

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menekankan bahwa pariwisata di Indonesia diarahkan menuju pariwisata regeneratif agar tercipta pengelolaan berkelanjutan yang dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

oleh Septian Deny diperbarui 08 Jun 2024, 13:00 WIB
Diterbitkan 08 Jun 2024, 13:00 WIB
Keindahan Pantai Kelan di Samping Bandara Ngurah Rai
Wisatawan mengunjungi objek wisata Pantai Kelan dengan latar belakang pesawat yang mendarat di Tuban, Badung, Denpasar, Kamis (5/5/20222). Kunjungan wisatawan domestik (Wisdom) ke Pulau Bali, saat libur Lebaran Idul Fitri tahun 2022 terus meningkat. Per hari kedatangan wisdom rata-rata 40 ribu. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menekankan bahwa pariwisata di Indonesia diarahkan menuju pariwisata regeneratif agar tercipta pengelolaan berkelanjutan yang dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

"Green tourism (pariwisata hijau) saja tidak cukup, kita arahkan menuju pariwisata regeneratif sehingga tidak saja berwisata yang meminimalkan penggunaan karbon, tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan serta generasi mendatang," kata Sandiaga Uno dikutip dari Antara, Sabtu (8/6/2024).

Di Indonesia, sektor pariwisata bersama dengan industri kreatif merupakan salah satu sektor yang menyumbang devisa negara terbesar serta menyediakan lapangan kerja untuk lebih dari 20 juta orang.

Sektor itu diperkirakan sebagai sektor ekonomi yang terbesar dalam beberapa dekade mendatang. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar berupa bentang alam yang indah, beragamnya seni budaya serta kekayaan sejarah dan sosial lainnya.

Modalitas dalam konteks pariwisata itu yang selanjutnya perlu dioptimalkan untuk sebesar-besar kemanfaatan bagi masyarakat, terutama masyarakat setempat yang ada di destinasi wisata tersebut.

Pariwisata Regeneratif

Berkaca dari hal tersebut, Atourin, perusahaan teknologi sektor pariwisata, meluncurkan Atourin Regenerative Tourism Initiative atau ARTI untuk memberikan pemahaman terkait pariwisata regeneratif terhadap para pemangku kepentingan pariwisata di Indonesia sekaligus menyediakan platform berbasis teknologi.

"Sejak tahun 2020, kami menggiatkan beberapa program berbasis pariwisata regeneratif. Salah satunya, bertajuk One Traveler One Tree di mana kami telah menanam lebih dari 1.500 pohon di beberapa provinsi seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali. Kami ingin memperluas dampak dari inisiatif Atourin melalui pendekatan dan cara yang lebih komprehensif," ujar COO Atourin Reza Permadi.

Ia menjelaskan Atourin terus berkomitmen untuk menjadi perusahaan teknologi pariwisata yang ramah alam/lingkungan, ramah sosial, dan ramah ekonomi dengan terus menyebarkan narasi tentang pariwisata regeneratif.

"Melalui pendekatan dan pelibatan multi pemangku kepentingan, Atourin ingin menyebarkan dan memperbesar dampak yang dihasilkan melalui berbagai produk dan aktivitas yang dilakukan," ujar Reza.

 

4 Pilar ARTI

Potret Turis China Berdatangan, Penyeberangan di Bali Ramai
Turis China berjalan untuk menaiki kapal cepat untuk perjalanan dari Pulau Serangan ke Pulau Lombok di Denpasar, Bali, Rabu (25/1/2023). Pelancong dari China diketahui suka berwisata tirta atau water sport. Turis China juga suka membeli buah-buahan dan minuman. (AFP/Sonny Tumbelaka)

ARTI merupakan inisiatif yang terdiri atas empat pilar, yakni Fund, Knowledge, Community, dan Event.

Tujuannya untuk memberikan pemahaman akan pariwisata regeneratif terhadap para pemangku kepentingan pariwisata Indonesia sekaligus menyediakan platform berbasis teknologi yang mereka bisa gunakan.

ARTI akan menghubungkan mereka dengan berbagai kegiatan baik luring maupun daring seperti penanaman pohon, konservasi mata air, pelestarian flora fauna atau kegiatan berbasis peningkatan kapasitas melalui pelatihan dan pendampingan untuk para penggiat wisata.

Dalam konteks platform berbasis teknologi, Atourin menyediakan fitur carbon offsetting bernama ARTI Button, yang mana wisatawan yang membeli produk Atourin akan bisa mengetahui berapa banyak karbon yang dihasilkan dari aktivitas wisata yang dilakukan serta berapa jumlah pohon yang harus ditanam untuk meng-offset emisi karbon tersebut.

 

Emisi Karbon Dihitung

Para wisatawan menikmati indahnya pemandangan laut selat Bali di destinasi wisata Grand Watudodol Banyuwangi (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)
Para wisatawan menikmati indahnya pemandangan laut selat Bali di destinasi wisata Grand Watudodol Banyuwangi (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)

"Setiap produk wisata pada marketplace Atourin sudah dihitung emisi karbonnya (carbon footprint) oleh para mitra dan emisi karbonnya bisa dinetralkan oleh wisatawan melalui aktivitas penanaman pohon di destinasi wisata tersebut. Saat ini, kami juga sedang giat memperluas literasi pariwisata regeneratif kepada mitra-mitra kami," kata CEO Atourin Benarivo T Putra.

Adapun, pariwisata regeneratif lahir seiring dengan konsep ekonomi restoratif. Menurut organisasi Earth Check, pariwisata regeneratif didefinisikan sebagai proses di mana para pemangku kepentingan sektor pariwisata secara kolektif.memberikan perhatian dan perwalian (melalui pengambilan keputusan dan praktik) untuk perbaikan dan peningkatan elemen alam, manusia, dan buatan manusia ketika pindah, berkunjung, tinggal atau beroperasi di suatu destinasi.

Dengan melakukan hal tersebut, para pemangku kepentingan membiarkan elemen-elemen tersebut melampaui kondisi kemampuan bertahan hidup mereka saat ini.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya