BI Ramal Pertumbuhan Ekonomi RI 4,7-5,5 Persen di 2024

Bank Indonesia (BI) menilai ekonomi Indonesia dalam keadaan positif.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 21 Agu 2024, 19:31 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2024, 19:31 WIB
BPS Catat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5,31 Persen
Ratusan kendaraan terjebak kemacetan di kawasan Sudirman, Jakarta, Jumat (10/2/2023). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV tahun 2022 mencapai 5,31 persen secara tahunan (yoy), angka tersebut sesuai dengan target APBN 2022 yang dipatok pemerintah sebesar 5,1-5,3 persen (yoy). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) menilai ekonomi Indonesia dalam keadaan positif. Untuk itu, diprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berkisar 4,7-5,5 persen sepanjang 2024 ini.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia terpantau baik, ditopang oleh konsumsi domestik dan ekspor. Konsumsi rumah tangga dan ekspor mampu mengantarkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,05 persen di kuartal II-2024.

"Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi 2024 berada dalam kisaran 4,7-5,5 persen," kata Perry dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Gubernur BI Agustus 2024, di Jakarta, Rabu (21/8/2024).

Dia mengatakan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi stimulus fiskal pemerintah dengan stimulus makroprudensial Bank Indonesia. Tujuannya adalah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, khususnya dari sisi permintaan.

Potensi Kinerja Ekspor

Sebagai salah satu penopang pertumbuhan ekonomi, dia mencatat bahwa besaran ekspor meningkat, didorong oleh permintaan mitra dagang utama dan kenaikan ekspor jasa. Berdasarkan lapangan usaha (LU), pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh Industri Pengolahan, Konstruksi, serta Perdagangan Besar dan Eceran.

Secara spasial, pertumbuhan tercatat meningkat di sebagian besar wilayah Indonesia, dengan pertumbuhan tertinggi di wilayah Bali-Nusa Tenggara dan Sulawesi-Maluku-Papua.

"Ke depan, pertumbuhan ekonomi perlu terus didorong sehingga dapat menjaga keyakinan pelaku ekonomi terhadap prospek perekonomian nasional. Konsumsi rumah tangga perlu semakin ditingkatkan sejalan dengan berakhirnya faktor musiman terkait Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan dampak pelaksanaan Pemilu pada semester I 2024," urai Perry.

Berlanjutnya Proyek Strategis Nasional (PSN) diprakirakan dapat meningkatkan investasi, khususnya investasi swasta.

Kenaikan stimulus fiskal 2024 dari 2,3 persen menjadi 2,7 persen dari PDB diharapkan juga dapat secara efektif memberikan dampak pengganda terhadap perekonomian.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


BI Rate Masih Ditahan di 6,25 Persen

Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan besaran suku bunga acuan di posisi 6,25 persen. Tujuannya adalah untuk tetap mendukung stabilitas ekonomi nasional.

Hal itu diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur BI Agustus 2024. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan bahwa suku bunga acuan atau BI Rate masih tetap sama dengan bulan lalu.

"Berdasarkan hasil asesmen Rapat Dewan Gubernur pada tanggal 20 dan 21 Agustus 2024, diputuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,25 persen," kata Perry dalam Konferensi Pers Hasil RDG Bulanan Agustus 2024, di Jakarta, Rabu (21/8/2024).

 


Keputusan Lainnya

BI Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan di 5 Persen
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bersiap menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dia mengatakan bahwa suku bunga deposit facility tidak mengalami perubahan. Sama halnya dengan bunga lending facility yang tetap.

"Demikian juga suku bunga deposit facility sebesar 5,5 persen dan suku bunga lending facility tetap sekitar 7 persen," ucapnya.

Perry menegaskan bahwa langkah ini merupakan dukungan kebijakan moneter terhadap stabilitas.

"Keputusan ini tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk penguatan lebih lanjut stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah preemtif dan forward-looking untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen pada tahun 2024 dan 2025," jelasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya