Prabowo-Gibran Diminta Serius Atasi Polusi Udara Demi Pertumbuhan Ekonomi 8%

Ambisi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen tidak mungkin tercapai tanpa mengatasi polusi udara.

oleh Arief Rahman H diperbarui 07 Sep 2024, 21:30 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2024, 21:30 WIB
Co-Founder Yayasan Udara Anak Bangsa atau Bicara Udara, Ratna Kartadjoemana dalam diskusi tematik ISF 2024, di JCC Senayan, dikutip Sabtu (7/9/2024).
Co-Founder Yayasan Udara Anak Bangsa atau Bicara Udara, Ratna Kartadjoemana dalam diskusi tematik ISF 2024, di JCC Senayan, dikutip Sabtu (7/9/2024).

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden Terpilih, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka diminta serius menangani polusi udara. Tanpa aspek itu dibenahi, target pertumbuhan ekonomi 8 persen disebut tak bisa dicapai.

Seperti diketahui, polusi udara menjadi salah satu topik menarik dalam helatan Indonesia International Sustainability Forum 2024. Co-Founder Yayasan Udara Anak Bangsa atau Bicara Udara, Ratna Kartadjoemana mendorong pemerintahan berikutnya untuk menggunakan data dan bukti ilmiah untuk menangani permasalahan ini.

Data dari BPJS Kesehatan menunjukkan antara tahun 2018 hingga 2022, penyakit pernapasan yang disebabkan oleh polusi udara telah menghabiskan biaya sebesar Rp 18 triliun.

"Hal ini menjadi bukti nyata bahwa polusi udara tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tetapi juga memberikan beban ekonomi yang signifikan," kata Ratna dalam diskusi tematik ISF 2024, di JCC Senayan, dikutip Sabtu (7/9/2024).

“Kami juga mendorong pengambilan kebijakan berdasarkan data dan bukti ilmiah. Penanganan polusi udara menjadi krusial untuk mewujudkan Indonesia Emas, karena berdampak terhadap kesehatan anak dan generasi mendatang,” imbuhnya.

Pihaknya akan mengajukan beberapa rekomendasi penting yang diharapkan dapat menjadi perhatian pemerintahan baru.

“Di antaranya adalah peningkatan anggaran untuk perbaikan kualitas udara, penambahan alat sensor pemantau kualitas udara, serta peningkatan koordinasi lintas batas untuk mengatasi polusi udara yang bersifat transboundary atau lintas wilayah,” ucapnya.

Menurutnya, ISF 2024 ini juga menjadi ajang berkumpulnya para pembuat kebijakan, pelaku industri, akademisi, dan organisasi non-pemerintah untuk bersama-sama mengeksplorasi solusi dan praktik terbaik dalam mengurangi polusi udara di Indonesia.

“Dengan adanya kolaborasi lintas sektor ini, diharapkan upaya untuk mengatasi masalah polusi udara di Indonesia dapat semakin ditingkatkan dan membawa dampak yang signifikan bagi persoalan kualitas udara di negeri ini,” tuturnya.

 

Kunci Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Turun 5,6 Persen Akibat Covid-19
Deretan gedung perkantoran di Jakarta, Senin (27/7/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta mengalami penurunan sekitar 5,6 persen akibat wabah Covid-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Dalam kesempatan yang sama, Editor Buku Strategi Transformasi Bangsa Prabowo Subianto, Dirgayuza Setiawan menegaskan ambisi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen tidak mungkin tercapai tanpa mengatasi polusi udara.

"Kita tidak bisa mencapai ekonomi dengan produktivitas tinggi jika polusi udara mengancam kualitas sumber daya manusia. Usia harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini hanya 68 tahun, jauh di bawah rata-rata global. Kondisi ini akan memburuk jika tingkat polusi udara tetap tinggi. Bandingkan dengan Singapura yang memiliki usia harapan hidup 83 tahun,” jelasnya.

Mantan Direktur Holding BUMN Pangan, ID Food itu juga menekankan, mengatasi polusi udara merupakan peluang ekonomi bagi Indonesia, termasuk meningkatkan daya saing di mata talenta global serta mendorong potensi ekonomi hijau.

"Mengatasi polusi udara sejalan dengan visi pemerintahan Prabowo-Gibran untuk meningkatkan potensi ekonomi hijau, termasuk melalui produksi kendaraan listrik seperti mobil, bus, dan motor," tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya