Menteri Bahlil: Impor Minyak Indonesia Tembus 1 Juta Barel per Hari

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa impor minyak di Indonesia saat ini telah mencapai 1 juta barel per hari (bph).

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 14 Okt 2024, 13:45 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2024, 13:45 WIB
Blok Migas
Blok Migas PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI). Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa impor minyak di Indonesia saat ini telah mencapai 1 juta barel per hari (bph). Dok PHI

Liputan6.com, Jakarta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa impor minyak di Indonesia saat ini telah mencapai 1 juta barel per hari (bph).

“Produksi kita tinggal 600 ribu barrels per day dan konsumsi kita 1,6 juta barel per day dan impor 900 ribu sampai 1 juta barrels per day," ungkap Bahlil dalam kegiatan Rakornas REPNAS 2024 di Jakarta, Senin (14/10/2024).

Bahlil menyoroti perbedaan kondisi industri minyak di Indonesia saat ini dengan tahun 1996-1997 silam. Saat itu, Indonesia mampu memproduksi minyak hingga 1,6 juta barel per hari (bph), dengan konsumsi di kisaran 600-700 ribu bph.

Capaian itu memungkinkan Indonesia mengekspor minyak hingga 1 juta bph, yang memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan negara antara 40-50%

"Pasca reformasi terdapat decline dan tidak diatasi dengan baik. Kemudian 2008 ada perbaikan 800-900 barrels per day tambahan di Banyu Urip namun decline terus,” bebernya.

Lifting Minyak

Apabila permasalahan lifting minyak di Indonesia tidak segera diatasi, menurut Bahlil, sulit bagi Indonesia mencapai kedaulatan energinya.

"Yang terjadi di tahun '96-'97 kita ekspor, sekarang berbalik kita impor jumlah yang sama ini kira-kira masalah negara kita," imbuhnya.

“Jadi kalau gak bisa atasi lifting, maka jangan mimpi kita menuju kedaulatan energi," kata dia.

Bahlil mencatat, terdapat 16.990 sumur minyak dan gas yang tidak aktif atau iidle, dengan 4.495 sumur idle yang dapat direaktivasi kembali.

Banyak Sumur Migas Nganggur, Bahlil Bakal Pangkas Izin Eksplorasi  

Migas
PT Pertamina Hulu Energi (PHE), selaku Subholding Upstream, mencatatkan kinerja positif atas kontribusi pertumbuhan produksi migas sebesar 8% sepanjang 10 tahun terakhir. Dok PHE

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan akan memangkas proses perizinan eksplorasi minyak dan gas bagi investor.

"Ke depan akan dipangkas regulasi menghambat eksplorasi dari 320 izin, sekarang tinggal 140 izin. (Pemangkasan) ini supaya investor masuk,” ungkap Bahlil Lahadalia dalam Rakornas REPNAS 2024 di Jakarta, Senin (14/10/2024).Pemangkasan ini salah satunya karena besarnya jumlah sumur minyak dan gas di Indonesia yang tidak beroperasi atau idle.

Kementerian ESDM mencatat, hanya terdapat 600.000 sumur migas yang aktif di Indonesia, sedangkan 16.600 lainnya berstatus idle.

"Setelah di-breakdown ada 5.000 sumur yang bisa dioptimalkan. Kita harus eksplorasi, sudah banyak di timur," jelas Bahlil.

Namun, untuk mengaktifkan sumur migas membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Maka dari itu, diperlukan dukungan dari aliran investasi. Tetapi untuk menarik investasi, dibutuhan regulasi.

 

Lifting Minyak

Keberhasilan Pengelolaan Blok Migas Raksasa oleh Pertamina, Simbol Kebangkitan Energi Nasional
Pertamina berhasil meningkatkan peran strategisnya dalam penyediaan energi Indonesia melalui pengelolaan Blok Rokan dan Blok Mahakam.

Dalam kesempatan itu, Bahlil juga menyoroti masalah penurunan lifting minyak di Indonesia yang sudah berlangsung 30 tahun.

Dari produksi minyak sebesar 1,6 juta barel per hari (bph) sejak era 1900an, lanjut menurun menjadi 800-900 ribu bph pada tahun 2008 silam, dan turun lagi menjadi 600 ribu bph di masa ini.

"Yang terjadi di tahun '96-'97 kita ekspor, sekarang berbalik kita impor jumlah yang sama ini kira-kira masalah negara kita," imbuhnya.

“Jadi kalau gak bisa atasi lifting, maka jangan mimpi kita menuju kedaulatan energi," ucap Bahlil.

Infografis SKK MIgas
Di tengah kebutuhan energi nasional yang terus meningkat, menemukan minyak dan gas bumi (migas) menjadi semakin sulit
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya