Garuda Indonesia Rilis Aturan Baru Pemesanan Kursi, Simak Rinciannya

Kebijakan baru Garuda Indonesia ini berlaku untuk tanggal penerbangan mulai 26 Oktober 2024, dan untuk penerbangan sebelum tanggal tersebut tidak akan mengikuti kebijakan baru ini.

oleh Arthur Gideon diperbarui 23 Okt 2024, 20:20 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2024, 20:20 WIB
Ilustrasi Pesawat Terbang
Pesawat Terbang Garuda Indonesia (Liputan6.com/Fahrizal Lubis)

Liputan6.com, Jakarta - Maskapai Nasional Garuda Indonesia mengumumkan kebijakan baru mengenai pemilihan pada penerbangan domestik. Kebijakan baru ini dijalankan untuk memberikan kepuasan penumpang economy class dalam memilih kursi favorit lebih awal.

Dalam pengumuman Garuda Indonesia yang ditujukan kepada pelanggan, dikutip Rabu (23/10/2024), Garuda Indonesia menerapkan kebijakan baru terkait pemilihan kursi pada penerbangan domestik mulai tanggal 26 Oktober 2024. Kebijakan tersebut sebagai berikut:

  1. Kursi dengan Extra Legroom seperti seat row 21 dan emergency seats akan dikenakan biaya tambahan saat pemesanan tiket baik secara online maupun offline.
  2. Regular seat akan dikenakan biaya tambahan saat pemesanan tiket baik secara online maupun offline.
  3. Anda dapat memilih kursi favorit baik kursi dengan Extra Legroom maupun Regular Seat sesuai preferensi dengan tambahan biaya yang tertera saat pembelian.
  4. Khusus untuk pembelian seat row 21, hanya berlaku untuk sisi kiri dan kanan pada pesawat dengan tipe B777 dan A330.
  5. Khusus untuk pembelian emergency seat, hanya berlaku untuk sisi tengah pada pesawat dengan tipe B777 dan A330.

Kebijakan baru ini berlaku untuk tanggal penerbangan mulai 26 Oktober 2024, dan untuk penerbangan sebelum tanggal tersebut tidak akan mengikuti kebijakan baru ini.

"Terima kasih telah menjadi anggota GarudaMiles, dukungan Anda merupakan motivasi kami untuk terus memberikan layanan terbaik," tulis pengumuman tersebut. 

Garuda Indonesia Rugi Rp 1,54 Triliun di Semester I 2024, Ini Gara-garanya

Pesawat Garuda Indonesia (Foto: Garuda Indonesia)
Pesawat Garuda Indonesia (Foto: Garuda Indonesia)

Sebelumnya, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mengumumkan kinerja paruh pertama tahun ini yang berakhir pada 30 Juni 2024. Pada periode tersebut, perseroan membukukan pendapatan USD 1,62 miliar atau sekitar Rp 4,62 triliun (kurs Rp 15.193,65 per USD).

Pendapatan itu naik 18,27 persen dibandingkan pendapatan pada semester I 2023 yang tercatat sebesar USD 1,37 miliar.

Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa, Selasa (1/10/2024), pendapatan tersebut sebagian besar berasal dari penerbangan berjadwal senilai USD 1,28 miliar. Sisanya penerbangan tidak terjadwal berkontribusi sebesar USD 177,97 juta dan lain-lain sebesar USD 167,57 juta.

Seiring kenaikan pendapatan usaha, beban usaha pada semester I 2024 naik menjadi USD 1,53 miliar dibandingkan USD 1,24 miliar pada semester I 2023. Bersamaan dengan itu, perseroan membukukan beban usaha lainnya sebesar USD 201,06 juta, lebih rendah dibandingkan beban usaha lainnya pada semester I 2023 yang tercatat sebesar USD 237,12 juta.

 

Aset Perseroan

Terminal 3 Bandara Soetta Siap Melayani Penerbangan Internasional
Pemandangan pesawat Garuda Indonesia yang bisa dilihat dari bourding lounge Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Senin (24/04). Terminal ini mampu 25 juta calon penumpang per tahun. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Melihat beban yang lebih besar dari pendapatan, perseroan membukukan peningkatan rugi bersih pada semester I 2024. Setelah memperhitungkan manfaat pajak, perseroan membukukan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 101,66 juta atau sekitar Rp 1,54 triliun. Adapun pada paruh pertama tahun lalu, perseroan membukukan rugi USD 76,5 juta.

Dari sisi aset perseroan sampai dengan 30 Juni 2024 turun menjadi USD 6,55 miliar dari USD 6,73 miliar pada Desember 2023. Liabilitas hingga 30 Juni 2024 turun menjadi USD 7,93 miliar dari USD 8,01 miliar pada Desember 2023. Sementara ekuitas sampai dengan 30 Juni 2024 naik menjadi USD 1,39 miliar dari USD 1,28 miliar pada Desember tahun lalu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya