Ada `Green Car`, Hati-hati RI Kecanduan Subsidi Biodiesel

program mobil ramah lingkungan berbahan bakar biodiesel kelapa sawit dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap impor BBM. Tapi?

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 04 Okt 2013, 14:37 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2013, 14:37 WIB
biofuel-130826c.jpg

Kepala BKPM Mahendra Siregar mengatakan, program mobil ramah lingkungan (green car) berbahan bakar biodiesel kelapa sawit dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap impor BBM.

Namun dia juga meminta masyarakat nantinya tidak ikut bergantung pada subsidi biofuel.

"Tapi jangan terus tergantung sama subsidi biofuel, nanti sama saja, keluar dari mulut biaya masuk mulut harimau," ujar Mahendra di Bali, Jumat (4/10/2013).

Pernyataan ini berkaitan dengan sekitar 100 bis berbahan bakar biodiesel disiapkan untuk mengantarkan para kepala negara dan delegasi APEC ke tempat konferensi dan penginapan.

Mahendra juga menjelaskan, dengan memperkuat pasar dalam negeri sekitar 30% dari total 30 juta ton produksi sawit dapat dikelola di Indonesia.

Dia mengajak pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk terus meningkatkan produksi sawit di masa depan. "Kalau 10 juta ton ada di dalam negeri, impor minyak sawit kita bisa berkurang. Sambil negosiasi kita bisa memperkuat pasar sendiri," ujar dia.

Menurut dia, saat ini perluasan lahan bukan prioritas utama. Peningkatan produktivitas lahan yang melibatkan para small holder justru dapat bermanfaat lebih banyak terdapat peningkatan produksi sawit di dalam negeri.

"Janganlah bicara ekspansi, perluasan lahan, tapi bicara dulu soal produktivitas supaya peningkatannya bsia efektif," ujar dia.

Dalam kesempatan itu, dia juga menyebutkan untuk pembangkit listrik, PLN langsung memulainya bahan bakar minyak (BBM) jenis solar yang sudah tercampur 60% biodiesel (B60). Kerjasama dengan BPPT diharapkannya dapat meningkatkan kandungan sawit dalam solar hingga 90%. (Sis/Fik/Nur0

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya