Mmasyarakat Indonesia tercatat membelanjakan 24% dari total pendapatannya untuk membeli makanan dan minuman. Sementara untuk sumbangan atau sedekah, penduduk Indonesia merogoh 3% dari pendapatannya atau sekitar Rp 101 ribu per bulan.
Hal itu terungkap dari hasil survei perusahaan riset global, Kadence Internasional, yang melakukan penelitian Share of Wallet guna mencari tahu segmentasi kelas ekonomi dan pola konsumsi masyarakat Indonesia berdasarkan besarnya tabungan.
"Dengan semakin meningkatnya urbanisasi, pola konsumsi masyarakat pedesaan semakin serupa dengan masyarakat perkotaan, namun dalam jumlah yang lebih sedikit," ujar Deputy Managing Director Kadence International Indonesia Rajiv Lamba dalam keterangan persnya di Jakarta, Rabu (20/11/2013).
Kadence melaporkan, dari rata-rata pendapatan sebesar Rp 4,7 juta, alokasi pangan masyarakat menghabiskan dana hingga Rp 1 juta per bulan. Selain untuk membeli kebutuhan pangan, penduduk Indonesia juga banyak mengalokasikan anggaran untuk berbagai sektor lainnya.
Masyarakat perkotaan diketahui memiliki total pengeluaran rata-rata sebesar Rp 4,4 juta per bulan. Alokasi tersebut lebih besar dibandingkan penduduk pedesaan yang mengeluarkan anggaran rata-rata Rp 3,7 juta per bulan.
"Kami juga melihat bahwa kaum rural lebih bahagia dan optimis dengan masa depan mereka," ujar Rajiv.
Berikut adalah rata-rata pengeluaran bulanan masyarakat Indonesia:
1. Membeli pangan dan minuman Rp 1 juta (24% dari total pendapatan)
2. Sewa rumah, pembayaran listrik dan air, masyarakat Rp 785 ribu(19%)
3. Hiburan dan pakaian mencapai Rp 732 ribu (17%),
4. Peralatan rumah tangga, furnitur, dan alat elektronik Rp 315 ribu (8%)
5. Produk perawatan badan dan obat-obatan Rp 308 ribu (7%),
6. Cicilan dan asuransi Rp 296 ribu (6%),
7. Transportasi Rp 265 ribu (6%),
8. Tunjangan orang tua Rp 221 ribu per bulan (5%),
9. Perawatan rumah dan servis kendaraan Rp 204 ribu (5%), dan
10. Sumbangan/sedekah Rp 101 ribu (3%).
Survei yang dilaksanakan Kadence ini berlangsung pada Juli hingga Oktober 2013 dengan melibatkan 3000 responden. Survei ini dilakukan di daerah perkotaan (urban) di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), Surabaya, Medan, Balikpapan, Makassar dan daerah pedesaan (rural) di wilayah Sumatera Utara, Jawa Tengah, dan Kalimantan Barat. (Dny/Shd)
Hal itu terungkap dari hasil survei perusahaan riset global, Kadence Internasional, yang melakukan penelitian Share of Wallet guna mencari tahu segmentasi kelas ekonomi dan pola konsumsi masyarakat Indonesia berdasarkan besarnya tabungan.
"Dengan semakin meningkatnya urbanisasi, pola konsumsi masyarakat pedesaan semakin serupa dengan masyarakat perkotaan, namun dalam jumlah yang lebih sedikit," ujar Deputy Managing Director Kadence International Indonesia Rajiv Lamba dalam keterangan persnya di Jakarta, Rabu (20/11/2013).
Kadence melaporkan, dari rata-rata pendapatan sebesar Rp 4,7 juta, alokasi pangan masyarakat menghabiskan dana hingga Rp 1 juta per bulan. Selain untuk membeli kebutuhan pangan, penduduk Indonesia juga banyak mengalokasikan anggaran untuk berbagai sektor lainnya.
Masyarakat perkotaan diketahui memiliki total pengeluaran rata-rata sebesar Rp 4,4 juta per bulan. Alokasi tersebut lebih besar dibandingkan penduduk pedesaan yang mengeluarkan anggaran rata-rata Rp 3,7 juta per bulan.
"Kami juga melihat bahwa kaum rural lebih bahagia dan optimis dengan masa depan mereka," ujar Rajiv.
Berikut adalah rata-rata pengeluaran bulanan masyarakat Indonesia:
1. Membeli pangan dan minuman Rp 1 juta (24% dari total pendapatan)
2. Sewa rumah, pembayaran listrik dan air, masyarakat Rp 785 ribu(19%)
3. Hiburan dan pakaian mencapai Rp 732 ribu (17%),
4. Peralatan rumah tangga, furnitur, dan alat elektronik Rp 315 ribu (8%)
5. Produk perawatan badan dan obat-obatan Rp 308 ribu (7%),
6. Cicilan dan asuransi Rp 296 ribu (6%),
7. Transportasi Rp 265 ribu (6%),
8. Tunjangan orang tua Rp 221 ribu per bulan (5%),
9. Perawatan rumah dan servis kendaraan Rp 204 ribu (5%), dan
10. Sumbangan/sedekah Rp 101 ribu (3%).
Survei yang dilaksanakan Kadence ini berlangsung pada Juli hingga Oktober 2013 dengan melibatkan 3000 responden. Survei ini dilakukan di daerah perkotaan (urban) di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), Surabaya, Medan, Balikpapan, Makassar dan daerah pedesaan (rural) di wilayah Sumatera Utara, Jawa Tengah, dan Kalimantan Barat. (Dny/Shd)