Asia Hadapi Krisis Beras pada 2025?

Indonesia bersama negara anggota ASEAN lain diminta setidaknya mengalokasikan 15% dari tanah mereka untuk program budidaya tanaman padi.

oleh Nurmayanti diperbarui 10 Des 2013, 09:53 WIB
Diterbitkan 10 Des 2013, 09:53 WIB
lahan-petani-sawah-130610b.jpg
Indonesia bersama negara anggota ASEAN lain yang tergabung dalam East Asean Growth Area (BIMP-EAGA) diminta setidaknya mengalokasikan 15% dari tanah mereka untuk program budidaya tanaman padi.

Ketua BIMP-EAGA Business Council Malaysia Datuk Roselan Johar Mohamed mengatakan langkah ini untuk memastikan negara-negara anggota seperti Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Filipina bisa mengantisipasi kenaikan permintaan pangan beras yang stoknya mulai memasuki tingkat yang mengkhawatirkan.

"Kami membayangkan bahwa pada 2025, penduduk India akan melampaui China. Hal ini tidak mengherankan bahwa China kini mulai melonggarkan kebijakan satu anak untuk dua. Dalam lima tahun, ketika anak tambahan (di Cina ) mulai mengkonsumsi nasi dan bubur, permintaan beras akan lebih besar, " ujar dia melansir laman Bernama, Selasa (10/12/2013).

Dia menilai para anggota BIMP EAGA tidak bisa terlalu mengandalkan impor dari produsen beras besar seperti Thailand dan Vietnam.

Oleh karena itu, kementerian yang membidangi pertanian di negara-negara anggota BIMP-EAGA dinilai perlu diberikan anggaran dan tanah yang lebih besar.

"Sementara para peneliti harus bertukar pikiran dan belajar cara-cara baru untuk bisa meraih hasil produksi yang tinggi," tambah dia.

Dia mencontohkan pemerintah Sarawak yang telah menguji hasil produksi beras yang tinggi padi hibrida dari Filipina. Bibit padi ini mampu memproduksi tujuh ton beras per hektar.

Namun dia juga mengingatkan sebaiknya peningkatan produksi beras jangan begitu saja dilepaskan kepada swasta tapi harus dalam kepemilikan dan pengawasan pemerintah.(Nrm)


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya